Japan Bank for International Cooperation (JBIC) mengungkapkan Indonesia menempatkan diri sebagai konsumen (nasabah) terbesar di urutan nomor satu di antara negara-negara berkembang.
Dari pinjaman tersebut, negara ini juga tercatat berada di peringkat teratas yang mencapai hasil memuaskan.
"Di antara negara-negara berkembang yang menjadi nasabah JBIC, Indonesia berada di urutan pertama yang hasilnya (dari pinjaman) memuaskan. Inilah kenyataannya," kata Chief Executive Officer (CEO) JBIC, Hiroshi Watanabe di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/9/2013).
Sementara itu, dia mengakui, peringkat Indonesia terus menanjak sebagai tujuan investasi pilihan perusahaan-perusahaan Jepang yang tertarik menanamkan modal di negara lain.
"Dari hasil angket kami, perusahaan Jepang yang ingin berinvestasi di luar Jepang memilih Indonesia, dan menempatkan negara ini di posisi kelima pada 2011. Lalu naik di urutan ketiga dari hasil angket tahun 2012. Artinya Indonesia menarik perusahaan Jepang," tegas dia.
Lebih jauh Watanabe bilang, perusahaan Jepang tersebut hanya mengkritisi lambannya pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Padahal, jika masalah tersebut mampu diselesaikan pemerintah, pertumbuhan ekonomi bangsa ini akan lebih baik.
"Kekurangannya memang satu terkait infrastruktur. Coba dipercepat, maka bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih mantap, karena kami berharap hal tersebut," papar dia.
Pencapaian tersebut, menurut Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Mahendra Siregar, tidak terlepas dari perkembangan ekonomi Indonesia yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi. Sehingga prestasi kenaikan peringkat menjadi konsen perhatian dari investor.
"Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tentu karena ada peningkatan daya beli dan konsumsi di dalam negeri. Diiringi pula dengan realisasi kebijakan pemerintah secara paralel untuk menumbuhkan konsumsi dan investasi," jelas dia.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, Indonesia merupakan konsumer terbesar JBIC dengan portofolio pinjaman dan garansi senilai 1 triliun yen mengalahkan negara lain, diantaranya Brazil, Chili, Meksiko, Uni Emirate Arab, Rusia, Filipina, Qatar, Amerika Serikat dan Australia.
"JBIC melakukan konsorsium sindikasi dengan lembaga keuangan bank lain dari regional maupun kawasan. Dan kami menyambut baik diskusi dengan lembaga keuangan swasta yang akan mendorong minat dan pembiayaan investasi infrastruktur," pungkas Mahendra. (Fik/Nur)
Dari pinjaman tersebut, negara ini juga tercatat berada di peringkat teratas yang mencapai hasil memuaskan.
"Di antara negara-negara berkembang yang menjadi nasabah JBIC, Indonesia berada di urutan pertama yang hasilnya (dari pinjaman) memuaskan. Inilah kenyataannya," kata Chief Executive Officer (CEO) JBIC, Hiroshi Watanabe di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (12/9/2013).
Sementara itu, dia mengakui, peringkat Indonesia terus menanjak sebagai tujuan investasi pilihan perusahaan-perusahaan Jepang yang tertarik menanamkan modal di negara lain.
"Dari hasil angket kami, perusahaan Jepang yang ingin berinvestasi di luar Jepang memilih Indonesia, dan menempatkan negara ini di posisi kelima pada 2011. Lalu naik di urutan ketiga dari hasil angket tahun 2012. Artinya Indonesia menarik perusahaan Jepang," tegas dia.
Lebih jauh Watanabe bilang, perusahaan Jepang tersebut hanya mengkritisi lambannya pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Padahal, jika masalah tersebut mampu diselesaikan pemerintah, pertumbuhan ekonomi bangsa ini akan lebih baik.
"Kekurangannya memang satu terkait infrastruktur. Coba dipercepat, maka bisa menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia lebih mantap, karena kami berharap hal tersebut," papar dia.
Pencapaian tersebut, menurut Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Mahendra Siregar, tidak terlepas dari perkembangan ekonomi Indonesia yang memiliki tingkat pertumbuhan tinggi. Sehingga prestasi kenaikan peringkat menjadi konsen perhatian dari investor.
"Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tentu karena ada peningkatan daya beli dan konsumsi di dalam negeri. Diiringi pula dengan realisasi kebijakan pemerintah secara paralel untuk menumbuhkan konsumsi dan investasi," jelas dia.
Berdasarkan data Kementerian Keuangan, Indonesia merupakan konsumer terbesar JBIC dengan portofolio pinjaman dan garansi senilai 1 triliun yen mengalahkan negara lain, diantaranya Brazil, Chili, Meksiko, Uni Emirate Arab, Rusia, Filipina, Qatar, Amerika Serikat dan Australia.
"JBIC melakukan konsorsium sindikasi dengan lembaga keuangan bank lain dari regional maupun kawasan. Dan kami menyambut baik diskusi dengan lembaga keuangan swasta yang akan mendorong minat dan pembiayaan investasi infrastruktur," pungkas Mahendra. (Fik/Nur)