Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) sebesar 25 basis poin (bsp) dari 7% menjadi 7,25% diprediksi akan menghambat laju pertumbuhan industri manufaktur.
Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Benny Wachjudi mengatakan hal tersebut merupakan sebuah pilihan yang memang harus diambil pemerintah.
"Sudah pasti (menghambat). Itu kan suatu pilihan ya. Kita kan juga ingin menjaga stabilitas mata uang kita. Jadi pasti akan ada beban, mungkin ada imbalannya, mungkin nilai rupiah akan menguat lagi. Itu kan pilihan-pilihan," ujar Benny di Gedung Kementerian Perindustrian, Jumat (13/9/2013).
Dia mengatakan, dampak kenaikan BI rate terhadap oleh masing-masing sektor industri berbeda-beda. Salah satu sektor yang diuntungkan terutama yang memakai bahan baku dari dalam negeri.
Industri tersebut, dia mencontohkan, seperti industri furnitur yang memakai berbahan baku dalam negeri tetapi gencar melakukan ekspor.
"Seperti industri furnitur, industri makanan berbasis lokal, itu untung. Tapi kalau industri yang bahan bakunya impor, itu akan merasakan kerugian," tandas dia. (Dny/Nur)
Direktur Jenderal Basis Industri Manufaktur Kementerian Perindustrian Benny Wachjudi mengatakan hal tersebut merupakan sebuah pilihan yang memang harus diambil pemerintah.
"Sudah pasti (menghambat). Itu kan suatu pilihan ya. Kita kan juga ingin menjaga stabilitas mata uang kita. Jadi pasti akan ada beban, mungkin ada imbalannya, mungkin nilai rupiah akan menguat lagi. Itu kan pilihan-pilihan," ujar Benny di Gedung Kementerian Perindustrian, Jumat (13/9/2013).
Dia mengatakan, dampak kenaikan BI rate terhadap oleh masing-masing sektor industri berbeda-beda. Salah satu sektor yang diuntungkan terutama yang memakai bahan baku dari dalam negeri.
Industri tersebut, dia mencontohkan, seperti industri furnitur yang memakai berbahan baku dalam negeri tetapi gencar melakukan ekspor.
"Seperti industri furnitur, industri makanan berbasis lokal, itu untung. Tapi kalau industri yang bahan bakunya impor, itu akan merasakan kerugian," tandas dia. (Dny/Nur)