Tahukah Anda? ternyata panjang tol di Indonesia hanya bertambah 2 kilometer (km) per tahun. Sejak tol Jagorawi, jalan tol pertama di Indonesia diresmikan pada 9 Maret 1978, hingga kini Indonesia baru memiliki jalan tol sepanjang 774 km.Â
Kondisi ini sangat berbeda dengan negeri tetangga, Malaysia. Berguru dari Indonesia soal pembangunan jalan tol, kini Negeri Jiran itu justru sudah mempunyai jalan tol sepanjang 3.000 km.
"Malaysia yang dulu belajar dari kita, dia sekarang punya banyak, 3.000 km dan dikelola dengan baik. Bahkan China sudah ada 60 ribu km," kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Achmad Gani Ghazali saat berbincang dengan Liputan6.com, di Kantor Kementerian PU, Jakarta, seperti ditulis Senin (16/9/2013).
Achmad menyebutkan setidaknya ada tiga faktor yang membuat pembangunan jalan tol di Indonesia terhambat yaitu masalah pembebasan lahan, pendanaan dan teknis kontruksi.
Kendala utama dari pembebasan lahan paling didominasi dengan besaran uang ganti rugi ke pemilik tanah. Warga biasanya meminta uang ganti rugi jauh lebih tinggi dari harga taksiran pemerintah, sehingga proses negosiasi berlangsung alot.
“Ada yang minta berkali lipat tapi ada yang tidak terlalu jauh cuma Rp 10 ribu. Tapi dasar pemerintah adalah harga appraisal. Kami tidak punya dasar untuk menaikkan harga. Kalau dituruti, nanti dibilang ada KKN. Itu menyulitkan kita sehingga harus dilakukan konsinyasi ke pengadilan," papar dia.
Kendala kedua adalah masalah pendanaan. Achmad menyatakan biaya investasi pembangunan jalan tol cukup mahal. Menurut catatan BPJT, kebutuhan investasi rata-rata per kilometer jalan tol berkisar Rp 80 miliar-100 miliar.
Untuk itu, lanjut dia, biasanya 70% pendanaan berasal dari pinjaman perbankan, sementara sisanya 30% dari kas internal perusahaan pengelola jalan tol.
“Perbankan melihatnya lain, dia tidak mau 70% itu menjadi kredit macet. Makanya dia harus betul-betul yakin adanya kepastian investasi yang ditanamkan perusahaan itu bisa balik modal," terang dia.
Kendala ketiga yaitu masalah kontruksi. Misalnya seperti di ruas tol Semarang dan Ungaran di mana ada tanah yang selalu longsor jika terkena hujan sehingga memerlukan strategi khusus untuk membangunnya.
"Ada jenis tanah yang lain gitu, pas kena udara dia rapuh. Agak susah dibangun tapi kita bikin pakai tiang pancang tanahnya ditahan seperti itu," papar dia.
Lalu berapa sih luas tol yang ideal dibangun di Indonesia?
Achmad mengaku sulit menghitung berapa angka yang ideal. Pasalnya, kegiatan ekonomi di Indonesia terfokus di Pulau Jawa dan Sumatera. Pulau lain seperti Kalimantan dinilai belum terlalu membutuhkan jalan tol karena lalu lintasnya masih rendah. Hal ini membuat investor malas untuk investasi.
"Kalau memang secara finansial dia bisa dibiayai investasi badan usaha maka bisa dibuka menjadi jalan tol. Tapi di Kalimantan itu bukan hanya karena ekonomis, tapi kebutuhan lalu lintasnya belum tinggi. Namun nanti suatu saat perlu waktu pertumbuhannya sudah tinggi," terang dia.
Untuk mengejar ketertinggalannya, saat ini Indonesia tengah membangun sejumlah proyek jalan tol sepanjang 1.089 km. Secara jangka panjang, pemerintah menargetkan bisa memiliki jalan tol sepanjang 5.000 km pada 2020.
"Kalau menurut masterplan kita, total jalan tol kita bisa 5.000 km pada 2020," kata Achmad. (Ndw)
Kondisi ini sangat berbeda dengan negeri tetangga, Malaysia. Berguru dari Indonesia soal pembangunan jalan tol, kini Negeri Jiran itu justru sudah mempunyai jalan tol sepanjang 3.000 km.
"Malaysia yang dulu belajar dari kita, dia sekarang punya banyak, 3.000 km dan dikelola dengan baik. Bahkan China sudah ada 60 ribu km," kata Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT), Achmad Gani Ghazali saat berbincang dengan Liputan6.com, di Kantor Kementerian PU, Jakarta, seperti ditulis Senin (16/9/2013).
Achmad menyebutkan setidaknya ada tiga faktor yang membuat pembangunan jalan tol di Indonesia terhambat yaitu masalah pembebasan lahan, pendanaan dan teknis kontruksi.
Kendala utama dari pembebasan lahan paling didominasi dengan besaran uang ganti rugi ke pemilik tanah. Warga biasanya meminta uang ganti rugi jauh lebih tinggi dari harga taksiran pemerintah, sehingga proses negosiasi berlangsung alot.
“Ada yang minta berkali lipat tapi ada yang tidak terlalu jauh cuma Rp 10 ribu. Tapi dasar pemerintah adalah harga appraisal. Kami tidak punya dasar untuk menaikkan harga. Kalau dituruti, nanti dibilang ada KKN. Itu menyulitkan kita sehingga harus dilakukan konsinyasi ke pengadilan," papar dia.
Kendala kedua adalah masalah pendanaan. Achmad menyatakan biaya investasi pembangunan jalan tol cukup mahal. Menurut catatan BPJT, kebutuhan investasi rata-rata per kilometer jalan tol berkisar Rp 80 miliar-100 miliar.
Untuk itu, lanjut dia, biasanya 70% pendanaan berasal dari pinjaman perbankan, sementara sisanya 30% dari kas internal perusahaan pengelola jalan tol.
“Perbankan melihatnya lain, dia tidak mau 70% itu menjadi kredit macet. Makanya dia harus betul-betul yakin adanya kepastian investasi yang ditanamkan perusahaan itu bisa balik modal," terang dia.
Kendala ketiga yaitu masalah kontruksi. Misalnya seperti di ruas tol Semarang dan Ungaran di mana ada tanah yang selalu longsor jika terkena hujan sehingga memerlukan strategi khusus untuk membangunnya.
"Ada jenis tanah yang lain gitu, pas kena udara dia rapuh. Agak susah dibangun tapi kita bikin pakai tiang pancang tanahnya ditahan seperti itu," papar dia.
Lalu berapa sih luas tol yang ideal dibangun di Indonesia?
Achmad mengaku sulit menghitung berapa angka yang ideal. Pasalnya, kegiatan ekonomi di Indonesia terfokus di Pulau Jawa dan Sumatera. Pulau lain seperti Kalimantan dinilai belum terlalu membutuhkan jalan tol karena lalu lintasnya masih rendah. Hal ini membuat investor malas untuk investasi.
"Kalau memang secara finansial dia bisa dibiayai investasi badan usaha maka bisa dibuka menjadi jalan tol. Tapi di Kalimantan itu bukan hanya karena ekonomis, tapi kebutuhan lalu lintasnya belum tinggi. Namun nanti suatu saat perlu waktu pertumbuhannya sudah tinggi," terang dia.
Untuk mengejar ketertinggalannya, saat ini Indonesia tengah membangun sejumlah proyek jalan tol sepanjang 1.089 km. Secara jangka panjang, pemerintah menargetkan bisa memiliki jalan tol sepanjang 5.000 km pada 2020.
"Kalau menurut masterplan kita, total jalan tol kita bisa 5.000 km pada 2020," kata Achmad. (Ndw)