Pemerintah merevisi ke bawah target pendapatan negara dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2014 sebesar Rp 22,2 triliun terkait prediksi perlambatan ekonomi Indonesia pada tahun depan. Akibat dari ini, banyak anggaran negara terpangkas, salah satunya bidang pendidikan sebesar Rp 1,2 triliun.
Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri menuturkan, pendapatan negara dalam estimasi 2014 menurun menjadi Rp 1.640,3 triliun dari RAPBN tahun depan Rp 1.662,5 triliun.
"Jumlah itu anjlok Rp 22,2 triliun sebagai akibat dari merosotnya pendapatan dalam negeri sebesar Rp 22,2 triliun dari Rp 1.667,1 triliun menjadi Rp 1.638,9 triliun," ujar dia di Gedung Badan Anggaran (Banggar), Jakarta, Senin (16/9/2013).
Dia menghitung, penerimaan perpajakan diperkirakan terjun bebas Rp 39,4 triliun atau menjadi Rp 1.270,9 triliun. Sebelumnya dalam RAPBN 2014 dipatok Rp 1.310,2 triliun. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) justru mengalami kenaikan Rp 17,1 triliun dari Rp 350,9 triliun menjadi Rp 368,1 triliun.
"Perlambatan ekonomi dunia yang berdampak ke Indonesia berpengaruh ke penerimaan pajak sehingga dalam RAPBN tahun depan lebih rendah," lanjut dia.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo menambahkan, ekonomi China dan India lebih lambat dari perkiraan awal.
"Harga komoditas juga masih turun dan rencana penghentian Quantitative Easing (QE) secara bertahap alias tappering off akan berpengaruh ke ekonomi Indonesia tahun depan," tambah dia.
Sayangnya penyusutan pendapatan negara dalam proyeksi 2014 diiringi dengan penurunan anggaran pendidikan dari total Rp 371,2 triliun menjadi Rp 370 triliun.
"Artinya anggaran pendidikan menurun sebesar Rp 1,2 triliun. Nilai ini setara dengan 20% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dalam estimasi, karena sebelumnya rasio anggaran pendidikan di RAPBN 2014 sebesar 20,13% dari PDB," ujar Chatib.
Hal ini, sambung dia, karena anggaran pendidikan Kementerian/Lembaga (K/L) dan transfer daerah masing-masing melorot Rp 6 triliun serta belanja K/L turun sebesar Rp 6 triliun. (Fik/Nur)
Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri menuturkan, pendapatan negara dalam estimasi 2014 menurun menjadi Rp 1.640,3 triliun dari RAPBN tahun depan Rp 1.662,5 triliun.
"Jumlah itu anjlok Rp 22,2 triliun sebagai akibat dari merosotnya pendapatan dalam negeri sebesar Rp 22,2 triliun dari Rp 1.667,1 triliun menjadi Rp 1.638,9 triliun," ujar dia di Gedung Badan Anggaran (Banggar), Jakarta, Senin (16/9/2013).
Dia menghitung, penerimaan perpajakan diperkirakan terjun bebas Rp 39,4 triliun atau menjadi Rp 1.270,9 triliun. Sebelumnya dalam RAPBN 2014 dipatok Rp 1.310,2 triliun. Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) justru mengalami kenaikan Rp 17,1 triliun dari Rp 350,9 triliun menjadi Rp 368,1 triliun.
"Perlambatan ekonomi dunia yang berdampak ke Indonesia berpengaruh ke penerimaan pajak sehingga dalam RAPBN tahun depan lebih rendah," lanjut dia.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Agus Martowardojo menambahkan, ekonomi China dan India lebih lambat dari perkiraan awal.
"Harga komoditas juga masih turun dan rencana penghentian Quantitative Easing (QE) secara bertahap alias tappering off akan berpengaruh ke ekonomi Indonesia tahun depan," tambah dia.
Sayangnya penyusutan pendapatan negara dalam proyeksi 2014 diiringi dengan penurunan anggaran pendidikan dari total Rp 371,2 triliun menjadi Rp 370 triliun.
"Artinya anggaran pendidikan menurun sebesar Rp 1,2 triliun. Nilai ini setara dengan 20% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dalam estimasi, karena sebelumnya rasio anggaran pendidikan di RAPBN 2014 sebesar 20,13% dari PDB," ujar Chatib.
Hal ini, sambung dia, karena anggaran pendidikan Kementerian/Lembaga (K/L) dan transfer daerah masing-masing melorot Rp 6 triliun serta belanja K/L turun sebesar Rp 6 triliun. (Fik/Nur)