Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta pelaku industri kecil dan menengah (IKM) menggenjot inovasi dan kreatifitas agar kembali bangkit dan berkontribusi lebih besar terhadap pendapatan negara.
Hal ini juga untuk menyiapkan IKM menghadapi pasar bebas ASEAN Economic Community (AEC) dengan turut menaikkan mutu dan kemampuan memenuhi permintaan yang besar dalam waktu singkat.
"Kenaikan harga BBM lalu memang mempengaruhi cost production sekitar 1% terhadap nilai produksi IKM. Untuk itu diharapkan IKM mampu melakukan inovasi dan kreativitas agar pengaruh kenaikan BBM tidak terlalu besar," ujar Direktur Jenderal IKM Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Saedah di Jakarta, Selasa (17/9/2013).
Euis mengakui industri IKM memiliki peran strategis karena mampu memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian nasional, seperti industri kreatif.
Dia mengatakan, pada tahun 2013 ini jumlah IKM di Indonesia mencapai 3,9 juta unit yang mampu menyerap 10,3 juta orang tenaga kerja.
Dengan jumlah IKM sebanyak itu, mampu memberikan kontribusi terhadap nilai ekspor hingga US$ 19,58 juta. Sementara itu, nilai produksi IKM yang mencapai Rp 753 triliun memberikan kontribusi 10% terhadap produk domestik bruto (PDB) sektor industri terhadap PDB nasional.
Meskipun demikian, lanjut Saedah, para pelaku IKM ini harus terus terobosan untuk meningkatkan daya saing produk serta efisiensi dan produktivitas apalagi untuk menghadapi Pasar Bebas ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC).
"Pemberlakuan AEC ini memang menjadi tantangan dan peluang bagi IKM untuk memasarkan produknya pada pasar ASEAN tanpa adanya hambatan tarif bae masuk maupun hambatan non tarif barrier lain," tandasnya.
Pameran Industri Kreatif Jogjakarta
Kemenperin juga menggelar 'Pameran Industri Kreatif Yogyakarta' untuk mempromosikan produk terbaik dari para perajin dalam rangka memperluas pasar produk IKM asal Yogyakarta.
Pameran berlangsung 17-20 September 2013 mulai pukul 10.00 sampai 17.00 di Plasa Pemeran Industri Gedung Kementerian Perindustrian.
Euis Saedah mengatakan, Yogyakarta sendiri merupakan barometer produk kerajinan yang kaya akan kreativitas dan menjadi daya tarik bagi kalangan wisatawan selama ini.
"Maka potensi ini harus ditingkatkan sehingga menjadi komoditas perdagangan yang memiliki daya saing yang tinggi," ujar dia di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta.
Dia mengatakan, dengan adanya pameran ini dapat menjadi ajang promosi. Pihaknya terus mendorong para pelaku IKM ini dengan memfasilitasi keikutsertaan pada pameran baik di dalam dan luar negeri.
"Dengan begitu, kami harapkan produk kerajinan hasil kreasi perajin Jogyakarta akan semakin dikenal masyarakat luas dengan standar yang lebih baik dari segi kualitas, desain, kemasan serta harga yang kompetitif," tutur dia.
Dalam pameran ini sendiri, para pelaku IKM menampilkan berbagai produk unggulan seperti batik, tenun, kulit, kayu, rajut, perak, tembaga, kerajinan wayang, herbal, aneka makanan, dan lain-lain. (Dny/Nur)
Hal ini juga untuk menyiapkan IKM menghadapi pasar bebas ASEAN Economic Community (AEC) dengan turut menaikkan mutu dan kemampuan memenuhi permintaan yang besar dalam waktu singkat.
"Kenaikan harga BBM lalu memang mempengaruhi cost production sekitar 1% terhadap nilai produksi IKM. Untuk itu diharapkan IKM mampu melakukan inovasi dan kreativitas agar pengaruh kenaikan BBM tidak terlalu besar," ujar Direktur Jenderal IKM Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Euis Saedah di Jakarta, Selasa (17/9/2013).
Euis mengakui industri IKM memiliki peran strategis karena mampu memberikan sumbangan yang cukup besar bagi perekonomian nasional, seperti industri kreatif.
Dia mengatakan, pada tahun 2013 ini jumlah IKM di Indonesia mencapai 3,9 juta unit yang mampu menyerap 10,3 juta orang tenaga kerja.
Dengan jumlah IKM sebanyak itu, mampu memberikan kontribusi terhadap nilai ekspor hingga US$ 19,58 juta. Sementara itu, nilai produksi IKM yang mencapai Rp 753 triliun memberikan kontribusi 10% terhadap produk domestik bruto (PDB) sektor industri terhadap PDB nasional.
Meskipun demikian, lanjut Saedah, para pelaku IKM ini harus terus terobosan untuk meningkatkan daya saing produk serta efisiensi dan produktivitas apalagi untuk menghadapi Pasar Bebas ASEAN (ASEAN Economic Community/AEC).
"Pemberlakuan AEC ini memang menjadi tantangan dan peluang bagi IKM untuk memasarkan produknya pada pasar ASEAN tanpa adanya hambatan tarif bae masuk maupun hambatan non tarif barrier lain," tandasnya.
Pameran Industri Kreatif Jogjakarta
Kemenperin juga menggelar 'Pameran Industri Kreatif Yogyakarta' untuk mempromosikan produk terbaik dari para perajin dalam rangka memperluas pasar produk IKM asal Yogyakarta.
Pameran berlangsung 17-20 September 2013 mulai pukul 10.00 sampai 17.00 di Plasa Pemeran Industri Gedung Kementerian Perindustrian.
Euis Saedah mengatakan, Yogyakarta sendiri merupakan barometer produk kerajinan yang kaya akan kreativitas dan menjadi daya tarik bagi kalangan wisatawan selama ini.
"Maka potensi ini harus ditingkatkan sehingga menjadi komoditas perdagangan yang memiliki daya saing yang tinggi," ujar dia di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta.
Dia mengatakan, dengan adanya pameran ini dapat menjadi ajang promosi. Pihaknya terus mendorong para pelaku IKM ini dengan memfasilitasi keikutsertaan pada pameran baik di dalam dan luar negeri.
"Dengan begitu, kami harapkan produk kerajinan hasil kreasi perajin Jogyakarta akan semakin dikenal masyarakat luas dengan standar yang lebih baik dari segi kualitas, desain, kemasan serta harga yang kompetitif," tutur dia.
Dalam pameran ini sendiri, para pelaku IKM menampilkan berbagai produk unggulan seperti batik, tenun, kulit, kayu, rajut, perak, tembaga, kerajinan wayang, herbal, aneka makanan, dan lain-lain. (Dny/Nur)