Harga minyak mentah dunia kembali tergelincir 1% pada perdagangan Rabu (18/9/2013) pagi ini karena investor bersiap-siap menghadapi keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) untuk mengurangi kebijakan stimulus moneternya.
Benchmark minyak untuk pengiriman Oktober turun US$ 1,17 per barel atau 1,1% menjadi US$ 105,42 di New York Mercantile Exchange.
Mengutip Associated Press, kontrak pengiriman November untuk minyak mentah Brent, patokan minyak mentah internasional yang banyak digunakan kilang AS turun US$ 1,88 menjadi US$ 108,19 per barel di ICE Futures exchange di London.
Seperti diketahui, Bank Sentral AS membeli aset keuangan seperti obligasi, dalam upaya menekan suku bunga dan membuat pinjaman lebih mudah tersedia.
Saham global dan komoditas melonjak karena uang baru yang dihasilkan program ini- yang mencapai US$ 85 miliar per bulan - mengalir melalui sistem keuangan.
Namun data terbaru menunjukkan ekonomi AS berada dalam kondisi yang lebih baik. Kondisi ini dapat meyakinkan anggota Fed jika sudah waktunya untuk mengurangi stimulus, yang kebijakannya akan diambil pada pertemuan yang berlangsung selama dua hari pada Rabu ini.
Perkembangan di Suriah dan Libya juga menempatkan tekanan pada harga minyak . Negosiasi antara Rusia dan Amerika Serikat soal senjata kimia Suriah telah menghapus ancaman serangan militer AS.
Kemudian laporan mengisyaratkan kembalinya pasokan minyak mentah Libya ke pasar, setelah sempat terjadi perlambatan produksi dan ekspor.
Investor juga akan memantau informasi baru tentang stok AS. Data Departemen Energi pada pekan yang berakhir 6 September diharapkan menunjukkan penurunan 1,5 juta barel stok minyak mentah , sementara stok bensin diperkirakan akan tetap tidak berubah , menurut survei analis Platts, informasi energi McGraw-Hill Cos. (Nur)
Benchmark minyak untuk pengiriman Oktober turun US$ 1,17 per barel atau 1,1% menjadi US$ 105,42 di New York Mercantile Exchange.
Mengutip Associated Press, kontrak pengiriman November untuk minyak mentah Brent, patokan minyak mentah internasional yang banyak digunakan kilang AS turun US$ 1,88 menjadi US$ 108,19 per barel di ICE Futures exchange di London.
Seperti diketahui, Bank Sentral AS membeli aset keuangan seperti obligasi, dalam upaya menekan suku bunga dan membuat pinjaman lebih mudah tersedia.
Saham global dan komoditas melonjak karena uang baru yang dihasilkan program ini- yang mencapai US$ 85 miliar per bulan - mengalir melalui sistem keuangan.
Namun data terbaru menunjukkan ekonomi AS berada dalam kondisi yang lebih baik. Kondisi ini dapat meyakinkan anggota Fed jika sudah waktunya untuk mengurangi stimulus, yang kebijakannya akan diambil pada pertemuan yang berlangsung selama dua hari pada Rabu ini.
Perkembangan di Suriah dan Libya juga menempatkan tekanan pada harga minyak . Negosiasi antara Rusia dan Amerika Serikat soal senjata kimia Suriah telah menghapus ancaman serangan militer AS.
Kemudian laporan mengisyaratkan kembalinya pasokan minyak mentah Libya ke pasar, setelah sempat terjadi perlambatan produksi dan ekspor.
Investor juga akan memantau informasi baru tentang stok AS. Data Departemen Energi pada pekan yang berakhir 6 September diharapkan menunjukkan penurunan 1,5 juta barel stok minyak mentah , sementara stok bensin diperkirakan akan tetap tidak berubah , menurut survei analis Platts, informasi energi McGraw-Hill Cos. (Nur)