Sukses

Raja Abdullah, sang Raja yang Cerdas, Kaya Raya dan 4 Istri Cukup

Raja Abdullah sangat gemar membaca dan lewat kegemarannya tersebut dia menjadi cerdas. Kecerdasannya itu membawanya menjadikaya raya.

Jika biasanya seorang putra mahkota mewarisi tahta kerajaan dari sang ayah, maka beda halnya dengan Raja Abdullah bin Abdul Azis. Raja yang akrab disapa dengan nama Abdullah ini mewarisi kekayaan dari sang kakak, Raja Fahd.

Raja Abdullah sangat gemar membaca dan lewat kegemarannya tersebut dia memiliki wawasan yang sangat luas di berbagai bidang. Kecerdasannya tersebutlah yang membuat dia menjadi raja terkaya ke-3 di dunia dengan kekayaan sebesar US$ 19 miliar atau setara Rp 218, 82 triliun.

Meski kaya raya dia tidak gila kemewahan dan bukan `playboy`. Terbukti dia hanya menikahi empat wanita sesuai dengan ajaran islam yang memperbolehkan satu pria untuk memiliki empat istri.

Tak hanya cerdas dan pintar berdialog, sang raja juga memiliki keterampilan militer yang patut diacungi jempol. Sayangnya dia juga dikenal sebagai raja yang terlalu keras. Bagaimana kehidupan raja yang gemar membaca ini?

Abdullah anak dari istri ke-8

Raja bernama lengkap Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Rahman bin Faisal bin Turki bin Abdullah bin Muhammad bin Saud ini, lahir di Riyadh pada 1 Agustus 1924. Dia merupakan anak ke-10 dari 37 bersaudara. Dia merupakan anak dari pasangan Abdul Aziz bin Saud dan Fahda binti Asi Al-Shuraim, istri ke-8 Raja Abdul Aziz.

Semasa hidupnya, sang ayah memiliki 13 istri. Sementara itu, Abdullah memiliki sedikitnya 50 saudara kandung yang lahir dari rahim sang ibu.

Saat dia lahir, ayahnya yang masih rakyat biasa bernama Amir Abdul Azis. Pada 1928, Amir menyerang dan mengalahkan Sharif Hussein dari Mekkah. Dia pun mendeklarasikan diri sebagai raja dan dikenal sebagai King Abdul-aziz bin Abdulrahman Al Saud atau terkenal dengan sebutan Ibn Saud.

Saat Abdullah menghabiskan masa kanak-kanaknya, keluarga kerajaan masih belum kaya bahkan cenderung agak miskin. Hingga akhirnya pada 1940, Arab Saudi mulai mendapatkan aliran dana dari perdagangan minyaknya.

Lahir sebagai pangeran, Abdullah menghabiskan masa kecilnya belajar di sekolah kerajaan atau Prince's school. Di sana dia menerima pendidikan dari pejabat, tokoh intelektual dan tokoh agama terpandang di negaranya.

Abdullah juga merupakan seorang yang rajin, dia banyak menambah wawasan lewat kegemaran membacanya. Bahkan masa mudanya pun dihabiskan untuk mengenal nilai budaya negaranya. Demi memperoleh pengetahuan tersebut, dia rela tinggal bersama masyarakat di gurun Bedouin dalam waktu yang cukup lama.

Di usia 38 tahun jadi Kepala Garda Nasional

Sebagai pemuda, dia sangat terpengaruh oleh ayahnya yang sangat menghormati agama,  sejarah dan budaya Arab. Hidup bertahun-tahun di gurun Bedouin mengajarkan dia nilai saling menghargai, kesederhanaan, kebaikan dan keberanian. Dirinya pun semakin terpicu untuk mengembangkan dan memajukan rakyatnya.

Pada 1962, saat berusia 38 tahun, dia diangkat sebagai Komandan Garda Nasional Arab Saudi. Dia bertanggung jawab melindungi kerajaan dan mempersatukan kerajaan. Lewat jabatannya tersebut, dia juga turut membangun kerajaan Arab Saudi yang lebih modern.

Posisinya tersebut sejalan dengan latar belakangnya di padang Bedouin serta ilmu sosial, politik, ekonomi dan budaya yang diperolehnya dari membaca. Dia terbukti memiliki kemampuan yang luar biasa dalam mengembangkan Garda Nasional di bidang militer, budaya dan sosial.

Pada 1975, dia diangkat menjadi wakil perdana menteri menggantikan posisi sang kakak Raja Khalid. Saat itu, Raja Khalid dinobatkan sebagai raja setelah kakaknya Raja Faisal yang baru saja lengser.

Gantikan sang kakak, Abdullah jadi raja

Pada 1982, mahkota kerajaan berpindah ke tangan kakak laki-laki Abdullah, Raja Faisal setelah Raja Khalid meninggal dunia. Abdullah saat itu diangkat menjadi wakil Perdana Menteri. Dia bertanggung jawab memimpin beberapa pertemuan penting kabinet kerajaan.

Raja Fahd juga menobatkan dia sebagai putra mahkota di tahun yang sama mengingat dirinya adalah adik laki-laki langsung sang raja.

Pada Desember 1995, Raja Fahd terus menderita serangkaian penyakit stroke  yang membuat dirinya semakin tak berdaya memerintah kerajaan. Pada 2005, Raja Fahd meninggal dunia, sebagai putra mahkota secara otomatis Abdullah pun menggantikannya menduduki tahta kerajaan Arab Saudi.

Dia mewarisi kerajaan yang saat itu berada di atas landasan kehidupan islami dan modernisasi negara. Di zamannya, negara sangat berkembang. Dari segi pendidikan, jumlah universitas di Arab meningkat dari tiga kali lipat.  Dia juga menginvestasikan dana sebesar US$ 200 miliar guna mengekspansi dunia pendidikan di negaranya.

Serangkaian reformasi ekonomi juga dilakukan. Sejak menjabat sebagai raja dia mengumumkan proyek bernama `King Abdullah Economic City` dan rencana miliaran dolar untuk menjadikan Arab Saudi menembus deretan 10 negara tujuan investasi dunia.

Proyek tersebut diharapkan dapat selesai pada 2020 mendatang dan menjadi lokasi 2.500 pabrik manufaktur. Dia pun aktif bergerak dan berdiskusi dengan negara-negara lain guna menstabilkan pasokan minyak global.

Cerdas Tapi Dinilai Diktator

Raja Abdullah merupakan orang nomor satu di negara eksportir minyak terbesar dunia. Dia banyak melakukan sejumlah inisiatif dengan mengunjungi dan mengadakan kerja sama dengan berbagai negara di dunia guna mengembangkan potensi negaranya.

Di Amerika Serikat (AS), kerajaan Arab Saudi bahkan dikatakan memiliki posisi yang spesial. Di bawah pemerintahannya, Arab Saudi memiliki peranan penting dalam berbagai urusan keuangan global antara negara-negara di kawasan utara dan selatan.

Dia memegang peranan penting dalam mereformasi sistem kenegaraan dan kehidupan rakyatnya dari tradisional menjadi modern. Raja Abdullah banyak menerima penghargaan dari organisasi nasional dan dunia termasuk Unesco atas sejumlah dialog internasional yang merupakan gagasannya.

Lewat keahlian dan kecerdasannya di berbagai bidang termasuk ekonomi, sang raja pun diprediksi memiliki kekayaan hingga US$ 19 miliar atau setara Rp 218, 82 triliun. Dengan kekayaannya tersebut, dia menjadi raja terkaya ke tiga di dunia.

Namun dengan berbagai kinerjanya yang hebat, Raja Abdullah justru dikenal juga sebagai salah satu Diktator Asia paling buruk akibat peraturan mutlaknya dan pengabaian hak-hak asasi manusia di negaranya. Tahun lalu, sang raja bahkan menjadi salah satu orang paling kuat di dunia dan bertengger di posisi ke-7 versi Forbes.

Cukup Punya Istri 4

Meski kaya raya, Raja Abdullah tak mewarisi sang ayah yang punya banyak istri. Sebagai raja yang sangat menganut ajaran-ajaran islam, dia hanya memiliki empat istri. Dari keempat istrinya tersebut, dia dianugerahi tujuh anak laki-laki dan 15 anak perempuan.

Pada 2012, sang raja menobatkan anak ketiganya Salman sebagai putra mahkota yang akan menjadi raja ke-7 Arab Saudi menggantikan sang ayah.

Meski telah menjadi raja, kegilaannya terhadap membaca tak pernah pudar. Sang raja selalu menyempatkan diri untuk membaca karena menurutnya dari sana dia banyak memperoleh berbagai wawasan di segala bidang.

Raja Abdullah bahkan membangun dua perpustakaan di negara muslim tersebut. Satu perpustakaan di Riyadh dan lainnya di Casablanca, Moroko.

Sang raja merupakaan orang yang sangat taat beragama dan beribadah. Setiap minggu dia mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh agama di negaranya guna memperoleh tambahan wawasan dan bimbingan religius untuk dirinya.

Selama empat tahun berturut-turut, Raja Abdullah juga menjadi salah satu muslim yang paling berpengaruh di dunia. (Sis/Igw)