Di tengah dominasi produk alas kaki impor yang masuk ke pasar Indonesia, tak meredupkan pamor merek-merek lokal.
The Sandal's, buktinya. Produk besutan anak bangsa ini masih memiliki pasar setia sehingga mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Asal Mula Usaha
Kiagus M Khomeini Reza Pahlevi, pemilik The Sandal's bercerita di balik cerita manis perjuangan melakoni bisnis alas kaki, terukir kisah memilukan saat membangun karir.
Suami dari Rahmiati Lubis ini memaparkan perjalanan hidupnya untuk menjadi wirausahawan sukses yang penuh lika liku.
Reza sudah mulai berdagang sejak kuliah, selain menjadi pedagang emperan juga pernah menjual produk alas kaki impor asal China.
Namun melihat kualitas produk yang dijual kurang bagus dan pasokan yang tak menentu, pada 2007 Reza memberanikan diri membuka produk sandal sendiri.
Dia pun mulai membuka bengkel konveksi pada 2008. Kala itu, dia masih memakai merek yang ada di pasar. Namun, ingin memiliki jati diri dia memberanikan diri memakai merek sendiri, yakni The Sandal's dengan produksi pertama sekitar puluhan pasang sandal dan memasarkannya di dua toko.
"Saat itu modal awal sebesar Rp 20 juta untuk membuka konveksi atau workshop di Pondok Gede. Seiring berjalannya waktu, usaha saya berkembang karena berani memberikan harga murah dan kualitas bagus sehingga jumlahnya saat ini mencapai 7 workshop tersebar di Jakarta," ujar Pria yang pernah bekerja sebagai Staf Accounting di Indomobil Nissan pada tahun 2000-2001 ini.
Workshop tersebut, sambung dia, memiliki kapasitas produksi sebesar 30 ribu pasang sepatu dan sandal setiap bulan. Bahkan dapat dimaksimalkan hingga 40 ribu per bulan saat momen hari-hari besar.
Kini dengan karyawan yang mencapai sekitar 200 orang, terdiri dari 70-100 orang sebagai karyawan toko dan 100 pegawai lain dipekerjakan di workshop, mantan pedagang kaki lima di halaman Parkir Timur Senayan ini bisa memproduksi 20 ribu-30 ribu pasang sepatu dan sandal per bulan.
"Sedangkan untuk model sepatu dan sandal sudah mencapai ribuan koleksi karena setiap 3-4 bulan sekali kami pasti ganti model. Ada sekitar 150 model teranyar akan bertahan sampai Desember 2013," tambah Ayah dari Nyayu Ramiza Hasna Gauhara.
Siap Diadu dengan Produk Impor China
Reza mengaku keberanian usahanya karena menganggap gempuran produk alas kaki asing hanya angin lalu lantaran kualitasnya yang tak sepadan bila dibandingkan produk lokal. Â
"Kalau mau diadu, produk sandal dan sepatu kami bisa menang karena punya kelebihan nyaman, enteng, awet dan harga terjangkau. Inilah yang membuat The Sandal's booming. Kalau produk impor, dari China misalnya, kualitas kurang bagus. Konsumen membeli produk China sekali, setelah itu kapok dan tidak beli lagi," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com di tokonya di Plaza Semanggi.
Pria yang akrab disapa Reza ini mengakui keunggulan produk alas kaki Cina terletak pada model dan desain. Hal tersebut wajar mengingat Negeri Tirai Bambu itu memiliki bahan baku dan aksesoris alas kaki melimpah ketimbang Indonesia.
Lebih banyaknya pasokan bahan baku di China, membuat pemilik perusahaan PT Razer Brothers ini masih mengandalkan bahan baku utama dari Cina. Sedangkan bahan seperti sol sepatu dan lainnya diperoleh di tanah air.
Harga Paket
Reza mengatakan, kelebihan produknya terletak pada harga. Sebab itu dia membanderol harga produk sandal datar (flat sandals), sepatu balet (flat shoes), high heels, wedges (produk best seller) dan tas dengan harga kompetitif namun berkualitas prima.
Trik jitu lain menjual produk dengan harga borongan. "Untuk flat sandals, kami memberikan harga promo menjadi Rp 66.666 per pasang (untuk pembelian tiga pasang sandal)," ujar Sarjana Akuntansi jebolan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) IBEK.
Harga sandal per pasang dipatok sebesar Rp 100 ribu-Rp 120 ribu, wedges dan high heels sebesar Rp 120 ribu setiap pasang serta Rp 150 ribu per buah untuk produk tas.
Sedangkan harga paket sepatu flat untuk pembelian dua pasang, dipatok Rp 180 ribu dan Rp 250 ribu untuk tiga pasang. Juga paket wedges sebesar Rp 220 ribu untuk dua pasang, dan pembelian tiga pasang dihargai Rp 300 ribu.
Saat ini produk alas kaki karya Reza dapat ditemui di sekitar 30 outlet The Sandal's yang tersebar di Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, dan Palembang. Selain itu, konsumen dari daerah dapat dengan mudah memesan sepatu dan sandal lewat online di www.thesandals.co.id.
"Order datang dari seluruh wilayah Indonesia, contohnya Makassar, Aceh, Kalimantan, Papua dan lainnya. Bahkan ada pelanggan rutin dari Malaysia yang memesan produk kami hingga 300 pasang setiap 2-3 bulan sekali. Rencana pemesanan juga kami pernah terima dari warga Libia sebanyak 3.000 pasang, tapi belum bisa kami penuhi karena saat order bertepatan dengan puasa dan lebaran," papar Pria kelahiran Jakarta, 20 Desember 1979 itu.
Omzet Tembus Rp 1 Miliar per Bulan Â
Antusias masyarakat terhadap sandal dan sepatu memang cukup tinggi mengingat alas kaki sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Tak heran bila penjualan produk The Sandal's bisa menembus 20 ribu-25 ribu per bulan untuk seluruh outlet.
"Satu outlet bisa meraih omzet hingga Rp 100 juta per bulan. Kalau dihitung, total omzet per bulan mencapai sekitar Rp 700 juta sampai dengan Rp 1 miliar," tutur Putra dari pasangan Zofier Yusuf dan Nyayu Sofiati Hon.
Di outlet Plaza Semanggi yang berada di lantai GF Nomor 003 misalnya, mampu membukukan penjualan sampai lebih dari 80 pasang sepatu dan sandal dengan nilai omzet mencapai sekitar Rp 9 juta per hari jika sedang ramai, seperti bulan puasa lalu.
Terpukul Pelemahan Rupiah
Melakoni bisnis ini, menurut Reza sangat berisiko karena pihaknya hanya mengambil marjin alias keuntungan tidak terlalu besar. Beruntung, penggemar olahraga sepak bola tersebut memiliki puluhan cabang sehingga risiko dapat diminimalisir. Â
Dia menambahkan, kondisi ini diperparah dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak Agustus lalu. "Karena bahan baku masih impor, kenaikan dolar Amerika Serikat memberi pengaruh besar. Jadi harga jual sandal dan sepatu harusnya sudah mulai naik, tapi kami pertahankan dan terpaksa mengurangi keuntungan. Saya berharap rupiah bisa kembali stabil," harap dia.
Reza menceritakan pernah mengalami kejadian pahit, seperti penipuan, ketidaksenangan dari para pedagang lain karena dia menjual harga produk sangat murah, hingga omongan tidak sedap dari orang lain terkait keputusannya membuka 10 outlet saat krisis di tahun 2010.
"Biarin saja orang lain mau bicara apa. Yang penting saya tidak mengganggu dia dan dia tidak mengganggu saya," tegar dia.
Ambisi Go Internasional Mengekor 'Bata'
Reza mengungkapkan, jika dirinya berambisi mengantarkan The Sandal's go internasional mengikuti pendahulunya, yakni produsen sepatu Bata selain tentunya ekspansi beberapa cabang ke kota lain di Indonesia, seperti Jogyakarta, Solo, Semarang dan lainnya. Â
"Mimpi saya ingin mengembangkan The Sandal's masuk ke pasar internasional, karena saya salut dengan Bata yang bisa menjual produknya di Eropa. Saya berharap The Sandal's bisa seperti Bata," tukas pemilik motto 'Dibalik Kesuksesan Pasti Ada Kegagalan, Jadi Jangan Menyerah'.
Sedangkan rencana jangka menengah, Reza Pahlevi menargetkan dapat memproduksi fashion alas kaki seragam ibu dan anak perempuan paling cepat 1-2 tahun mendatang.
"Saya juga punya target meluncurkan satu merek sandal dan sepatu wanita terbaru, yakni Le Beaute dari bahasa Perancis yang artinya keindahan," tutup dia mengakhiri perbincangan.(Fik/Nur)
The Sandal's, buktinya. Produk besutan anak bangsa ini masih memiliki pasar setia sehingga mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
Asal Mula Usaha
Kiagus M Khomeini Reza Pahlevi, pemilik The Sandal's bercerita di balik cerita manis perjuangan melakoni bisnis alas kaki, terukir kisah memilukan saat membangun karir.
Suami dari Rahmiati Lubis ini memaparkan perjalanan hidupnya untuk menjadi wirausahawan sukses yang penuh lika liku.
Reza sudah mulai berdagang sejak kuliah, selain menjadi pedagang emperan juga pernah menjual produk alas kaki impor asal China.
Namun melihat kualitas produk yang dijual kurang bagus dan pasokan yang tak menentu, pada 2007 Reza memberanikan diri membuka produk sandal sendiri.
Dia pun mulai membuka bengkel konveksi pada 2008. Kala itu, dia masih memakai merek yang ada di pasar. Namun, ingin memiliki jati diri dia memberanikan diri memakai merek sendiri, yakni The Sandal's dengan produksi pertama sekitar puluhan pasang sandal dan memasarkannya di dua toko.
"Saat itu modal awal sebesar Rp 20 juta untuk membuka konveksi atau workshop di Pondok Gede. Seiring berjalannya waktu, usaha saya berkembang karena berani memberikan harga murah dan kualitas bagus sehingga jumlahnya saat ini mencapai 7 workshop tersebar di Jakarta," ujar Pria yang pernah bekerja sebagai Staf Accounting di Indomobil Nissan pada tahun 2000-2001 ini.
Workshop tersebut, sambung dia, memiliki kapasitas produksi sebesar 30 ribu pasang sepatu dan sandal setiap bulan. Bahkan dapat dimaksimalkan hingga 40 ribu per bulan saat momen hari-hari besar.
Kini dengan karyawan yang mencapai sekitar 200 orang, terdiri dari 70-100 orang sebagai karyawan toko dan 100 pegawai lain dipekerjakan di workshop, mantan pedagang kaki lima di halaman Parkir Timur Senayan ini bisa memproduksi 20 ribu-30 ribu pasang sepatu dan sandal per bulan.
"Sedangkan untuk model sepatu dan sandal sudah mencapai ribuan koleksi karena setiap 3-4 bulan sekali kami pasti ganti model. Ada sekitar 150 model teranyar akan bertahan sampai Desember 2013," tambah Ayah dari Nyayu Ramiza Hasna Gauhara.
Siap Diadu dengan Produk Impor China
Reza mengaku keberanian usahanya karena menganggap gempuran produk alas kaki asing hanya angin lalu lantaran kualitasnya yang tak sepadan bila dibandingkan produk lokal. Â
"Kalau mau diadu, produk sandal dan sepatu kami bisa menang karena punya kelebihan nyaman, enteng, awet dan harga terjangkau. Inilah yang membuat The Sandal's booming. Kalau produk impor, dari China misalnya, kualitas kurang bagus. Konsumen membeli produk China sekali, setelah itu kapok dan tidak beli lagi," ungkap dia saat berbincang dengan Liputan6.com di tokonya di Plaza Semanggi.
Pria yang akrab disapa Reza ini mengakui keunggulan produk alas kaki Cina terletak pada model dan desain. Hal tersebut wajar mengingat Negeri Tirai Bambu itu memiliki bahan baku dan aksesoris alas kaki melimpah ketimbang Indonesia.
Lebih banyaknya pasokan bahan baku di China, membuat pemilik perusahaan PT Razer Brothers ini masih mengandalkan bahan baku utama dari Cina. Sedangkan bahan seperti sol sepatu dan lainnya diperoleh di tanah air.
Harga Paket
Reza mengatakan, kelebihan produknya terletak pada harga. Sebab itu dia membanderol harga produk sandal datar (flat sandals), sepatu balet (flat shoes), high heels, wedges (produk best seller) dan tas dengan harga kompetitif namun berkualitas prima.
Trik jitu lain menjual produk dengan harga borongan. "Untuk flat sandals, kami memberikan harga promo menjadi Rp 66.666 per pasang (untuk pembelian tiga pasang sandal)," ujar Sarjana Akuntansi jebolan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) IBEK.
Harga sandal per pasang dipatok sebesar Rp 100 ribu-Rp 120 ribu, wedges dan high heels sebesar Rp 120 ribu setiap pasang serta Rp 150 ribu per buah untuk produk tas.
Sedangkan harga paket sepatu flat untuk pembelian dua pasang, dipatok Rp 180 ribu dan Rp 250 ribu untuk tiga pasang. Juga paket wedges sebesar Rp 220 ribu untuk dua pasang, dan pembelian tiga pasang dihargai Rp 300 ribu.
Saat ini produk alas kaki karya Reza dapat ditemui di sekitar 30 outlet The Sandal's yang tersebar di Jakarta, Medan, Surabaya, Bandung, dan Palembang. Selain itu, konsumen dari daerah dapat dengan mudah memesan sepatu dan sandal lewat online di www.thesandals.co.id.
"Order datang dari seluruh wilayah Indonesia, contohnya Makassar, Aceh, Kalimantan, Papua dan lainnya. Bahkan ada pelanggan rutin dari Malaysia yang memesan produk kami hingga 300 pasang setiap 2-3 bulan sekali. Rencana pemesanan juga kami pernah terima dari warga Libia sebanyak 3.000 pasang, tapi belum bisa kami penuhi karena saat order bertepatan dengan puasa dan lebaran," papar Pria kelahiran Jakarta, 20 Desember 1979 itu.
Omzet Tembus Rp 1 Miliar per Bulan Â
Antusias masyarakat terhadap sandal dan sepatu memang cukup tinggi mengingat alas kaki sudah menjadi kebutuhan sehari-hari. Tak heran bila penjualan produk The Sandal's bisa menembus 20 ribu-25 ribu per bulan untuk seluruh outlet.
"Satu outlet bisa meraih omzet hingga Rp 100 juta per bulan. Kalau dihitung, total omzet per bulan mencapai sekitar Rp 700 juta sampai dengan Rp 1 miliar," tutur Putra dari pasangan Zofier Yusuf dan Nyayu Sofiati Hon.
Di outlet Plaza Semanggi yang berada di lantai GF Nomor 003 misalnya, mampu membukukan penjualan sampai lebih dari 80 pasang sepatu dan sandal dengan nilai omzet mencapai sekitar Rp 9 juta per hari jika sedang ramai, seperti bulan puasa lalu.
Terpukul Pelemahan Rupiah
Melakoni bisnis ini, menurut Reza sangat berisiko karena pihaknya hanya mengambil marjin alias keuntungan tidak terlalu besar. Beruntung, penggemar olahraga sepak bola tersebut memiliki puluhan cabang sehingga risiko dapat diminimalisir. Â
Dia menambahkan, kondisi ini diperparah dengan pelemahan nilai tukar rupiah yang terjadi sejak Agustus lalu. "Karena bahan baku masih impor, kenaikan dolar Amerika Serikat memberi pengaruh besar. Jadi harga jual sandal dan sepatu harusnya sudah mulai naik, tapi kami pertahankan dan terpaksa mengurangi keuntungan. Saya berharap rupiah bisa kembali stabil," harap dia.
Reza menceritakan pernah mengalami kejadian pahit, seperti penipuan, ketidaksenangan dari para pedagang lain karena dia menjual harga produk sangat murah, hingga omongan tidak sedap dari orang lain terkait keputusannya membuka 10 outlet saat krisis di tahun 2010.
"Biarin saja orang lain mau bicara apa. Yang penting saya tidak mengganggu dia dan dia tidak mengganggu saya," tegar dia.
Ambisi Go Internasional Mengekor 'Bata'
Reza mengungkapkan, jika dirinya berambisi mengantarkan The Sandal's go internasional mengikuti pendahulunya, yakni produsen sepatu Bata selain tentunya ekspansi beberapa cabang ke kota lain di Indonesia, seperti Jogyakarta, Solo, Semarang dan lainnya. Â
"Mimpi saya ingin mengembangkan The Sandal's masuk ke pasar internasional, karena saya salut dengan Bata yang bisa menjual produknya di Eropa. Saya berharap The Sandal's bisa seperti Bata," tukas pemilik motto 'Dibalik Kesuksesan Pasti Ada Kegagalan, Jadi Jangan Menyerah'.
Sedangkan rencana jangka menengah, Reza Pahlevi menargetkan dapat memproduksi fashion alas kaki seragam ibu dan anak perempuan paling cepat 1-2 tahun mendatang.
"Saya juga punya target meluncurkan satu merek sandal dan sepatu wanita terbaru, yakni Le Beaute dari bahasa Perancis yang artinya keindahan," tutup dia mengakhiri perbincangan.(Fik/Nur)