Dua mata uang di Asia, rupiah dan rupee India, tengah menjadi sorotan. Kedua mata uang tersebut sempat menguat setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) menunda pengurangan program stimulusnya. Sayang, penguatan nilai tukar kedua mata uang negara berkembang itu tak mampu bertahan lama.
Rupee yang menjadi salah satu mata uang terburuk di Asia tahun ini diketahui mulai menunjukkan peningkatan dalam beberapa minggu terakhir. Sayangnya para analis menilai rupee masih berpeluang menembus level 70 per dolar AS, sekaligus kembali menjadi yang terburuk di Asia.
"Saya ragu rupee telah keluar dari kondisi terparahnya. Konsolidasi jangka pendek yang tiba-tiba terjadi di India akan menekan rupee," ujar Head of Foreign Exchange Strategy di Credit Agricole, Mitul Kotecha, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (24/9/2013).
Keterpurukan rupee disebabkan banyaknya ketidakpastian tentang pemilihan umum di India dan keputusan The Federal Reserves terkait penarikan program stimulusnya tahun depan.
Kotecha memprediksi rupee akan menyentul level 70 per dolar AS pada kuartal pertama tahun depan. Ketidakpastian kondisi politik di India dan ekonomi AS akan berdampak pada rupee. Tak hanya itu, muncul sejumlah kekhawatiran tentang aliran dana masuk ke India.
Penderitaan rupee dimulai setelah aksi jual para investor kala The Fed memutuskan menarik program stimulusnya pada akhir Mei lalu. Pernyataan Gubernur The Fed Ben Bernanke membuat rupee jatuh ke posisi terendahnya di level 68,8 per dolar AS pada 28 Agustus lalu.
Namun dalam beberapa pekan terakhir, rupee sudah mulai pulih seiring langkah The Fed memutuskan untuk menunda program penarikan dana stimulusnya pekan lalu. Sayang kabar positif itu secara tak terduga direspon Gubernur Bank Sentral India Raghuram Rajan dengan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 7,5%. Langkah ini diambil guna mendorong nilai tukar rupee.
"Saya tak merasa kebijakan moneter merupakan beban bagi rupee saat ini, kami menargetkan rupee akan menyentuh 70 per dola, tapi sebagian besar pergerakannya tergantung pada reformasis struktural yang merupakan faktor jangka panjang serta keputusan The Fed soal stimulusnya," jelas Kepala Bagian Mata Uang dan Pendapatan di Macquarie Bank Nizim Idris.
Dia menambahkan, keputusan pekan lalu untuk tidak menarik stimulusnya memberikan sedikit ruang bagi rupee untuk naik kembali. Namun dia menilai para pembuat kebijakan harus menggunakan waktunya dengan bijak.
"Jika pemerintah India mengambil peluang itu (keputusan The Fed menunda penarikan dana stimulusnya), maka kondisi rupee akan membaik. Jika tidak, maka keputusan The Fed akan datang kembali, dan rupee bisa kembali jatuh ke level 70 per dolar," jelasnya.
Meski demikian, sebagian analis lain tak yakin rupee akan menyentuh level tersebut. Menurut Sajiv Dhawan, kepanikan telah berakhir. Para spekulator akan berhenti menjual mata uangnya dan lebih memilih melakukan aksi ambil untung.(Sis/Shd)
Rupee yang menjadi salah satu mata uang terburuk di Asia tahun ini diketahui mulai menunjukkan peningkatan dalam beberapa minggu terakhir. Sayangnya para analis menilai rupee masih berpeluang menembus level 70 per dolar AS, sekaligus kembali menjadi yang terburuk di Asia.
"Saya ragu rupee telah keluar dari kondisi terparahnya. Konsolidasi jangka pendek yang tiba-tiba terjadi di India akan menekan rupee," ujar Head of Foreign Exchange Strategy di Credit Agricole, Mitul Kotecha, seperti dikutip dari CNBC, Selasa (24/9/2013).
Keterpurukan rupee disebabkan banyaknya ketidakpastian tentang pemilihan umum di India dan keputusan The Federal Reserves terkait penarikan program stimulusnya tahun depan.
Kotecha memprediksi rupee akan menyentul level 70 per dolar AS pada kuartal pertama tahun depan. Ketidakpastian kondisi politik di India dan ekonomi AS akan berdampak pada rupee. Tak hanya itu, muncul sejumlah kekhawatiran tentang aliran dana masuk ke India.
Penderitaan rupee dimulai setelah aksi jual para investor kala The Fed memutuskan menarik program stimulusnya pada akhir Mei lalu. Pernyataan Gubernur The Fed Ben Bernanke membuat rupee jatuh ke posisi terendahnya di level 68,8 per dolar AS pada 28 Agustus lalu.
Namun dalam beberapa pekan terakhir, rupee sudah mulai pulih seiring langkah The Fed memutuskan untuk menunda program penarikan dana stimulusnya pekan lalu. Sayang kabar positif itu secara tak terduga direspon Gubernur Bank Sentral India Raghuram Rajan dengan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 7,5%. Langkah ini diambil guna mendorong nilai tukar rupee.
"Saya tak merasa kebijakan moneter merupakan beban bagi rupee saat ini, kami menargetkan rupee akan menyentuh 70 per dola, tapi sebagian besar pergerakannya tergantung pada reformasis struktural yang merupakan faktor jangka panjang serta keputusan The Fed soal stimulusnya," jelas Kepala Bagian Mata Uang dan Pendapatan di Macquarie Bank Nizim Idris.
Dia menambahkan, keputusan pekan lalu untuk tidak menarik stimulusnya memberikan sedikit ruang bagi rupee untuk naik kembali. Namun dia menilai para pembuat kebijakan harus menggunakan waktunya dengan bijak.
"Jika pemerintah India mengambil peluang itu (keputusan The Fed menunda penarikan dana stimulusnya), maka kondisi rupee akan membaik. Jika tidak, maka keputusan The Fed akan datang kembali, dan rupee bisa kembali jatuh ke level 70 per dolar," jelasnya.
Meski demikian, sebagian analis lain tak yakin rupee akan menyentuh level tersebut. Menurut Sajiv Dhawan, kepanikan telah berakhir. Para spekulator akan berhenti menjual mata uangnya dan lebih memilih melakukan aksi ambil untung.(Sis/Shd)