Himpunan Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) meminta pemerintah menggalakkan penerapan bioteknologi pada pertanian di Indonesia.
Aplikasi ini dinilai menjadi salah satu cara yang ampuh untuk meningkatkan produksi pangan nasional dan juga meningkatkan kesejahteraan petani.
"Bioteknologi menjadi solusi untuk kestabilan pangan nasional karena mampu menghasilkan tanaman yang lebih unggul, hasil lebih banyak dan toleransi terhadap penyakit umum pada tanaman pangan," ujar Ketua Umum KTNA Winarno Tohir saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (25/9/2013).
Menurut dia, terjadinya ledakan jumlah penduduk, perubahan iklim yang terjadi secara ekstrim serta terjadinya alih fungsi lahan sehingga lahan pertanian semakin sempit menjadi tantangan utama dari ketahanan pangan.
Dia menjelaskan, saat ini terjadi kerusakan pada infrastruktur pertanian sebesar 52% sehingga kenaikan produksi pangan hanya mencapai 0,3% per tahun.
Sementara itu, dengan luas wilayah yang besar, luas lahan panen pangan di Indonesia hanya mencapai 14 juta hektar atau sekitar hanya menghasilkan 5,1 ton pangan per hektare.
"Untuk itu, seluruh anggota KTNA yang tersebar di Indonesia siap untuk menerapkan bioteknologi ini. Kami ingin meningkatkan produksi pangan nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani," katanya.
Aplikasi bioteknologi ini sendiri telah meningkat dari semula hanya 1,7 hektar pada tahun 1996 menjadi 160 juta hektar pada tahun 2011 lalu, atau terjadi peningkatan sebesar 94 kali. Aplikasi ini juga telah diterapkan pada 29 negara dimana 19 diantaranya merupakan negara-negara berkembang. (Dny/Nur)
Aplikasi ini dinilai menjadi salah satu cara yang ampuh untuk meningkatkan produksi pangan nasional dan juga meningkatkan kesejahteraan petani.
"Bioteknologi menjadi solusi untuk kestabilan pangan nasional karena mampu menghasilkan tanaman yang lebih unggul, hasil lebih banyak dan toleransi terhadap penyakit umum pada tanaman pangan," ujar Ketua Umum KTNA Winarno Tohir saat konferensi pers di Jakarta, Rabu (25/9/2013).
Menurut dia, terjadinya ledakan jumlah penduduk, perubahan iklim yang terjadi secara ekstrim serta terjadinya alih fungsi lahan sehingga lahan pertanian semakin sempit menjadi tantangan utama dari ketahanan pangan.
Dia menjelaskan, saat ini terjadi kerusakan pada infrastruktur pertanian sebesar 52% sehingga kenaikan produksi pangan hanya mencapai 0,3% per tahun.
Sementara itu, dengan luas wilayah yang besar, luas lahan panen pangan di Indonesia hanya mencapai 14 juta hektar atau sekitar hanya menghasilkan 5,1 ton pangan per hektare.
"Untuk itu, seluruh anggota KTNA yang tersebar di Indonesia siap untuk menerapkan bioteknologi ini. Kami ingin meningkatkan produksi pangan nasional sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani," katanya.
Aplikasi bioteknologi ini sendiri telah meningkat dari semula hanya 1,7 hektar pada tahun 1996 menjadi 160 juta hektar pada tahun 2011 lalu, atau terjadi peningkatan sebesar 94 kali. Aplikasi ini juga telah diterapkan pada 29 negara dimana 19 diantaranya merupakan negara-negara berkembang. (Dny/Nur)