Gencarnya perburuan pajak yang dilakukan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dianggap sebagai langkah berani mati dari para pegawai pajak.
"Sebanyak 80% siap mati bela pajak untuk mencapai target penerimaan pajak," ungkap Tenaga Pengkaji Bidang Ekstensifikasi dan Intensifikasi Perpajakan, Samon Jaya saat ditemui dalam acara Diskusi Publik INDEF dengan tema Optimalisasi Penerimaan Negara, Aspek Pajak dan Cukai di Wisma Kodel, Jakarta, Rabu (25/9/2013).
Sebagai gambaran, Ditjen Pajak saat ini memiliki jumlah pegawai sekitar 32 ribu. Dan tahun ini pihaknya berharap memperoleh tambahan pegawai sekitar 7.000-9.000 orang.
Dari basis pegawai pajak tersebut, lebih jauh dia mengatakan, tenaga auditor hanya sekitar 14% sedangkan sisanya merupakan tenaga pendukung. Sementara di Jepang, tenaga auditor pajak bisa mencapai 70% dari total jumlah pegawai pajaknya.
"Perburuan pajak kami sangat agresif dan kencang. Jadi jumlah pegawai yang berani mati itu, tidak sembarangan lho. Sedangkan yang 20% sisanya sedang diarahkan ke arah sana," ujarnya.
Sayangnya pernyataan Salmon tersebut dihadang Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar. Dia menegaskan bahwa klaim Ditjen Pajak tersebut harus dibuktikan dengan tindakan.
"Mana buktinya kalau rela mati demi negara? Jangan asal ngomong, saya perlu bukti," sungut dia.
Harry menganggap, sekitar 20% pegawai pajak yang diarahkan ke 'jalan benar' itu merupakan pegawai pajak nakal.
"Berarti pegawai pajak yang kurang ajar ada 20% dong? Artinya ada sekitar 6.000 pegawai. Padahal saya memperkirakan pegawai pajak yang nakal hanya satu persen atau sekitar 300 pegawai," ujar dia.
Padahal Harry bilang, DPR terutama Komisi XI sangat mendukung usulan Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai supaya ada penambahan pegawai di dua lembaga tersebut untuk memaksimalkan penerimaan pajak dan cukai.
"Saya sangat setuju pegawai kedua lembaga ini ditambah, di samping remunerasi dan pemberian insentif apabila bisa mencapai target," pungkas dia. (Fik/Ndw)
"Sebanyak 80% siap mati bela pajak untuk mencapai target penerimaan pajak," ungkap Tenaga Pengkaji Bidang Ekstensifikasi dan Intensifikasi Perpajakan, Samon Jaya saat ditemui dalam acara Diskusi Publik INDEF dengan tema Optimalisasi Penerimaan Negara, Aspek Pajak dan Cukai di Wisma Kodel, Jakarta, Rabu (25/9/2013).
Sebagai gambaran, Ditjen Pajak saat ini memiliki jumlah pegawai sekitar 32 ribu. Dan tahun ini pihaknya berharap memperoleh tambahan pegawai sekitar 7.000-9.000 orang.
Dari basis pegawai pajak tersebut, lebih jauh dia mengatakan, tenaga auditor hanya sekitar 14% sedangkan sisanya merupakan tenaga pendukung. Sementara di Jepang, tenaga auditor pajak bisa mencapai 70% dari total jumlah pegawai pajaknya.
"Perburuan pajak kami sangat agresif dan kencang. Jadi jumlah pegawai yang berani mati itu, tidak sembarangan lho. Sedangkan yang 20% sisanya sedang diarahkan ke arah sana," ujarnya.
Sayangnya pernyataan Salmon tersebut dihadang Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar. Dia menegaskan bahwa klaim Ditjen Pajak tersebut harus dibuktikan dengan tindakan.
"Mana buktinya kalau rela mati demi negara? Jangan asal ngomong, saya perlu bukti," sungut dia.
Harry menganggap, sekitar 20% pegawai pajak yang diarahkan ke 'jalan benar' itu merupakan pegawai pajak nakal.
"Berarti pegawai pajak yang kurang ajar ada 20% dong? Artinya ada sekitar 6.000 pegawai. Padahal saya memperkirakan pegawai pajak yang nakal hanya satu persen atau sekitar 300 pegawai," ujar dia.
Padahal Harry bilang, DPR terutama Komisi XI sangat mendukung usulan Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai supaya ada penambahan pegawai di dua lembaga tersebut untuk memaksimalkan penerimaan pajak dan cukai.
"Saya sangat setuju pegawai kedua lembaga ini ditambah, di samping remunerasi dan pemberian insentif apabila bisa mencapai target," pungkas dia. (Fik/Ndw)