Sukses

RI Minta Korea Bangun Pabrik Samsung

"Kami menekankan supaya perusahaan elektronik Korsel bisa investasi besar untuk perangkat telekomunikasi," kata Mendag Gita Wirjawan.

Membanjirnya produk telekomunikasi Indonesia dari sejumlah negara, termasuk Korea Selatan (Korsel) dimanfaatkan pemerintah Indonesia sebagai alasan supaya negara tersebut bersedia mendirikan pabrik dengan nilai investasi besar di tanah air.

Menteri Perdagangan Gita Wirjawan mengatakan, pemerintah Indonesia telah bertemu dengan Presiden Korsel Park Geun Hye untuk mendiskusikan penuntasan Perjanjian Kemitraan Ekonomi (Comprehensive Economic Partnership Agreement/CEPA) antara Indonesia dan Korsel.

"Kami sudah diterima oleh Presiden Korsel kemarin pukul 14.00 waktu setempat untuk menyampaikan hubungan baik yang selama ini terjalin kedua negara. Kami mengangkat kapan CEPA antara Korsel dan Indonesia bisa selesai," ujar dia saat acara Silaturahim di kantornya, Jakarta, Kamis (26/9/2013).

Dalam kesempatan tersebut, Gita mengaku, Indonesia meminta supaya perusahaan dan pemerintah Korsel dapat menanamkan investasi di sektor otomotif dan elektronik dalam skala besar di tanah air.

"Kami menekankan supaya perusahaan elektronik Korsel bisa investasi besar untuk perangkat telekomunikasi bukan televisi dan lemari es karena itu sudah dilakukan. Tapi yang spesifik Samsung bisa membangun pabrik di Indonesia, contohnya produk Galaxy dan itu disambut baik oleh Presiden Korsel," terang dia.

Permintaan lain, tambah dia, supaya Korsel membuka kesempatan bagi Indonesia untuk melakukan ekspor produk kelautan seperti ikan dan buah-buahan, mengingat selama ini Korsel sangat tertutup demi melindungi para petani dan nelayan di negaranya.  

"Kami juga ingin supaya orang Indonesia bukan saja bisa belajar tapi juga bekerja di Korsel, baik untuk pekerja yang memiliki keahlian maupun yang tidak," terang Gita.

Sementara Korsel, sambung Gita, meminta kepada pemerintah Indonesia untuk membuka seluas-luasnya sektor otomotif. Pasalnya perusahaan asal Korsel telah melakukan investasi jor-joran pada produksi baja, sehingga produk tersebut bisa digunakan untuk kapasitas produksi otomotif Korsel di Indonesia.

"Tapi kami tidak mau membuka kecuali dilakukan investasi dalam skala besar. Selain itu, Honam sudah berkomitmen investasi US$ 5-6 miliar untuk membangun pabrik petrokimia di sini," ucapnya.  

Jika semua pembicaraan tersebut dapat terealisasi oleh kedua negara, menurut Gita, CEPA baru dapat berjalan dengan target penyelesaian hingga akhir Oktober 2013. (Fik/Ndw)