Perusahaan komputer Hewlett-Packard Company (HP) ternyata pernah dipimpin CEO yang kontroversial bernama Carly Fiorina. Dia tak mengerti apa-apa tentang komputer tapi menjanjikan banyak keuntungan saat pertama kali memimpin HP pada 1999, yang mana janji itu gagal semua.
Seperti dikutip dari businesspundit.com, Jumat (27/9/2013), saat itu dia merupakan pendatang baru yang sebelumnya tak pernah bekerja di HP. Meski demikian dia menjanjikan inovasi, keuntungan yang lebih besar dan investasi kembali di R&D dan IT. Ironisnya, tiga janji besarnya tersebut justru gagal dan tak pernah terealisasikan.
HP di bawah kepemimpinan Fiorina justru menghabiskan US$ 19 miliar untuk mengakuisisi Compaq. Tetapi keuntungan terbesar perusahaan justru datang dari cartridge tinta produksi HP. Saham perusahaan juga anjlok dari US$ 70 per lembar saham menjadi kurang dari US$ 20 saja. Akuisisi Compaq yang digagasnya ternyata tak membuahkan banyak hasil.
Meski begitu, dia justru menaikkan bonusnya dan membeli pesawat jet pribadi untuk dirinya. Dewan direksi akhirnya memecat Fiorina dengan uang pesangon sebesar US$ 21 juta atau setara Rp 242,3 miliar. Bagaimana Fiorina memulai karirnya dan menjadi salah satu CEO paling kontroversia di dunia?
Sejak kecil sering jadi pendatang baru
Wanita bernama lengkap Carleton S. Fiorina ini lahir di Austin, Texas pada 6 September 1954. Dia merupakan anak dari seorang profesor hukum bernama Joseph Sneed. Ayahnya bekerja sebagai hakim federal dan wakil kejaksaan umum di bawah kepemimpinan Presiden Richard Nixon.
Seperti dikutip dari answer.com, ibunya, Madeline Sneed merupakan seniman abstrak. Carly atau Carleton merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Fiorina diberi nama sesuai dengan saudara keluarga ayahnya bernama Carleton yang tewas dalam perang sipil. Orangtua Fiorina dan sanak saudara lainnya memutuskan untuk memberi nama anak laki-lakinya dengan Carleton sementara anak perempuan dengan Cara Carleton.
Masa kanak-kanak Fiorina dihabiskan di San Francisco Bay Area. Meski demikian, karena tugas sang ayah, keluarganya sering berpindah-pindah dan sempat tinggal di Caroline, Texas, Connecticut, New York, Ghana dan Inggris.
Fiorina belajar berpindah-pindah di lima sekolah menengah di tiga benua. Hal ini mempengaruhi kemampuannya mengatasi situasi baru. Dia sering menjadi pendatang baru dan menurutnya itu menjadi mudah bergaul.
Berhenti kuliah hukum, Carly Florina jadi petualang karir
Setelah lulus dari sekolah menengah, Carly Fiorina melanjutkan studi ke Stanford University di Palo Alto, California yang juga merupakan pusat Hewlett - Packard (HP).
Meskipun masih berstatus siswa, dia ikut menjaga perpustakaan, menjadi resepsionis di salon kecantikan dan sempat bekerja paruh waktu di HP. Setelah lulus dari Stanford pada 1976, dia mendaftar untuk belajar hukum di University of California, Los Angeles.
Kuliah hukumnya hanya berjalan satu semester. Dia lalu meminta izin sang ayah untuk berhenti sebelum akhir keluar dari kampusnya tersebut.
Setelah berhenti kuliah hukum, selama beberapa tahun dia terus berpindah-pindah kerja. Bahkan dia sempat menjadi guru bahasa Inggris di Bologna, Italia. Dia tertarik dengan dunia bisnis saat bekerja di perusahaan pialang di New York.
Fiorina lalu mendaftar di University of Maryland dan lulus menyandang gelar master di bidang marketing.
Masuk majalah Fortune sebagai wanita paling berpengaruh di dunia
Berbekal ilmu marketing dari University of Maryland, Carly Fiorina mengikuti program pelatihan manajemen di AT&T dan lanjut bekerja di sana setelah program tersebut selesai.
Pekerjaannya di sana termasuk mengawasi porsi kontrak perusahaan. Fiorina lalu terlibat dalam penjualan peralatan telekomunikasi bernilai US$ 25 miliar pada United States General Services Administration. Dia mengelola kesepakatan tersebut sendirian.
Karena keberhasilannya tersebut, dia lalu naik jabatan beberapa kali hingga akhirnya menjadi pegawai eksekutif di divisi sistem jaringan perusahaan. Fiorina membantu AT&T untuk membuka usaha gabungan dengan perusahaan-perusahaan di Asia.
Pada 1990, dia menjadi wanita pertama yang ditunjuk sebagai pimpinan di divisi tersebut. Karir Fiorina semakin cemerlang saat dia diangkat menjadi wakil presiden sistem jaringan pada 1991 dan mengelola divisi penjualan Amerika Utara pada 1995.
Perusahaan kemudian berubah menjadi Lucent Technologies dan Fiorina memimpin divisi pengembang servis global. Dia lalu diangkat menjadi presiden servis global pada 1998 dengan bayaran US$ 19 miliar per tahun.
Lucent semakin ternama di bidang manufaktur perlengkapan telekomunikasi dan Fiorina banyak berkontribusi pada kesuksesan perusahaan tersebut. Pada 1998, dia menempati posisi nomor satu sebagai wanita paling powerful dari seluruh bisnis Amerika Serikat di majalah Fortune.
Posisi tersebut digenggamnya hingga 2004. Menurutnya bisnis bukan olahraga yang memisahkan antara wanita dan pria.
Diangkat jadi CEO HP dan kontroversial
Pada 1999, setelah mengikuti proses pencarian intensif yang melibatkan berbagai wawancara panjang dan 900 tes psikologi, Carly Fiorina akhirnya diangkat menjadi CEO di perusahaan komputer Hewlett-Packard Company (HP). Dia menjadi pendatang pertama yang menduduki jabatan tersebut di HP.
Sebagai pendatang baru dia memiliki banyak masalah dan hambatan. Bukan saja karena dia tidak pernah bekerja di HP sebelumnya, tapi karena dia merupakan orang pemasaran bukan teknisi. Fiorina tidak tahu apa-apa soal komputer alias gaptek.
Dia akhirnya mengatakan bahwa HP harus mengambil langkah untuk berubah secara serius. Dia memiliki visi sendiri dan tak takut untuk menjual produknya pada siapapun.
Pada 2001, Fiorina berencana memecat 3.000 manager dan mengganti 30% karyawan berdedikasi tinggi di perusahaan tersebut. Dia juga bahkan mengancam untuk memecat staff sales HP jika tak mampu menjual lebih banyak.
Tak sampai di situ, dia bahkan mengganti logo HP demi mendorong penjualan. Dia menegosiasikan kesepakatan pembelian eksklusif dengan Ford Motor Company dan Delta Airlines. Klien besar berikutnya adalah General Electric, Walt Disney Company, dan United States Department of Homeland Security.
Berbagai keputusannya berhasil membuat karyawn HP merasa sangat kecewa. Sebanyak 8.000 karyawan melaporkan dirinya merasa tidak puas dengan kinerja Fiorina. Hal ini karena komunikasi dan berbagai penerapan sistem kerja yang tidak sesuai dengan visi perusahaan.
Strategi bisnis sering gagal Fiorina dipecat dari HP
Banyak yang mengatakan gaya Carly Fiorina bertentangan dengan budaya bisnis HP. Perusahaan tersebut sebelumnya sangat ramah dengan kantor-kantor yang terbuka dan komunikasi yang baik antara pihak manajemen dan karyawan. Sebagian karyawan meminta pendiri HP untuk mengubah gaya kepemimpinan Fiorina. Faktanya dewan direksi lebih memilih berpihak pada wanita kelahiran Texas ini.
Seperti dilansir dari cbsnews, Fiorina kembali membuat langkah kontroversial saat dirinya mengumumkan rencana HP untuk mengakuisisi Compaq. Anak-anak pendiri HP menentang pembelian sejumlah US$ 19 miliar tersbut. Namun 51% pemegang saham perusahaan mengabulkannya.
Meski disetujui mengakuisisi Compaq, tapi kinerja bisnis HP justru biasa saja dan tidak signifikan. Penjualan perusahaan memang meningkat selama lima tahun, tapi 80% dari keuntungannya masih diperoleh dari penjualan ink cartridges untuk printer.
Fiorina dan direksi HP kembali berdebat sengit terkait arah bisnis perusahaan. Pada 9 Februari 2005, dewan direksi HP akhirnya memutuskan untuk mendepak Fiorina dari perusahaan. Dia dipaksa untuk mengundurkan diri dengan menerima pesangon sebesar US$ 21 juta atau setara Rp 242,3 miliar.
Selama kepemimpinannya yang kontroversial, perubahan yang dilakukan Fiorina justru tak disukai ribuan karyawan HP dan Compaq. Jutaan pemegang saham HP juga kehilangan ekuitasnya sejak dia memimpin HP. Tak hanya itu, harga saham HP bahkan lebih rendah dibandingkan 1999, sementara nilai saham Dell dan IBM tercatat naik. Namun setelah, dia keluar, saham HP kembali naik.
Carly Fiorina menikah dengan duda anak dua
Carly Fiorina menikah dengan teman kuliahnya di Stanford bernama Todd Bartlem pada Juni 1977. Namun tanpa anak, keduanya memutuskan untuk bercerai pada 1984.
Dikutip dari Politics Daily, setahun kemudian dia menikah untuk yang kedua kalinya. Suaminya adalah Frank Fiorina yang merupakan mitra eksekutifnya di AT&T.
Pernikahan pertamanya tak banyak terungkap media. Fiorina lalu membantu Frank membesarkan kedua anaknya. Saat menikahi Carly, Frank berstatus duda dengan dua anak yaitu Tracy dan Lori Ann yang meninggal empat tahun silam.
Frank mengambil pensiun dini dari AT&T pada Juli 1998. Saat ini kedua pasangan tersebut telah memiliki dua anak. (Sis/Igw)
Carly Fiorina, CEO Gaptek yang Pernah Bikin HP Megap-megap
Perusahaan komputer HP ternyata pernah dipimpin CEO yang kontroversial bernama Carly Fiorina. Dia tak mengerti apa tentang komputer.
Advertisement