Ahli Rancang Bangun Armada Transportasi, Hartono Gani menilai kehadiran mobil murah dan ramah lingkungan (Low Cost Green Car) di Indonesia dapat dinilai dari tiga sisi yaitu sosial, lalu lintas dan lingkungan. Dari sudut pandang masyarakat kecil, kemunculan mobil di bawah Rp 100 juta bisa menaikkan status sosial di mata masyarakat.
"Bagi penduduk kecil (secara ekonomi), mobil murah ini bagus, bisa menaikkan status sosial, grade-nya naik," ujar Hartono di Jakarta, Sabtu, (28/9/2013).
Sayangnya, lanjut Hartono, masyarakat kecil yang baru memiliki kendaraan biasnaya terpicu untuk memamerkannya ke lingkungannya. Alhasil, mobil murah bisa menyedot Bahan Bakar Minyak (BBM) yang lebih besar. (baca: Mobil Murah Laris, Kuota BBM Bakal Bengkak)
"Karakteristik manusia adalah begitu dia punya mobil dia langsung muter-muter terus jalanan, bisa sampai 15 jam kalau saya bilang. Itu kan bisa boros BBM," jelas dia.
Tak hanya itu, kehadiran mobil murah sudah dipastikan akan menghambat kelancaran lalu lintas. Bertambahnya jumlah kendaraan otomatis membuat intensitas kepadatan di jalan raya semakin tinggi. "Mobil murah itu memperparah kemacetan jalan raya," tegasnya.
Bila diminta untuk memilih, Hartono mengatakan dirinya lebih baik menggunakan mobil listrik dibandingkan mobil murah yang belakangan marak di Indonesia. Dia menuding, kualitas dari mobil murah masih terbilang rendah (baca juga: Mobil Murah Kayak Kaleng Kerupuk). (Sis/Shd)
"Bagi penduduk kecil (secara ekonomi), mobil murah ini bagus, bisa menaikkan status sosial, grade-nya naik," ujar Hartono di Jakarta, Sabtu, (28/9/2013).
Sayangnya, lanjut Hartono, masyarakat kecil yang baru memiliki kendaraan biasnaya terpicu untuk memamerkannya ke lingkungannya. Alhasil, mobil murah bisa menyedot Bahan Bakar Minyak (BBM) yang lebih besar. (baca: Mobil Murah Laris, Kuota BBM Bakal Bengkak)
"Karakteristik manusia adalah begitu dia punya mobil dia langsung muter-muter terus jalanan, bisa sampai 15 jam kalau saya bilang. Itu kan bisa boros BBM," jelas dia.
Tak hanya itu, kehadiran mobil murah sudah dipastikan akan menghambat kelancaran lalu lintas. Bertambahnya jumlah kendaraan otomatis membuat intensitas kepadatan di jalan raya semakin tinggi. "Mobil murah itu memperparah kemacetan jalan raya," tegasnya.
Bila diminta untuk memilih, Hartono mengatakan dirinya lebih baik menggunakan mobil listrik dibandingkan mobil murah yang belakangan marak di Indonesia. Dia menuding, kualitas dari mobil murah masih terbilang rendah (baca juga: Mobil Murah Kayak Kaleng Kerupuk). (Sis/Shd)