Selama ini, banyak perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang minyak dan gas alam masih menganggap riset dan penelitian bukan bagian penting dari laju usahanya.
"Selama ini perusahaan-perusahaan minyak memperlakukan riset hanya sebagai derma saja, mereka tidak memasukan anggaran riset sebagai bisnisnya sendiri, tetapi dimasukan bersama sumbangan untuk fakir miskin dan bencana alam," ujar CEO Independent Research and Advisory Indonesia (IRAI) Lin Che Wei, di Jakarta seperti ditulis Minggu (29/9/2013).
Menurut Lin, seharusnya riset tersebut ditempatkan sebagai bagian penting dari sebuah perusahaan migas agar bisa berkembang.
"Jadi kita harus melihat hasil riset diakui sebagai fix asset lainnya, baik itu (riset tentang) mesin atau human resources, harus diperlakukan seperti itu, karena itu memiliki nilai yang luar biasa," lanjut dia.
Selain itu, hasil dari riset juga bisa dimanfaatkan dalam proses ekplorasi migas secara maksimal, bukan hanya riset yang tanpa guna.
"Dalam jangka waktu menengah dan panjang, riset harus ada manfaat yang didapat dari riset itu, bukan seperti kita menciptakan apel yang sempurna tetapi tidak bisa dimakan, jadi tiap kali riset itu hanya bagian dari pada progress," kata dia.
Lin Che Wei menuturkan, ada 4 hal kongkrit yang bisa dilakukan untuk meningkatkan peran riset dalam rangka pengembangan sektor migas di dalam negeri.
Pertama, adanya blueprint dari riset insiatif untuk minyak dan gas bumi. Kedua menetapkan roadmap riset energi di Indonesia.
Ketiga, keberadaan pilot project applied research collaboration. Kemudian terakhir pilot project policy research collaboration. "Pada roadmap ini isinya siapa saja ahli-ahli dan kesempatan apa yang ada pada bidang industri," tandas dia. (Dny/Nur)
"Selama ini perusahaan-perusahaan minyak memperlakukan riset hanya sebagai derma saja, mereka tidak memasukan anggaran riset sebagai bisnisnya sendiri, tetapi dimasukan bersama sumbangan untuk fakir miskin dan bencana alam," ujar CEO Independent Research and Advisory Indonesia (IRAI) Lin Che Wei, di Jakarta seperti ditulis Minggu (29/9/2013).
Menurut Lin, seharusnya riset tersebut ditempatkan sebagai bagian penting dari sebuah perusahaan migas agar bisa berkembang.
"Jadi kita harus melihat hasil riset diakui sebagai fix asset lainnya, baik itu (riset tentang) mesin atau human resources, harus diperlakukan seperti itu, karena itu memiliki nilai yang luar biasa," lanjut dia.
Selain itu, hasil dari riset juga bisa dimanfaatkan dalam proses ekplorasi migas secara maksimal, bukan hanya riset yang tanpa guna.
"Dalam jangka waktu menengah dan panjang, riset harus ada manfaat yang didapat dari riset itu, bukan seperti kita menciptakan apel yang sempurna tetapi tidak bisa dimakan, jadi tiap kali riset itu hanya bagian dari pada progress," kata dia.
Lin Che Wei menuturkan, ada 4 hal kongkrit yang bisa dilakukan untuk meningkatkan peran riset dalam rangka pengembangan sektor migas di dalam negeri.
Pertama, adanya blueprint dari riset insiatif untuk minyak dan gas bumi. Kedua menetapkan roadmap riset energi di Indonesia.
Ketiga, keberadaan pilot project applied research collaboration. Kemudian terakhir pilot project policy research collaboration. "Pada roadmap ini isinya siapa saja ahli-ahli dan kesempatan apa yang ada pada bidang industri," tandas dia. (Dny/Nur)