Indonesia masih memiliki 90 cekungan minyak dan gas yang belum dieksplorasi, namun untuk mengeksplorasi membutuhkan modal yang besar. Hingga saat ini, jumlah uang yang hilang karena eksplorasi tidak berhasil mencapai Rp 20 triliun.
Pengamat Ekonomi Energi Darmawan Prasodjo mengatakan, dalam melakukan eksplorasi cekungan migas memilki resiko tinggi. Hal tersebut terbukti masih sedikitnya cekungan yang sudah dieksplorasi.
"Dari 128 cekungan, yang sudah 38 yang sudah di eksplorasi, artinya 90 cekungan yang belum," kata Darmawan dalam diskusi mengenai energi, di kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu (2/10/9/2013).
Saking besarnya resiko eksplorasi migas, lanjut Darmawan, uang yang sudah dikeluar untuk investasi pada eksplorasi yang gagal mencapai Rp 20 triliun. "Dana sudah menguak untuk eksplorasi dari cekungan Rp 20 triliun, itu hilang di lautan," ungkap Dhamawan.
Darmawan menyebutkan, tantangan utama lain dalam industri migas adalah tidak sejalannya strategi antar institusi. Menurutnya, jika institusi dapat berklaborasi dengan baik, maka dapat membangun industri migas yang baik pula.
"Tantangan utama tata kelola migas. Tidak ada strategi terbadu anatara institusinya, itu jadi ciri-cirinya. Apa bila seluruh komponen institus bersatu, sistem ini menjadi klaborasi," jelas dia. (Pew/Ndw)
Pengamat Ekonomi Energi Darmawan Prasodjo mengatakan, dalam melakukan eksplorasi cekungan migas memilki resiko tinggi. Hal tersebut terbukti masih sedikitnya cekungan yang sudah dieksplorasi.
"Dari 128 cekungan, yang sudah 38 yang sudah di eksplorasi, artinya 90 cekungan yang belum," kata Darmawan dalam diskusi mengenai energi, di kawasan Sudirman, Jakarta, Rabu (2/10/9/2013).
Saking besarnya resiko eksplorasi migas, lanjut Darmawan, uang yang sudah dikeluar untuk investasi pada eksplorasi yang gagal mencapai Rp 20 triliun. "Dana sudah menguak untuk eksplorasi dari cekungan Rp 20 triliun, itu hilang di lautan," ungkap Dhamawan.
Darmawan menyebutkan, tantangan utama lain dalam industri migas adalah tidak sejalannya strategi antar institusi. Menurutnya, jika institusi dapat berklaborasi dengan baik, maka dapat membangun industri migas yang baik pula.
"Tantangan utama tata kelola migas. Tidak ada strategi terbadu anatara institusinya, itu jadi ciri-cirinya. Apa bila seluruh komponen institus bersatu, sistem ini menjadi klaborasi," jelas dia. (Pew/Ndw)