Harga minyak mulai berbalik naik (rebound) setelah terus merosot selama tiga sesi perdagangan di tengah kekhawatiran atas penghentian operasional sementara (shutdown) sebagian pemerintah Amerika Serikat.
Seperti dikutip dari Xinhua, Kamis (3/10/2013), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk pengiriman November naik US$ 2,06 menjadi US$ 104,1 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara harga minyak mentah Brent untuk pengiriman November naik US$ 1,25 menjadi US$ 109,19 per barel.
Dolar AS melemah terhadap euro setelah Bank Sentral Eropa memutuskan mempertahankan suku bunga acuan. Melemahnya dolar AS membuat lebih menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Prospek mengenai lebih banyak minyak akan diangkut ke pusat penyulingan Gulf Coast juga mendorong harga minyak lebih tinggi.
Sementara itu, Energy Information Administration (EIA) menyebutkan pasokan minyak mentah meningkat 5,5 juta barel menjadi 363,7 juta barel untuk pekan yang berakhir 27 September. Angka ini lebih tinggi dari prediksi analis yang memperkirakan kenaikan 2,4 juta barel . Pasokan bensin juga ikut naik 3,5 juta barel menjadi 219,7 juta barel .
Laporan EIA juga menunjukkan kilang AS beroperasi 89% dari total kapasitas, turun 1,3% dari sebelumnya.
Di Washington, perdebatan tak berujung antara kubu Republik dan Demokrat masih terus berlanjut. Kebuntuan diskusi akibat dari kurangnya dana untuk memenuhi tagihan pada awal tahun fiskal ini, telah menyebabkan ditutupnyabeberapa kantor pelayanan pemerintah AS untuk pertama kalinya dalam 17 tahun. Hal ini tentunya meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan default utang AS karena kemacetan politik
Di sisi ekonomi , serangkaian data ekonomi pemerintah kemungkinan akan tertunda karena shutdown, termasuk data yang paling ditunggu-tunggu pasar yaitu laporan non-farm payrolls untuk September yang awalnya dijadwalkan diumumkan Jumat. (Ndw)
Seperti dikutip dari Xinhua, Kamis (3/10/2013), harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk pengiriman November naik US$ 2,06 menjadi US$ 104,1 per barel di New York Mercantile Exchange.
Sementara harga minyak mentah Brent untuk pengiriman November naik US$ 1,25 menjadi US$ 109,19 per barel.
Dolar AS melemah terhadap euro setelah Bank Sentral Eropa memutuskan mempertahankan suku bunga acuan. Melemahnya dolar AS membuat lebih menarik bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Prospek mengenai lebih banyak minyak akan diangkut ke pusat penyulingan Gulf Coast juga mendorong harga minyak lebih tinggi.
Sementara itu, Energy Information Administration (EIA) menyebutkan pasokan minyak mentah meningkat 5,5 juta barel menjadi 363,7 juta barel untuk pekan yang berakhir 27 September. Angka ini lebih tinggi dari prediksi analis yang memperkirakan kenaikan 2,4 juta barel . Pasokan bensin juga ikut naik 3,5 juta barel menjadi 219,7 juta barel .
Laporan EIA juga menunjukkan kilang AS beroperasi 89% dari total kapasitas, turun 1,3% dari sebelumnya.
Di Washington, perdebatan tak berujung antara kubu Republik dan Demokrat masih terus berlanjut. Kebuntuan diskusi akibat dari kurangnya dana untuk memenuhi tagihan pada awal tahun fiskal ini, telah menyebabkan ditutupnyabeberapa kantor pelayanan pemerintah AS untuk pertama kalinya dalam 17 tahun. Hal ini tentunya meningkatkan kekhawatiran tentang kemungkinan default utang AS karena kemacetan politik
Di sisi ekonomi , serangkaian data ekonomi pemerintah kemungkinan akan tertunda karena shutdown, termasuk data yang paling ditunggu-tunggu pasar yaitu laporan non-farm payrolls untuk September yang awalnya dijadwalkan diumumkan Jumat. (Ndw)