Sukses

Apa Alasan BI Batasi Kredit Perbankan di Indonesia?

Bank Indonesia beberapa waktu lalu merevisi aturan terkait Giro Wajib Minimum Loan to Deposit Ratio.

Bank Indonesia (BI) beberapa waktu lalu merevisi aturan terkait Giro Wajib Minimum Loan to Deposit Ratio (GWM LDR) dari yang sebelumnya 78%-100% menjadi 78%-92%.

Dengan hal itu berarti setiap perbankan harus menyalurkan maksimal 92% dari Dana Pihak Ketiga (DPK) untuk pembiayaan kredit dan minimal 78%. Apa tujuan Bank Indonesia dengan ini?.

"Secara industri kita menginginkan agar bank-bank bisa lebih hati-hati dalam memberikan kredit, sambil terus mendorong mereka untuk meningkatkan efisiensi, jadi dengan menurunkan LDR kita berharap perbankan lebih memilih ekspansi kredit ini yang lebih berkualitas," ungkap Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah saat ditemui di Gedung Mahkamah Agung, Jakarta, Kamis (3/10/2013).

Dengan menurunkan LDR secara otomatis perbankan akan selalu mempertimbangkan modal dalam setiap pemberian kreditnya. Hal ini dilakukan bukan semata-mata untuk mengurangi aset namun demi menjaga liquiditas.

"Ini suatu kebijakan dalam satu paket, tidak hanya dalam sisi aset tapi dari sisi liquiditas mereka juga harus menimbang," jelas Halim.

Dia menambahkan dari hasil pantauan Bank Indonesia saat ini kredit di beberapa perbankan secara mayoritas sudah mulai menunjukkan penurunan, meski dalam satu minggu ini diakuinya kredit sedikit meningkat.

"Kreditnya sampai saat ini kalau dari sisi angka itu memg ada kenaikan beberapa minggu ini tapi mungkin kenaikan ini karena pengaruh kurs, jadi kalau dibuang unsur kursnya kita akan melihat pertumbuhan ekspansi kredit itu masih disekitar 20% sampai 21%," papar dia.

Tahun ini BI mencatatkan beberapa bank di seluruh Indonesia bakal menurunkan target kreditnya secara keseluruhan. Hal itu sejalan dengan keinginan BI untuk lebih menjaga likuiditas dan mencegah terjadinya bubble.

Lebih lanjut Halim menegaskan, penurunan kredit ini belum tentu mempengaruhi penyaluran kredit untuk tahun 2014.

"Kita lihat saja tahun depan bagaiman, tapi yang jelas ini gejala sementara, jadi ekonomi kita sedang melakukan penyesuaian, dan saya kira itu akan punya dampak juga untuk perbankan,"pungkasnya. (Yas/Nur)