Sukses

Perlukah Indonesia Bikin Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir?

Pro dan kontra soal pembangunan PLTN di Tanah Air terus bergulir. Apakah benar Indonesia perlu memiliki PLTN?

Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) mendesak kepada pemerintah Indonesia untuk segera merestui pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) demi menjaga ketahanan energi nasional. Lalu benarkah Indonesia perlu membangun PLTN?

Menurut Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldi Dalimi, Indonesia tidak memiliki cadangan uranium yang ekonomis untuk mendukung pengoperasian PLTN.

"Karena cadangan uraniumnya tidak ekonomis, kita nanti malah akan impor uranium. Itu kan sama saja bohong," jelas Rinaldi dalam perbincangan dengan Liputan6.com, Jumat (4/10/2013).

Selain itu, biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk membangun PLTN jauh lebih mahal dibandingkan pembangkit jenis lain.

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN juga menunjukkan, keekonomian PLTN tidak dapat bersaing dengan jenis pembangkit baseload lainnya, yaitu PLTU batubara kelas 1.000 MW ultra super-critical.

Kesulitan terbesar dalam merencanakan PLTN adalah tidak jelasnya biaya kapital, biaya radioactive waste management dan decommisioning serta biaya terkait nuclear liability.

Tak hanya keekonomian, lanjut Rinaldi, faktor keamanan, politik dan sosial juga perlu menjadi pertimbangan dalam pembangunan PLTN.  Indonesia masih memiliki sumber energi alternatif lainnya yang merimpah ruah. Misalnya panas bumi, di mana 40% cadangan dunia ada di Indonesia.

"Sebaiknya nuklir jadi opsi terakhir saja. Dipakai sumber energi yang lebih murah, kalau tidak punya baru pakai itu," jelas dia.

Berbeda dengan Rinaldi, anggota Komisi VII DPR Satya W Yudha justru menilai Indonesia perlu mengembangkan pembangkit listrik tenaga nuklir. Dalam aspek keamanan, Indonesia harus melihatnya secara regional. Jika negara ASEAN seperti Singapura, Thailanda dan Vietnam serius membangun PLTN, maka mereka akan memiliki kekuatan energi yang luar biasa.

"Jika negara tetangga berani membangun, kenapa kita tidak? Kami berharap agar nuklir jangan jadi opsi terakhir. Tapi opsi yang dipilih kalau memang dibutuhkan," terangnya. (Ndw)
Video Terkini