CEO Foxconn Technology Group Terry Gau mengaku sangat serius soal bisnisnya di Indonesia. Dia mengaku berupaya menyiapkan segalanya secara bertahap dan matang untuk memastikan bisnisnya nanti bisa bersaing di ranah internasional. Hal tersebut diperkuat penjelasan juru bicara Foxconn, Simon Hsing.
"Tahun lalu waktu kami datang kesini, negara ini tidak punya perlindungan terhadap konsumen dan tidak melakukan inspeksi," ujar Simon dalam sebuah konferensi media terbatas di Bali International Convention Center (BICC), seperti ditulis Selasa (8/10/2013).
Kondisi tersebut menurutnya sangat berbahaya dan berpotensi mengancam bisnisnya. Hal ini mengingat Foxconn merupakan perusahaan EMS terbesar di dunia dan harus selalu memiliki pijakan yang kuat saat berbisnis. Saat itu, Foxconn menunda niatnya untuk berinvestasi di Indonesia.
"Waktu itu kami rasa sangat berbahaya dan tidak ada pertanggungjawaban pada konsumen,jadi kami pikir untuk tidak dulu berinvestasi di Indonesia," kisahnya.
Namun Foxconn terus menggali potensi bisnis di Indonesia dan dengan hati-hati mengkajinya. Sementara itu, mengingat perannya sebagai perusahaan multinasional, Foxconn menginginkan tenaga kerja yang terapmpil serta lingkungan investasi bersatandar global. Foxconn juga melakukan peninjauan regulasi dan masyarakat lokal.
"Kalau dibangun di sini yang kami ingin bisa juga diterima di pasar internasional," ujarnya.
Dia menolak mengatakan pemerintah tidak siap menghadapi kehadiarannya di Tanah Air. Simong menjelaskan bahwa pemerintah tengah mencoba upaya terbaiknya untuk merealisasikan niat bisnis Foxconn dan sangat menghargai dukungan tersebut.
Sementara itu, perusahaan yang juga bernama Honhai ini bersedia membantu Indonesia dengan mentransfer teknologi yang dimilikinya ke dalam negeri.
Serba rahasia
Terry Gau dan Juru Bicara Simon Hsing menolak untuk blak-blakan soal mitra dan nilai investasinya nanti di Indonesia. Hal ini mengingat jalannya negosiasi mengenai investasi Foxconn di Indonesia terkesan sangat alot.
"Kami tidak mau menyebutkan siapa mitra kami nantinya, tapi siapa saja bisa selama memiliki kualifikasi yang sesuai dan tertarik untuk bekerja sama," jelas Simon alam sebuah konferensi media terbatas di Bali International Convention Center (BICC), seperti ditulis Selasa (8/10/2013).
Menurutnya, Foxconn telah menemui beberapa mitra potensial untuk diajak bekerjasama. Dia juga merahasiakan nama-nama mitra yang didatanginya untuk diajak berbisnis di dalam negeri. Namun dia menyatakan adanya kemungkinan merangkul lebih dari satu mitra lokal.
Simon menegaskan, investasinya di Indonesia tidak bisa hanya dinilai dari uang. Hal ini mengingat Foxconn ingin membangun industri ICT dan mentransfer teknologinya ke Tanah Air.
Dalam kesempatan yang sama, Gau juga menolak untuk memberikan informasi terkait besaran dan kisaran investasinya di dalam negeri. Dia hanya menunjukkan keseriusannya melakukan bisnis di Indonesia.
"Saya tidak bisa menyebutkan angkanya, tapi ini merupakan kali ketiga saya ke sini. Setelah pertemuan ini saya masih harus pergi ke Jakarta dan pergi juga ke tempat lain. Kita sudah berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia," jelasnya. (Sis/Ndw)
"Tahun lalu waktu kami datang kesini, negara ini tidak punya perlindungan terhadap konsumen dan tidak melakukan inspeksi," ujar Simon dalam sebuah konferensi media terbatas di Bali International Convention Center (BICC), seperti ditulis Selasa (8/10/2013).
Kondisi tersebut menurutnya sangat berbahaya dan berpotensi mengancam bisnisnya. Hal ini mengingat Foxconn merupakan perusahaan EMS terbesar di dunia dan harus selalu memiliki pijakan yang kuat saat berbisnis. Saat itu, Foxconn menunda niatnya untuk berinvestasi di Indonesia.
"Waktu itu kami rasa sangat berbahaya dan tidak ada pertanggungjawaban pada konsumen,jadi kami pikir untuk tidak dulu berinvestasi di Indonesia," kisahnya.
Namun Foxconn terus menggali potensi bisnis di Indonesia dan dengan hati-hati mengkajinya. Sementara itu, mengingat perannya sebagai perusahaan multinasional, Foxconn menginginkan tenaga kerja yang terapmpil serta lingkungan investasi bersatandar global. Foxconn juga melakukan peninjauan regulasi dan masyarakat lokal.
"Kalau dibangun di sini yang kami ingin bisa juga diterima di pasar internasional," ujarnya.
Dia menolak mengatakan pemerintah tidak siap menghadapi kehadiarannya di Tanah Air. Simong menjelaskan bahwa pemerintah tengah mencoba upaya terbaiknya untuk merealisasikan niat bisnis Foxconn dan sangat menghargai dukungan tersebut.
Sementara itu, perusahaan yang juga bernama Honhai ini bersedia membantu Indonesia dengan mentransfer teknologi yang dimilikinya ke dalam negeri.
Serba rahasia
Terry Gau dan Juru Bicara Simon Hsing menolak untuk blak-blakan soal mitra dan nilai investasinya nanti di Indonesia. Hal ini mengingat jalannya negosiasi mengenai investasi Foxconn di Indonesia terkesan sangat alot.
"Kami tidak mau menyebutkan siapa mitra kami nantinya, tapi siapa saja bisa selama memiliki kualifikasi yang sesuai dan tertarik untuk bekerja sama," jelas Simon alam sebuah konferensi media terbatas di Bali International Convention Center (BICC), seperti ditulis Selasa (8/10/2013).
Menurutnya, Foxconn telah menemui beberapa mitra potensial untuk diajak bekerjasama. Dia juga merahasiakan nama-nama mitra yang didatanginya untuk diajak berbisnis di dalam negeri. Namun dia menyatakan adanya kemungkinan merangkul lebih dari satu mitra lokal.
Simon menegaskan, investasinya di Indonesia tidak bisa hanya dinilai dari uang. Hal ini mengingat Foxconn ingin membangun industri ICT dan mentransfer teknologinya ke Tanah Air.
Dalam kesempatan yang sama, Gau juga menolak untuk memberikan informasi terkait besaran dan kisaran investasinya di dalam negeri. Dia hanya menunjukkan keseriusannya melakukan bisnis di Indonesia.
"Saya tidak bisa menyebutkan angkanya, tapi ini merupakan kali ketiga saya ke sini. Setelah pertemuan ini saya masih harus pergi ke Jakarta dan pergi juga ke tempat lain. Kita sudah berkomitmen untuk berinvestasi di Indonesia," jelasnya. (Sis/Ndw)