Sukses

Foxconn Minta Indonesia Buatkan Laboratorium Riset

Sebelum, perusahaan komponen asal Taiwan tersebut meminta pemberian insentif dari rencana investasi mereka.

Kepastian investasi produsen komponen elektronik, Foxconn Technology Group akhirnya terjawab sudah. Perusahaan manufaktur yang memiliki 40 pabrik telepon seluoler (Ponsel) tersebut bakal merealisasikan pembangunan pabrik ponsel di Indonesia pada awal 2014.

Namun rencana investasi yang diajukan perusahaan asal Taiwan tersebut ternyata disertai sejumlah permintaan. Setelah meminta penyelesaian lahan, kini Foxconn meminta keterlibatan pemerintah Indonesia secara langsung untuk membuat sebuah laboratorium riset terkait aktivitas bisnis yang akan dijalankannya.

"Chairman-nya Foxconn, Terry Ghou sudah datang menemui saya kemarin sambil ngopi-ngopi dengan Pak Gita (Menteri Perdagangan). Pada prinsipnya mereka sudah selesaikan perundingan tersebut dengan partnernya," ungkap dia saat Press Conference di BNDCC, Nusa Dua Bali, Selasa (9/10/2013).

Sebagai informasi, Menteri Perindustrian MS Hidayat menyatakan, kepastian tersebut meluncur langsung dari bibir Chairman Foxconn Technology Group, Terry Ghou saat hadir di penyelenggaraan KTT APEC 2013. Foxconn dikabarkan menggandeng beberapa mitra lokal, termasuk Agung Sedayu Group dan PT Erajaya Swasembada Tbk.

Hidayat menjelaskan, permintaan tersebut ditujukan khusus kepada kementeriannya. Alasannya, Foxconn mengaku mendapatkan fasilitas serupa dari pemerintah China ketika menginvestasikan dananya di negara tersebut.

Saat ini, lanjut Hidayat, pihaknya telah mempersiapkan permintaan dari Foxconn termasuk persoalan insentif pajak. "Saya yakin proses tersebut bisa diselesaikan tidak lebih dari 2-3 bulan. Sehingga rencana investasi pada awal tahun depan sudah pas lah," ujarnya.   

Sesuai komitmen awal, Foxconn memastikan akan menanamkan modal di Indonesia sebesar US$ 5 miliar. Namun dana investasi tersebut pun akan dicairkan secara bertahap.

"Investasi ini saya anggap penting karena impor ponsel setiap tahun mencapai 100 juta unit. Jadi ini komitmen kami untuk mengurangi impor ponsel dengan memproduksi secara lokal. Implikasinya banyak, khususnya menyehatkan kembali neraca transaksi berjalan," pungkas Hidayat. (Fik/Shd)