Perdagangan minyak mentah dunia terlihat lebih percaya diri di tengah kondisi pemerintahan Amerika Serikat (AS) yang tengah menghindari kegagalan pembayaran utang.
Benchmark minyak mentah untuk pengiriman November naik 46 sen menjadi US$ 103,49 per barel. Sementara harga minyak Brent, patokan untuk minyak mentah internasional, naik 48 sen menjadi US$ 110,16 per barel di ICE Futures Exchange di London, melansir laman Associated Press, Rabu (9/10/2013).
"Tidak seperti pasar saham, kompleksitas energi tampaknya dalam kondisi baik saat AS tengah berusaha menghindari gagal bayar plafon utang yang tenggat di pekan depan, " tulis Jim Ritterbusch, Presiden Konsultan Energi Ritterbusch and Associates.
Harga minyak telah melambung berkisar US$ 101 dan US$ 104 per barel setelah pemerintah AS terpaksa menghentikan pemerintahannya sebagian pada pekan lalu. Negara ini juga tengah menghadapi deadlinekenaikan batas pinjaman.
Jika Kongres tidak menaikkan batas utang hingga 17 Oktober, maka negara itu bisa menghadapi gagal bayar utang pertama kalinya dan ini menjadi ancama serius yang bisa membahayakan ekonomi global. (Nur)
Benchmark minyak mentah untuk pengiriman November naik 46 sen menjadi US$ 103,49 per barel. Sementara harga minyak Brent, patokan untuk minyak mentah internasional, naik 48 sen menjadi US$ 110,16 per barel di ICE Futures Exchange di London, melansir laman Associated Press, Rabu (9/10/2013).
"Tidak seperti pasar saham, kompleksitas energi tampaknya dalam kondisi baik saat AS tengah berusaha menghindari gagal bayar plafon utang yang tenggat di pekan depan, " tulis Jim Ritterbusch, Presiden Konsultan Energi Ritterbusch and Associates.
Harga minyak telah melambung berkisar US$ 101 dan US$ 104 per barel setelah pemerintah AS terpaksa menghentikan pemerintahannya sebagian pada pekan lalu. Negara ini juga tengah menghadapi deadlinekenaikan batas pinjaman.
Jika Kongres tidak menaikkan batas utang hingga 17 Oktober, maka negara itu bisa menghadapi gagal bayar utang pertama kalinya dan ini menjadi ancama serius yang bisa membahayakan ekonomi global. (Nur)