Tak cuma 'mengekspor' TKI pembantu rumah tangga (PRT), Indonesia juga diharapkan mampu mengirimkan tenaga-tenaga terlatih dan kompeten pada berbagai bidang.
Sekitar 3.500 lowongan kerja di tawarkan pada Job Fair yang diselenggarakan BNP2TKI dan Politeknik Negeri Medan (Polmed), Sumatera Utara di Medan, salah satunya ke Malaysia.
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) mengaku siap menyalurkan lulusan-lulusan terbaik, dengan pendidikan minimal SLTA sederajat hingga perguruan tinggi, tanah air ke mancanegara. Lantas siapkah, para calon tenaga kerja tanah air berkiprah di luar negeri?.
Kepala Balai Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Medan, Sumatera Utara, Haris Nainggolan membeberkan salah satu daya tarik menjadi TKI di luar negeri.
"Ada perbedaan gaji yang mencolok. Jika di sini mereka hanya digaji Rp 1 jutaan, maka minimal untuk SLTA-sederajat, bisa mendapatkan 900 ringgit+tunjangan (sekitar Rp 3,2 juta)," kata Haris, Rabu (9/10/2013).
Sedikit beda, Kasi Pemetaan Potensi Permintaan BNP2TKI Dede Rosad Ependi, punya pendapat lain dari Haris. Menurut dia, bekerja di dalam negeri akan lebih baik dibandingkan jika bekerja di luar negeri.
Apalagi jika selisih gaji tidak terlalu besar. "Daripada ke luar, kalau ada peluang di dalam negeri, yah dimanfaatin dulu lah di dalam negeri," kata Dede.
Dia menuturkan jika lulusan SMK di bidang konstruksi digaji sekitar Rp 3 juta di Indonesia. Angka ini tak jauh beda dengan di luar negeri. "Kalau di luar selisihnya hanya sedikit, yah mending di dalam negeri," pungkas Dede.
Sementara dari pantauan Liputan6.com, kerja di luar negeri tak melulu menarik minat masyarakat. "Kalau ada di dalam negeri kenapa harus ke luar negeri?" kata Isnan, salah satu pengunjung job fair.
Isnan lebih memilih untuk bekerja pada perusahaan-perusahaan dalam negeri, ketimbang luar negeri. Demikian pula rekan lain yang mendampingi ikut mengamini pilihan Isnan.Â
"Di dalam negeri, nggak jauh dari keluarga. Lebih nyaman di dalam negeri," timpal Adil.
Sementara Ari, rekannya yang lain, punya alasan lain mengapa lebih memilih bekerja pada perusahaan dalam negeri. "Nggak bisa bahasa Inggris," jawab dia.
Berbeda dengan ketiganya, seorang peserta job fair lainnya, Lumpal, mengaku tertarik bekerja di luar negeri. Tapi dia enggan memeras keringat di Malaysia. Kenapa?
"Di Malaysia nggak enak. Kedeketan, kalau mau ke luar negeri, sekalian yang jauh sekalian. Kalau Kanada, mau," tutur Lumpal.(Nrm)
Sekitar 3.500 lowongan kerja di tawarkan pada Job Fair yang diselenggarakan BNP2TKI dan Politeknik Negeri Medan (Polmed), Sumatera Utara di Medan, salah satunya ke Malaysia.
Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) mengaku siap menyalurkan lulusan-lulusan terbaik, dengan pendidikan minimal SLTA sederajat hingga perguruan tinggi, tanah air ke mancanegara. Lantas siapkah, para calon tenaga kerja tanah air berkiprah di luar negeri?.
Kepala Balai Pelayanan, Penempatan, dan Perlindungan TKI (BP3TKI) Medan, Sumatera Utara, Haris Nainggolan membeberkan salah satu daya tarik menjadi TKI di luar negeri.
"Ada perbedaan gaji yang mencolok. Jika di sini mereka hanya digaji Rp 1 jutaan, maka minimal untuk SLTA-sederajat, bisa mendapatkan 900 ringgit+tunjangan (sekitar Rp 3,2 juta)," kata Haris, Rabu (9/10/2013).
Sedikit beda, Kasi Pemetaan Potensi Permintaan BNP2TKI Dede Rosad Ependi, punya pendapat lain dari Haris. Menurut dia, bekerja di dalam negeri akan lebih baik dibandingkan jika bekerja di luar negeri.
Apalagi jika selisih gaji tidak terlalu besar. "Daripada ke luar, kalau ada peluang di dalam negeri, yah dimanfaatin dulu lah di dalam negeri," kata Dede.
Dia menuturkan jika lulusan SMK di bidang konstruksi digaji sekitar Rp 3 juta di Indonesia. Angka ini tak jauh beda dengan di luar negeri. "Kalau di luar selisihnya hanya sedikit, yah mending di dalam negeri," pungkas Dede.
Sementara dari pantauan Liputan6.com, kerja di luar negeri tak melulu menarik minat masyarakat. "Kalau ada di dalam negeri kenapa harus ke luar negeri?" kata Isnan, salah satu pengunjung job fair.
Isnan lebih memilih untuk bekerja pada perusahaan-perusahaan dalam negeri, ketimbang luar negeri. Demikian pula rekan lain yang mendampingi ikut mengamini pilihan Isnan.Â
"Di dalam negeri, nggak jauh dari keluarga. Lebih nyaman di dalam negeri," timpal Adil.
Sementara Ari, rekannya yang lain, punya alasan lain mengapa lebih memilih bekerja pada perusahaan dalam negeri. "Nggak bisa bahasa Inggris," jawab dia.
Berbeda dengan ketiganya, seorang peserta job fair lainnya, Lumpal, mengaku tertarik bekerja di luar negeri. Tapi dia enggan memeras keringat di Malaysia. Kenapa?
"Di Malaysia nggak enak. Kedeketan, kalau mau ke luar negeri, sekalian yang jauh sekalian. Kalau Kanada, mau," tutur Lumpal.(Nrm)