"You khow what they say, everybody gotta have a dream", itu kutipan di profil twitter Robert Pera. Yah berawal dari sebuah impian, pria kelahiran 10 Maret 1978 berhasil mewujudkan impiannya untuk membangun perusahaan yang bergerak di teknologi komunikasi, yaitu Ubiquiti Networks Inc.
Seperti apa perjalanan hidup pemuda ganteng yang masih jomblo dan kaya raya ini. Berikut kisahnya seperti dikutip dari Forbes dan businessinsider, Jumat (11/10/2013).
Berani ambil risiko untuk wujudkan impian
Berkat kerja keras untuk mewujudkan mimpinya, Robert Pera dinobatkan menjadi miliarder muda pada 2013 oleh Forbes. Total kekayaannya mencapai US$ 1,95 miliar pada September 2013. Kekayaannya diperoleh setelah perusahaannya melakukan go public pada Oktober 2011 lalu.
Untuk mewujukannya impiannya, ia bahkan rela keluar dari perusahaan besar dan terkenal di Amerika Serikat pada 2005. "Apple perusahaan besar, akan tetapi saya ingin sukses lebih cepat lagi," kata Robert.
Ia berambisi untuk menjadi orang sukses lebih cepat. Dalam sebuah wawancara dengan Forbes, ia mengungkapkan, dirinya ingin mencoba membangun sesuatu yang besar dan seefisien mungkin, dan menjualnya dengan harga yang memotivasi pembeli serta memastikan keuntungan.
Hobi Olahraga Meski Punya Infeksi Jantung
Robert Pera lahir di San Carlos, dan dibesarkan di Redwood City, daerah di antara San Francisco dan San Jose. Ayah Robert seorang konsultan bisnis. Saat ini ayahnya menjadi CEO Armino Foods, yang bergerak di usaha pembuatan makanan beku Italia. Sementara ibu Robert merupakan salah satu staf humas.
Sejak remaja, Robert dikenali menyukai teknologi internet dan komputer. Selain itu, ia juga menyukai video games, dan selalu mencari versi Jepangnya karena keluar lebih dulu dibandingkan di Amerika Serikat.
Meski, ia sempat sakit infeksi jantung, Robert menyukai olah raga basket. Infeksi jantungnya sempat membuat dirinya banyak istirahat, sekarang kondisinya relatif stabil.
Kesukaan Robert terhadap basket pun mempengaruhinya untuk membeli sebuah klub basket pada 23 Agustus 2012. Selain jago di bidang teknologi informasi, pria berwajah tampan ini juga dapat berbicara bahasa China dan Jepang.
Mengidolakan Steve Jobs
Robert mengikuti jejak saudara perempuan tertuanya kuliah di University of California, San Diego pada 1997. Pria yang masih betah melajang ini mendapatkan dua gelar di jurusan teknik listrik dan bahasa Jepang. Ia pun meneruskan magisternya di universitas sama dengan spealisasi desain sirkuit.
Setelah lulus kuliah pada 2002, Robert pun berhasil mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar di Amerika Serikat. Ia bekerja di Apple. "Saya ingin membangun produk. Saya mengidolakan Steve Jobs," ujar Robert.
Saat bekerja di Apple, ia ditugaskan untuk menguji router Wi-Fi perusahaan untuk memastikan mereka memenuhi standar Federal Communications Commission untuk emisi elektromagnetik. Menurutnya, pekerjaan itu membosankan. Akan tetapi Robert bekerja keras dengan datang lebih awal dan pulang paling akhir. Ia ingin melakukan yang terbaik.
Ia ingin bekerja di bagian design, dan membagi ambisi ini untuk siapa yang mendengarkannya.
Ketika masa evaluasi masa kerjanya, atasannya yang telah bekerja puluhan tahun mengatakan kepadanya untuk karirnya. Robert mendapatkan rating kinerja dua dari rating lima. Gajinya pun tinggal US$ 65 ribu per tahun.
Bekerja Keras di Apple Sebelum Keluar
Dalam masa evaluasi kerjanya, Robert melihat cara mudah untuk meningkatkan router Apple. Sumber daya yang mereka gunakan untuk melemparkan sinyal berada jauh di bawah batas FCC. Robert menyampaikan ide untuk membantu meningkatkan jangkauannya, tetapi sayang bos Apple mengabaikan idenya.
Kejadian itu membuat Robert memutuskan untuk membangun sendiri modul Wi-Fi. Dengan mencari online, ia menemukan, orang-orang di daerah terpencil sudah siap dengan rigging Wi-Fi routers dengan amplifier eksternal untuk mengirim sinyal melalui puluhan kilometer Itu adalah cara murah untuk mendapatkan akses internet dengan perusahaan kabel dan telepon tidak mencapainya. "Ini adalah pasar yang besar baru dimulai, tapi tidak ada yang tahu tentang itu," ujar Robert.
Robert pun mengurangi waktunya di tempat kerja. Ia bekerja keras menghabiskan malam dan akhir pekan untuk menyelesaian pengujian prototipe di apartemennya. Pada awal 2005, ia pun sudah siap untuk memulai bisnis sendiri. Tepat sebelum meninggalkan Apple, ia mendapatkan kenaikan gaji dan mendapatkan rating empat dari lima pada review tahunan.
"Apple perusahaan besar, tetapi saya ingin sukses lebih cepat lagi," kata Robert yang tidak pernah melakukan checking di airport ini.
Pekerja Keras dan Hemat
Robert dikenal sebagai orang pekerja keras, hemat dan pengambil risiko. Hal ini memang tampak ketika ia mulai membangun perusahaannya setelah keluar dari Apple pada 2005. Ia mulai membangun Ubiquiti Networks, perusahaan teknologi komunikasi wireless.
Ia pun menuliskan pengalamannya itu pada 11 Juni 2012 di blognya:
"Ketika saya meninggalkan pekerjaan saya pada 2005, saya mendedikasikan pekerjaan saya untuk Ubiquiti. Dalam pikiran saya, jika ini tidak berhasil maka saya akan kacau," tutur Robert.
Ia menambahkan, saat itu Maret 2005, dan uang sewa apartemen sekitar US$ 600 per bulan untuk apartemen. Pada tahun selanjutnya, Robert memindahkan kasur, dan lab-nya ke sebuah kantor dengan uang sewa US$ 650 per bulan. Kantornya dikelilingi oleh toko-toko di seberang jalan San Jose.
Sebelumnya ia mengumpulkan tabungan dan uang tunai kartu kredit sehingga terkumpul dana US$ 30 ribu yang digunakan untuk investasi di Ubiquiti Network.
Semangat kewirausahaan Robert pun terbayar. Dengan menjaga biaya rendah, Ubiquiti mampu bersaing dengan Motorola dengan menjaga keuntungan margin yang kuat. Adapun berbagai produk Ubiquiti termasuk sistem amplikasi Wi-Fi yang dapat memberikan akses internet untuk sedikitnya 10 orang dan lebih dari 10 ribu pelanggan dalam radius 36 mil.
Bisnisnya Jelas dan Ringkas
Juni 2005, Ubiqquiti Networks meluncurkan produk seri pertama antara lain "Super Range" mini-PCI radio cards SR 2 dan SR5. Kartu ini dapat dibeli oleh beberapa penyedia kecil dan menengah untuk melayani internet di seluruh dunia. Saat ini, perusahaan menjual empat produk utama antara lain airMAX, airFiber, airVision, dan Unifi.
Layanan pertama dilakukan pada musim panas 2005 dengan menjual 4.000 radio card bertenaga tinggi untuk beberapa penyedia layanan internet nirkabel Amerika Serikat. Ia menggunakan produsen manufaktur Taiwan. Ubiquiti dapat membuat kartu untuk US4 30 dan menjualnya seharga US$ 80.
Ubiquiti pun melakukan penawaran perdana saham pada 13 Oktober 2011 dengan menawarkan 7,04 juta saham. Harga per saham sekitar US$ 15. UBS bertindak sebagai penjamin emisi efek dalam penawaran perdana saham itu. Perseroan meraih dana sekitar US$ 105,6 juta dari penawaran perdana saham itu. Nilai perusahaan itu mencapai US$ 1,45 miliar, dan kepemilikan saham Robert sekitar 64% dengan nilai US$ 1 miliar.
Robert pun bercita-cita ingin mendorong perusahaannya menjadi lebih besar dan mendapatkan reputasi Cisco. Kesuksesan adalah masalah mengidentifikasi peluang dan menempatkan dalam upaya yang jelas dan ringkas ke arah benar.
Beli Klub Basket
Pria yang tidak menyukai politik dan ketidakefisienan ini cukup mahir bermain basket. Ia dikabarkan suka latihan basket sekitar empat hingga lima kali dalam seminggu. Kesukaannya terhadap basket juga membuat ia memilih untuk membeli klub basket Memphis Grizzlies.
Pembelian klub itu dikabarkan mencapai US$ 350 juta. "Saya rasa dia dapat menjadi pemilik yang baik. Ia muda, di usia 30 tahunan, dan saya pikir dia suka basket, dan keuangannya juga baik. Ia akan menjadi pemilik luar biasa, " tutur Michael Heisley, yang sebelumnya pemegang saham utama Memphis Grizzlies.
Robert pun menyambut kesempatan ini sebagai alat untuk mengembangkan apa yang telah dibangun Memphis Grizzlies dalam kompetisi tinggi di tim NBA. "Saya bergerak maju untuk mengetahui komunitas Memphis dan melanjutkan tim sukses di Memphis," kata Robert.
Pria Ganteng yang Eksis di Dunia Maya
Robert kelihatan cukup eksis di dunia maya seperti twitter dan blog. Pria ganteng ini suka untuk berbagi pengalaman dan ilmu dengan orang lain.
Ia membuat blog pada 1 Juni 2012. Robert mengatakan, blog ini dibuat untuk mendiskusikan berbagai topik mulai dari teknologi masa depan dan untuk menemukan hal yang keren.
Salah satu fokus dari situs ini juga akan didedikasikan untuk berbagi beberapa wawasan dari pengalaman karirnya dalam upaya mendukung generasi berikutnya dari pengusaha untuk bersaing di pasar global. Blog Robert ini bernama www.rjpblog.com, tulisan terbaru Robert ditulis pada 17 Juni 2013. (Amh/Igw)
Robert Pera, si Jomblo Ganteng yang Tajir Habis Berkat `Ubiquiti`
Berawal dari sebuah impian, Robert Pera berhasil mewujudkan impiannya untuk membangun perusahaan teknologi komunikasi, Ubiquiti Networks.
Advertisement