Direktur Utama Karen Agustiawan kembali masuk ke dalam jajaran 50 Most Powerful Women in Business pada posisi ke-6 versi majalah Fortune Global.
Keberhasilan tersebut memperbaiki prestasi pada tahun sebelumnya yang berada pada peringkat ke-19 dalam 50 Most Powerful Women in Business. Dengan peningkatan tersebut, Karen juga termasuk salah satu dari 9 wanita pebisnis berpengaruh yang mengalami perubahan posisi positif terbesar (big movers and new comers).
 "Penghargaan ini merupakan penghargaan bagi Pertamina dan seluruh bangsa Indonesia, tanpa dukungan penuh seluruh komponen bangsa maka Pertamina tidak akan bisa mencapai prestasi seperti saat ini" tutur Karen di Jakarta, Jumat (11/10/2013).
Fortune menilai Karen sangat layak berada pada peringkat No.6 tahun ini berdasarkan pertimbangan keberhasilannya dalam mengelola perusahaan dengan pendapatan US$ 70 miliar, mencapai laba bersih US$ 2,7 miliar dan berhasil masuk peringkat 122 Fortune Global 500.Â
Pencapaian laba bersih sebesar US$ 2,7 miliar atau naik 15% dari tahun sebelumnya tersebut menjadi pencapaian tertinggi dalam sejarah sejak perusahaan tersebut berdiri.
Tak heran, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan langsung memilih Karen kembali memimpin Pertamina untuk 5 tahun ke depan, sejak Juni lalu.
Perempuan kelahiran Bandung, 19 Oktober 1958 itu merupakan wanita pertama yang memimpin Pertamina. Dia diangkat sebagai Dirut untuk menggantikan Ari H. Soemarno.
Lulusan Sarjana Teknik Fisika ITB ini memulai kariernya di Mobil Oil Indonesia sebagai system analyst dan programmer pada tahun 1984.
Sebelum menjadi Dirut Pertamina, Karen pernah bekerja sebagai System Analyst dan Programmer di Mobil Oil Indonesia (1984-1986), Seismic Processor dan Quality Controller di Mobil Oil Indonesia (1987-1988), pindah tugas ke Mobil Oil Dallas USA (1989 -1992).
Lalu ia kembali ke Mobil Oil Indonesia sebagai Project Leader di Exploration Computing Department (1992-1996), Mutual Agreement Separation Package Mobil Oil Indonesia (1996-1998), bergabung dengan CGG Petrosystems di Indonesia sebagai product manager aplikasi G&G dan data manajemen (1998), bergabung dengan Landmark Concurrent Solusi Indonesia sebagai domain specialist (1998-1999).
Di tempat yang sama sebagai business development manager (2000-2002), bergabung dengan Halliburton Indonesia sebagai Commercial Manager for Consulting and Project Management (2002-2006), Staf Ahli Direktur Utama bidang Hulu PT Pertamina (Persero) (2006-2008), dan menjabat sebaga Direktur Hulu Pertamina, baru kemudian menjadi orang nomor 1 di Pertamina
(Ndw)
Keberhasilan tersebut memperbaiki prestasi pada tahun sebelumnya yang berada pada peringkat ke-19 dalam 50 Most Powerful Women in Business. Dengan peningkatan tersebut, Karen juga termasuk salah satu dari 9 wanita pebisnis berpengaruh yang mengalami perubahan posisi positif terbesar (big movers and new comers).
 "Penghargaan ini merupakan penghargaan bagi Pertamina dan seluruh bangsa Indonesia, tanpa dukungan penuh seluruh komponen bangsa maka Pertamina tidak akan bisa mencapai prestasi seperti saat ini" tutur Karen di Jakarta, Jumat (11/10/2013).
Fortune menilai Karen sangat layak berada pada peringkat No.6 tahun ini berdasarkan pertimbangan keberhasilannya dalam mengelola perusahaan dengan pendapatan US$ 70 miliar, mencapai laba bersih US$ 2,7 miliar dan berhasil masuk peringkat 122 Fortune Global 500.Â
Pencapaian laba bersih sebesar US$ 2,7 miliar atau naik 15% dari tahun sebelumnya tersebut menjadi pencapaian tertinggi dalam sejarah sejak perusahaan tersebut berdiri.
Tak heran, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan langsung memilih Karen kembali memimpin Pertamina untuk 5 tahun ke depan, sejak Juni lalu.
Perempuan kelahiran Bandung, 19 Oktober 1958 itu merupakan wanita pertama yang memimpin Pertamina. Dia diangkat sebagai Dirut untuk menggantikan Ari H. Soemarno.
Lulusan Sarjana Teknik Fisika ITB ini memulai kariernya di Mobil Oil Indonesia sebagai system analyst dan programmer pada tahun 1984.
Sebelum menjadi Dirut Pertamina, Karen pernah bekerja sebagai System Analyst dan Programmer di Mobil Oil Indonesia (1984-1986), Seismic Processor dan Quality Controller di Mobil Oil Indonesia (1987-1988), pindah tugas ke Mobil Oil Dallas USA (1989 -1992).
Lalu ia kembali ke Mobil Oil Indonesia sebagai Project Leader di Exploration Computing Department (1992-1996), Mutual Agreement Separation Package Mobil Oil Indonesia (1996-1998), bergabung dengan CGG Petrosystems di Indonesia sebagai product manager aplikasi G&G dan data manajemen (1998), bergabung dengan Landmark Concurrent Solusi Indonesia sebagai domain specialist (1998-1999).
Di tempat yang sama sebagai business development manager (2000-2002), bergabung dengan Halliburton Indonesia sebagai Commercial Manager for Consulting and Project Management (2002-2006), Staf Ahli Direktur Utama bidang Hulu PT Pertamina (Persero) (2006-2008), dan menjabat sebaga Direktur Hulu Pertamina, baru kemudian menjadi orang nomor 1 di Pertamina
(Ndw)