Krisis keuangan yang melanda hampir seluruh negara di dunia ternyata tak menggoyahkan kinerja pendapatan di industri telekomunikasi tanah air. Termasuk perusahaan yang bermain di sektor ini yaitu PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Tbk (TLKM).
Direktur Utama Telkom, Arief Yahya merasa beruntung industri telekomunikasi tarpengaruh dengan kondisi krisis dunia yang berdampak terhadap perlambatan ekonomi negara-negara maju dan berkembang.
"Kebetulan, kami di telko beruntung tidak terlalu terpengaruh dengan krisis dari sisi pendapatan," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Nusa Dua, Bali, seperti ditulis Rabu (16/10/2013).
Arief optimistis, perseroan akan tumbuh sekitar 8%-10% pada 2013 atau melampaui rata-rata industri yang diperkirakan hanya 6%-8%.
Dia justru mengkhawatirkan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berada di atas Rp 10 ribu per dolar AS walapun telah mengalami penguatan.
"Yang kami khawatirkan dari sisi belanja modal (capital expenditure/capex) karena ada unsur foreign exchange," lanjut dia.
Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (15/10/2013) sore lalu, posisi rupiah berada di level Rp 10.904 per dolar AS atau menguat 44 poin atau 0,40% dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 10.948 per dolar AS.
Lebih jauh dia menambahkan, pengaruh tersebut karena kebutuhan sebagian belanja modal perseroan menggunakan mata uang dolar AS sehingga emiten berkode TLKM ini memerlukan stok dolar cukup demi membiayai capex itu.
"Untuk tahun ini, seluruh kewajiban dolar yang kami butuhkan sekitar US$ 100 juta dan itu sudah siap semua. Dan akan naik menjadi lebih dari US$ 300 juta pada tahun depan," papar Arief.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatatkan pendapatan sepanjang Januari-Juni 2013 sebesar Rp 40,16 triliun atau meningkat dibanding periode yang sama sebelumnya sebesar Rp 36,72 triliun.
Raihan tersebut mengerek kenaikan laba periode berjalan perseroan dari kurun waktu enam bulan pertama 2012 sebesar Rp 8,99 triliun menjadi Rp 10,15 triliun hingga akhir Juni ini. (Fik/Nur)
Direktur Utama Telkom, Arief Yahya merasa beruntung industri telekomunikasi tarpengaruh dengan kondisi krisis dunia yang berdampak terhadap perlambatan ekonomi negara-negara maju dan berkembang.
"Kebetulan, kami di telko beruntung tidak terlalu terpengaruh dengan krisis dari sisi pendapatan," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com di Nusa Dua, Bali, seperti ditulis Rabu (16/10/2013).
Arief optimistis, perseroan akan tumbuh sekitar 8%-10% pada 2013 atau melampaui rata-rata industri yang diperkirakan hanya 6%-8%.
Dia justru mengkhawatirkan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berada di atas Rp 10 ribu per dolar AS walapun telah mengalami penguatan.
"Yang kami khawatirkan dari sisi belanja modal (capital expenditure/capex) karena ada unsur foreign exchange," lanjut dia.
Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (15/10/2013) sore lalu, posisi rupiah berada di level Rp 10.904 per dolar AS atau menguat 44 poin atau 0,40% dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 10.948 per dolar AS.
Lebih jauh dia menambahkan, pengaruh tersebut karena kebutuhan sebagian belanja modal perseroan menggunakan mata uang dolar AS sehingga emiten berkode TLKM ini memerlukan stok dolar cukup demi membiayai capex itu.
"Untuk tahun ini, seluruh kewajiban dolar yang kami butuhkan sekitar US$ 100 juta dan itu sudah siap semua. Dan akan naik menjadi lebih dari US$ 300 juta pada tahun depan," papar Arief.
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mencatatkan pendapatan sepanjang Januari-Juni 2013 sebesar Rp 40,16 triliun atau meningkat dibanding periode yang sama sebelumnya sebesar Rp 36,72 triliun.
Raihan tersebut mengerek kenaikan laba periode berjalan perseroan dari kurun waktu enam bulan pertama 2012 sebesar Rp 8,99 triliun menjadi Rp 10,15 triliun hingga akhir Juni ini. (Fik/Nur)