Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa optimistis Indonesia bisa kembali pemain utama minyak kelapa sawit (crude palm oil-CPO) dunia. Bukan tak mungkina, Indonesia bakal bisa menggeser Malaysia yang selama ini menjadi penentu harga CPO dunia.
"Saat ini memang belum menjadi price leader, dengan kemampuan sekarang sudah mendapatkan CPO sebesar 27 juta ton per tahun, sedangkan Malaysia masih sebesar 16 juta ton per tahun. Maka kedepannya Indonesia bisa menjadi pemain utama di sektor CPO," ujar Hatta ketika ditemui dalam acara Pengembangan Industri Minyak Sawit Indonesia di hotel Gran Melia, Jakarta, Rabu (16/10/2013).
Menurut Hatta, Indonesia saat ini harus terus meningkatkan produktifitas CPO agar bisa lebih bersaing dengan negara lain.
Hatta mengakui, harga CPO saat ini memang tengah dalam tren menurun. Penurunan dipicu situasi perekonomian global yang sedang tidak sehat terutama melemahnya permintaan komoditas CPO dari China dan India.
Namun pemerintah yakin penurunan harga CPO saat ini hanya bersifat sementara. Sebagai kebutuhan pokok yang paling kuat, turunnya harga komoditas diyakini tidak berlangsung lama. Meskipun turun, pelemahan harga CPO diyakini takkan terlalu besar.
Guna mewujudkan mimpinya menggeser Malaysia, pemerintah berharap Indonesia ke depannya memiliki potensi memproduksi CPO sebanyak 50 juta ton per tahun.
Pemerintah juga mendesak agar pelaku usaha CPO terus meningkatkan proses hilirisasi dari produk turunan kelapa sawit tersebut. (Dis/Shd)
"Saat ini memang belum menjadi price leader, dengan kemampuan sekarang sudah mendapatkan CPO sebesar 27 juta ton per tahun, sedangkan Malaysia masih sebesar 16 juta ton per tahun. Maka kedepannya Indonesia bisa menjadi pemain utama di sektor CPO," ujar Hatta ketika ditemui dalam acara Pengembangan Industri Minyak Sawit Indonesia di hotel Gran Melia, Jakarta, Rabu (16/10/2013).
Menurut Hatta, Indonesia saat ini harus terus meningkatkan produktifitas CPO agar bisa lebih bersaing dengan negara lain.
Hatta mengakui, harga CPO saat ini memang tengah dalam tren menurun. Penurunan dipicu situasi perekonomian global yang sedang tidak sehat terutama melemahnya permintaan komoditas CPO dari China dan India.
Namun pemerintah yakin penurunan harga CPO saat ini hanya bersifat sementara. Sebagai kebutuhan pokok yang paling kuat, turunnya harga komoditas diyakini tidak berlangsung lama. Meskipun turun, pelemahan harga CPO diyakini takkan terlalu besar.
Guna mewujudkan mimpinya menggeser Malaysia, pemerintah berharap Indonesia ke depannya memiliki potensi memproduksi CPO sebanyak 50 juta ton per tahun.
Pemerintah juga mendesak agar pelaku usaha CPO terus meningkatkan proses hilirisasi dari produk turunan kelapa sawit tersebut. (Dis/Shd)