Jagat sepakbola Italia dibuat kaget dengan masuknya pengusaha asal Indonesia, Erick Thohir sebagai pemegang saham mayoritas klub sepakola kaya, Inter Milan. Dengan dana 350 juta euro atau setara Rp 5,3 triliun, miliarder yang sudah memiliki klub sepakbola di Amerika Serikat ini mengambil alih saham milik presiden klub Massimo Moratti.
Dengan dana mencapai Rp 5,3 triliun, muncul pertanyaan dari mana Erick memperoleh uang triliunan rupiah tersebut?
Dikutip dari webpronews.com, Rabu (16/10/2013), Erick dikabarkan memperoleh uang untuk membeli klub Italia dari industri media raksasa yang dimilikinya. Pengusaha lulusan National University, California ini diketahui memiliki stasiun televisi, radio, serta surat kabar cetak dan online.
Diberitakan fedenerazzura.com, keluarga Thohir memang terkenal super kaya. Kakak laki-lakinya Garibaldi Thohir diketahui memiliki pendapatan senilai 1 miliar euro. Sedangkan ayah keduanya, merupakan pemilik raksasa bisnis otomotif, Astra International dengan laba mencapai 20 miliar euro per tahun.
Meski demikian, Thohir memilih untuk mendirikan bisnis sendiri. Laman espnfc.com mengungkapkan pundi kekayaan Erick berasal dari sejumlah perusahaannya yang bergerak di bidang industri media. Erick mengelola majalah, surat kabar, stasiun televisi dan radio, juga sejumlah situs periklanan, penjualan tiket dan situs-situs hiburan yang bersifat komersil.
Mahaka Group yang dipimpinnya membangun Radio One Jakarta pada 1999 dan membeli harian Republika pada 2000. Tak hanya itu, lewat Mahaka Group, pengusaha kelahiran Jakarta tersebut membeli Harian Indonesia yang diterbitkan ulang sebagai Sin Chew-Harian Indonesia. Surat kabar tersebut dikelola Sin Chew Media Corporation Berhad yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia.
Hingga 2009, Grup Mahaka telah berkembang dan menguasai majalah a+, Parents Indonesia, dan Golf Digest; Sementara untuk bisnis media surat kabar: Sin Chew Indonesia dan Republika; Stasiun TV: JakTV, stasiun radio GEN 98.7 FM, Prambors FM, Delta FM, dan FeMale Radio.
Kekayaan Erick semakin bertambah ketika dirinya didapuk menjadi Presiden Direktur dari kelompok bisnis Bakrie, VIVA grup yang didirikannya bersama Anindya Bakrie. Keduanya sempat gagal membangun Lativi yang dibelinya pada 2008.
Pada 2002, Erick mendaftarkan Mahaka Media di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hanya dalam waktu setengah tahun, Mahaka Media memperoleh pendapatan hingga Rp 137 miliar. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya dengan pendapatan Rp 113 miliar.
Langkah serupa dilakukan Erick dengan mendaftarkan VIVA di BEI pada November 2011 dengan harga penawaran perdana Rp 450 per lembar saham. Pada pertengahan September di tahun berikutnya, harga saham perusahaan yang dipimpinnya tersebut naik menjadi Rp 590 atau sebesar 30%. Pertengahan tahun 2012, pendapatan perusahaan tersebut mencapai Rp 546 miliar naik dari Rp 464 miliar tahun sebelumnya.
Erick terkenal sangat yakin dengan segala bisnis yang dijalaninya. Prediksinya, biaya periklanan di medianya mampu menembus angka Rp 113 triliun. Dari jumlah itu, sekitar 60% akan mengalir ke bagian periklanan TV.
Keputusan untuk membeli Inter Milan, diakui Erick, merupakan hal yang sangat luar biasa. Bahkan dirinya tidak sabar untuk segera mengasuh tim sepakbola ternama di kancah internasional tersebut.
"Hari ini merupakan hari yang sangat spesial dalam hidup saya. Terima kasih pada Moratti yang mempercayai saya untuk memimpin Inter Milan memasuki babak baru. Saya sangat senang dengan kehadirannya sebagai mitra saya di sini. Semua hal yang dilakukan keluarga Moratti untuk Inter Milan sangat luar biasa dan membuat Inter menjadi salah satu klub sepakbola yang dihargai di dunia," ungkapnya.
Meski banyak fans yang berharap Erick dengan segala hartanya mampu membeli lebih banyak pemain berbakat, tapi dia pribadi mengaku tak ingin cepat-cepat melakukan perubahan di tubuh Inter Milan. (Sis/Shd)
Dengan dana mencapai Rp 5,3 triliun, muncul pertanyaan dari mana Erick memperoleh uang triliunan rupiah tersebut?
Dikutip dari webpronews.com, Rabu (16/10/2013), Erick dikabarkan memperoleh uang untuk membeli klub Italia dari industri media raksasa yang dimilikinya. Pengusaha lulusan National University, California ini diketahui memiliki stasiun televisi, radio, serta surat kabar cetak dan online.
Diberitakan fedenerazzura.com, keluarga Thohir memang terkenal super kaya. Kakak laki-lakinya Garibaldi Thohir diketahui memiliki pendapatan senilai 1 miliar euro. Sedangkan ayah keduanya, merupakan pemilik raksasa bisnis otomotif, Astra International dengan laba mencapai 20 miliar euro per tahun.
Meski demikian, Thohir memilih untuk mendirikan bisnis sendiri. Laman espnfc.com mengungkapkan pundi kekayaan Erick berasal dari sejumlah perusahaannya yang bergerak di bidang industri media. Erick mengelola majalah, surat kabar, stasiun televisi dan radio, juga sejumlah situs periklanan, penjualan tiket dan situs-situs hiburan yang bersifat komersil.
Mahaka Group yang dipimpinnya membangun Radio One Jakarta pada 1999 dan membeli harian Republika pada 2000. Tak hanya itu, lewat Mahaka Group, pengusaha kelahiran Jakarta tersebut membeli Harian Indonesia yang diterbitkan ulang sebagai Sin Chew-Harian Indonesia. Surat kabar tersebut dikelola Sin Chew Media Corporation Berhad yang berbasis di Kuala Lumpur, Malaysia.
Hingga 2009, Grup Mahaka telah berkembang dan menguasai majalah a+, Parents Indonesia, dan Golf Digest; Sementara untuk bisnis media surat kabar: Sin Chew Indonesia dan Republika; Stasiun TV: JakTV, stasiun radio GEN 98.7 FM, Prambors FM, Delta FM, dan FeMale Radio.
Kekayaan Erick semakin bertambah ketika dirinya didapuk menjadi Presiden Direktur dari kelompok bisnis Bakrie, VIVA grup yang didirikannya bersama Anindya Bakrie. Keduanya sempat gagal membangun Lativi yang dibelinya pada 2008.
Pada 2002, Erick mendaftarkan Mahaka Media di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hanya dalam waktu setengah tahun, Mahaka Media memperoleh pendapatan hingga Rp 137 miliar. Angka tersebut naik dari tahun sebelumnya dengan pendapatan Rp 113 miliar.
Langkah serupa dilakukan Erick dengan mendaftarkan VIVA di BEI pada November 2011 dengan harga penawaran perdana Rp 450 per lembar saham. Pada pertengahan September di tahun berikutnya, harga saham perusahaan yang dipimpinnya tersebut naik menjadi Rp 590 atau sebesar 30%. Pertengahan tahun 2012, pendapatan perusahaan tersebut mencapai Rp 546 miliar naik dari Rp 464 miliar tahun sebelumnya.
Erick terkenal sangat yakin dengan segala bisnis yang dijalaninya. Prediksinya, biaya periklanan di medianya mampu menembus angka Rp 113 triliun. Dari jumlah itu, sekitar 60% akan mengalir ke bagian periklanan TV.
Keputusan untuk membeli Inter Milan, diakui Erick, merupakan hal yang sangat luar biasa. Bahkan dirinya tidak sabar untuk segera mengasuh tim sepakbola ternama di kancah internasional tersebut.
"Hari ini merupakan hari yang sangat spesial dalam hidup saya. Terima kasih pada Moratti yang mempercayai saya untuk memimpin Inter Milan memasuki babak baru. Saya sangat senang dengan kehadirannya sebagai mitra saya di sini. Semua hal yang dilakukan keluarga Moratti untuk Inter Milan sangat luar biasa dan membuat Inter menjadi salah satu klub sepakbola yang dihargai di dunia," ungkapnya.
Meski banyak fans yang berharap Erick dengan segala hartanya mampu membeli lebih banyak pemain berbakat, tapi dia pribadi mengaku tak ingin cepat-cepat melakukan perubahan di tubuh Inter Milan. (Sis/Shd)