Sukses

Mampukah Indonesia Jadi Macan Asia Lagi?

Satu dari tiga ekonomi yakin Indonesia bisa kembali menjadi macan Asia. Apa dasar keyakinan mereka?

Pasar dan mata uang Indonesia menunjukkan performa terburuknya sepanjang tahun ini. Namun hal ini takkan menghalangi Indonesia untuk kembali memimpin pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia.

Optimisme tersebut disampaikan Direktur Pelaksana dan Kepala Penelitian Ekonomi Asia di ING Financial Markets Tim Condon yang mengatakan defisit yang dialami Indonesia saat ini terjadi akibat laju investasi yang tengah meningkat. "Tapi hal itu justru akan membuat Indonesia kembali tumbuh," ujarnyanya seperti dikutip laman CNBC, Kamis (17/10/2013).

Condon yang juga menjabat sebagai kepala ekonom kawasan Asia seperti dikutip dari CNBC menilai Indonesia telah berhasil melewati parahnya dampak krisis ekonomi pada 1997-98. Berbekal pengalaman tersebut, penyesuaian Indonesia dalam menghadapi krisis kini telah berjalan baik.

Dari perhitungannya, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan kembali ke level 7-8% dalam lima tahun ke depan. Pada kuartal II tahun ini, PDB Indonesia tercatat tumbuh 5,81% dan merupakan yang terlambat dalam tiga tahun terakhir. Sementara Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan PDB 2013 sebesar 5,8-6,2%.

Selama beberapa bulan terakhir, ekonomi Indonesia memang dihantam volatilitas pasar akibat kekhawatiran menghadapi keputusan Bank Sentral AS (The Fed) yang akan menarik dana stimulusnya. Perekonomian Indonesia dikhawatirkan akan semakin kesulitan mengatasi defisit transaksi berjalan yang mencapai 4,4% dari PDB pada kuartal II tahun ini.

"Banyak negara di dunia mengalami masa transisi yang sama dan merasa panik saat defisit transaksi berjalan dianggap sebagai hal yang buruk. Faktanya defisit transaksi berjalan bisa menjadi baik dan buruk. Jika angka defisit tersebut muncul karena negara berinvestasi terlalu banyak, maka itu merupakan hal yang baik dan begitulah yang terjadi di Indonesia," jelas Condon.

Dia memprediksi penjualan aset Indonesia akan mampu menutupi kerugian dalam negeri pada kuartal IV. Dia juga menilai, pasar modal Indonesia akan menjadi salah satu pasar yang paling memukau pada kuartal ini.

Tak hanya itu, Condon juga yakin nilai tukar rupiah terhadap dolar AS  yang saat ini bergerak di sekitar level 11.300 akan menguat ke bawah 10.000 pada 2014 mendatang.

Sayangnya, keyakinan Condon tersebut tak sejalan dengan pandangan ekonom di Moody's Analystics Fred Gibson.  "Saya rasa Indonesia tak akan membuat perubahan yang signifikan selama lima tahun ke depan," ujarnya.

Gibson memperkirakan, pertumbuhan PDB Indonesia tahun ini hanya sebesar 5,4% dan naik ke level 5,5%-5,9% pada 2014. Setelah itu, angka tersebut akan mencapai puncaknya sebesar 6,3% pada 2015 dan akan terus stabil di level 6,2% setelahnya.

Pesimisme juga muncul dari Kepala Shoutheast Asian Economics di Credit Suisse Robert Prior Wandesforde. "Pertumbuhan PDB Indonesia tak akan mencapai 7%-8%. Prediksi kami pertumbuhannya hanya sekitar 5,5% sampai 6%," ungkap dia.

Wandesforde mengatakan defisit transaksi berjalan yang tengah terjadi di Indonesia tidak menandakan adanya pertumbuhan investasi dalam negeri. (Sis/Shd)