Rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda (JSS) tidak menyurutkan niat operator jasa angkutan kapal laut Pelabuhan Merak, Banten- Pelabuhan Bakauheni, Lampung untuk menyediakan kapal angkutan bagi barang maupun masyarakat.
Direktur Utama PT Dharma Lautan Utama Bambang Harjo, mengaku perseroan tidak khawatir akan penurunan jumlah penumpang atau barang yang biasa diangkut jika proyek jembatan tersebut selesai dibangun.
"Kami sendiri tidak takut, karena menurut saya rasa angkutan kapal feri ini sendiri masih menjadi yang paling favorit," ujarnya di Pelabuhan Merak, Banten, Jumat (18/10/2013).
Bambang menjelaskan, meskipun ada jembatan yang akan menghubungkan langsung, tetapi keberadaan kapal feri tetapi dibutuhkan bila terjadi masalah pada jembatan tersebut. "Kalau jembatan itu rusak, otomatis semuanya tidak bisa jalan, sedangkan kalau 1 feri rusak, yang lain masih bisa jalan," lanjutnya.
Selain itu, dia juga menilai pembangunan JSS ini memiliki resiko yang cukup tinggi karena tanah disekitar wilayah pantai Banten merupakan tanah bergerak sehingga rawan akan bencana.
"Resikonya besar kalau bangun jembatan, tanahnya kan bergerak, rawan bencana. Bahkan pada tingkat ring 4 merah bencana, nanti siapa yang tanggung jawab," katanya.
Untuk itu, menurut dia, sebagai negara maritim, seharusnya Indonesia lebih mengedepankan keberadaan angkutan kapal laut sehingga bisa menghubungkan antar kepulauan yang ada di nusantara.
"Saya pikir masalah menggunakan kapal laut untuk menghubungkan antar pulau yang baik dan efisien," tandasnya. (Dny/Ndw)
Direktur Utama PT Dharma Lautan Utama Bambang Harjo, mengaku perseroan tidak khawatir akan penurunan jumlah penumpang atau barang yang biasa diangkut jika proyek jembatan tersebut selesai dibangun.
"Kami sendiri tidak takut, karena menurut saya rasa angkutan kapal feri ini sendiri masih menjadi yang paling favorit," ujarnya di Pelabuhan Merak, Banten, Jumat (18/10/2013).
Bambang menjelaskan, meskipun ada jembatan yang akan menghubungkan langsung, tetapi keberadaan kapal feri tetapi dibutuhkan bila terjadi masalah pada jembatan tersebut. "Kalau jembatan itu rusak, otomatis semuanya tidak bisa jalan, sedangkan kalau 1 feri rusak, yang lain masih bisa jalan," lanjutnya.
Selain itu, dia juga menilai pembangunan JSS ini memiliki resiko yang cukup tinggi karena tanah disekitar wilayah pantai Banten merupakan tanah bergerak sehingga rawan akan bencana.
"Resikonya besar kalau bangun jembatan, tanahnya kan bergerak, rawan bencana. Bahkan pada tingkat ring 4 merah bencana, nanti siapa yang tanggung jawab," katanya.
Untuk itu, menurut dia, sebagai negara maritim, seharusnya Indonesia lebih mengedepankan keberadaan angkutan kapal laut sehingga bisa menghubungkan antar kepulauan yang ada di nusantara.
"Saya pikir masalah menggunakan kapal laut untuk menghubungkan antar pulau yang baik dan efisien," tandasnya. (Dny/Ndw)