Menteri Energi Sumber Daya Mineral Jero Wacik hingga kini masih belum memutuskan nasib kontrak PT Chevron Pacific Indonesia di Blok Siak, Riau. Padahal kontrak perusahaan minyak dan gas (migas) asal Amerika Serikat (AS) itu akan berakhir 27 November 2013.
"Ini bikin investor bingung karena tidak mendapatkan kejelasan. Dengan tidak adanya kepastian, ya investor tidak bisa berbuat apa-apa," jelas Pengamat Perminyakan Kurtubi saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (19/10/2013).
Untuk itu, lanjut dia, sebaiknya pemerintah segera memutuskan kelanjutan kontrak Chevron di Blok Siak, apakah akan memperpanjang kontrak Chevron atau tidak. Namun, Kurtubi mengusulkan agar pemerintah tidak melanjutkan kontrak Chevron di Blok Siak dan mengambilalih pengelolaan blok itu.
"Tidak ada hukum yang dilanggar kalau kontrak diputus. Setelah itu, Pertamina yang akan kelola karena Pertamina mampu," terang dia.
Deputi Direktur ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai keterlambatan dalam memutuskan kelanjutan kontrak blok migas bakal menurunkan iklim investasi migas.
"Dalam tahap selanjutnya akan berpengaruh pada tingkat produksi migas," terang Komaidi.
Saat dikonfirmasi, Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro, menyatakan pihaknya telah mengirimkan surat rekomendasi soal kelanjutan pengelolaan Blok Siak ke Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Rekomendasi sudah kami berikan, sekarang keputusannya ada di Menteri," ungkap Elan.
Sekadar informasi, Pengelolaan Blok Siak oleh Chevron sudah dimulai sejak ditandatanganinya kontrak karya pada September 1963. Saat itu Chevron masih bernama PT California Texas Indonesia.
Kontrak di blok ini pun berlanjut pada tahun 1991 sampai tahun 2013. Chevron sendiri telah mengajukan permohonan perpanjangan kontrak di blok siak sejak 2010 lalu. Produksi di Blok Siak pada akhir 2012 mencapai 1.600 hinga 2.000 barel per hari.
Meski produksi blok Siak tidak sebesar blok lain yang dikelola namun pengoperasian Blok Siak sangat mendukung Blok Rokan. Sehingga integrasi pengelolaan kedua blok tersebut sangat diperlukan guna tetap mengoptimalkan kontribusi perusahaan minyak asal Amerika Serikat itu terhadap produksi migas Indonesia.
Selain Chevron, perusahaan daerah Riau PT Bumi Siak Pusako juga telah menyatakan minatnya untuk mengambilalihan blok itu. (Ndw)
"Ini bikin investor bingung karena tidak mendapatkan kejelasan. Dengan tidak adanya kepastian, ya investor tidak bisa berbuat apa-apa," jelas Pengamat Perminyakan Kurtubi saat berbincang dengan Liputan6.com, Sabtu (19/10/2013).
Untuk itu, lanjut dia, sebaiknya pemerintah segera memutuskan kelanjutan kontrak Chevron di Blok Siak, apakah akan memperpanjang kontrak Chevron atau tidak. Namun, Kurtubi mengusulkan agar pemerintah tidak melanjutkan kontrak Chevron di Blok Siak dan mengambilalih pengelolaan blok itu.
"Tidak ada hukum yang dilanggar kalau kontrak diputus. Setelah itu, Pertamina yang akan kelola karena Pertamina mampu," terang dia.
Deputi Direktur ReforMiner Institute Komaidi Notonegoro menilai keterlambatan dalam memutuskan kelanjutan kontrak blok migas bakal menurunkan iklim investasi migas.
"Dalam tahap selanjutnya akan berpengaruh pada tingkat produksi migas," terang Komaidi.
Saat dikonfirmasi, Kepala Humas Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Elan Biantoro, menyatakan pihaknya telah mengirimkan surat rekomendasi soal kelanjutan pengelolaan Blok Siak ke Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Rekomendasi sudah kami berikan, sekarang keputusannya ada di Menteri," ungkap Elan.
Sekadar informasi, Pengelolaan Blok Siak oleh Chevron sudah dimulai sejak ditandatanganinya kontrak karya pada September 1963. Saat itu Chevron masih bernama PT California Texas Indonesia.
Kontrak di blok ini pun berlanjut pada tahun 1991 sampai tahun 2013. Chevron sendiri telah mengajukan permohonan perpanjangan kontrak di blok siak sejak 2010 lalu. Produksi di Blok Siak pada akhir 2012 mencapai 1.600 hinga 2.000 barel per hari.
Meski produksi blok Siak tidak sebesar blok lain yang dikelola namun pengoperasian Blok Siak sangat mendukung Blok Rokan. Sehingga integrasi pengelolaan kedua blok tersebut sangat diperlukan guna tetap mengoptimalkan kontribusi perusahaan minyak asal Amerika Serikat itu terhadap produksi migas Indonesia.
Selain Chevron, perusahaan daerah Riau PT Bumi Siak Pusako juga telah menyatakan minatnya untuk mengambilalihan blok itu. (Ndw)