Pemerintah mulai membangun kembali kejayaan ekonomi yang selama ini telah membawa Indonesia ke dunia internasional. Salah satu kejayaan yamg coba dibangkitkan adalah budidaya udang di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Tangkap, Slamet Soekardjo mengatakan NTB khususnya Sumbawa pernah menggapai
kejayaan di bidang tambak udang.
"Sumbawa merupakan sentra udang yang pernah sukses pada tahun 2007-an," ujar Slamet dalam sambutan Tebar Perdana Benih Udang Vaname
di Utan, Sumbawa, NTB, Sabtu (19/10/2013).
Di era kejayaannya, lanjut Slamet, produktivitas udang di Sumbawa cukup tinggi. Bahkan produksi udang dari wilayah ini bisa menyumbangkan sekitar 20%. Produksi udang dari salah satu kabupaten di NTB ini bahkan pernah setara dengan kesuksesan Jawa Timur.
Sayangnya, lanjut Slamet, usaha udang di Sumbawa justru mengalami pasang surut. Data KKP menunjukan dari 10.375 hektare (Ha) lahan tambak, hanya sekitar 20% atau sekitar 2.199 Ha. Artinya sebanyak 8.000 Ha yang belum beroperasi.
KKP juga melaporkan luas lahan insentif yang beroperasi saat ini mencapai 750 Ha namun hanya 250 Ha atau 30% yang beroperasi. Sementara
lahan tradisional sekitar 1.500 Ha.
Guna menghidupkan kembali kejayaan budidaya udang di Sumbawa dan daerah lain di Indonesia, KKP menegaskan akan mengintensifkan program
tambak percontohan (Demfarm).
Untuk tahun ini, KKP menargetkan bisa membangun 540 Ha Demfarm di 27 provinsi. Sebagai ilustrasi, dengan pemberian input sarana produksi
untuk standar teknologi intensif dengan plastic mulsa, udang yang diproduksi bisa mencapai 8.100 ton.
Dari produksi tersebut, nilai yang bisa dihasilkan mencapai Rp 648 miliar per musim atau setara Rp 1,94 triliun per tahun dengan cara
panen parsial.
"Dengan adanya kegiatan denfarm pada tambak yang idle dan produktivitasnya rendah ini diharapkan bisa memicu bangkitnya kembali
usaha budidaya tambak di Indonesia," ujar Slamet. (Shd)
Dirjen Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan Tangkap, Slamet Soekardjo mengatakan NTB khususnya Sumbawa pernah menggapai
kejayaan di bidang tambak udang.
"Sumbawa merupakan sentra udang yang pernah sukses pada tahun 2007-an," ujar Slamet dalam sambutan Tebar Perdana Benih Udang Vaname
di Utan, Sumbawa, NTB, Sabtu (19/10/2013).
Di era kejayaannya, lanjut Slamet, produktivitas udang di Sumbawa cukup tinggi. Bahkan produksi udang dari wilayah ini bisa menyumbangkan sekitar 20%. Produksi udang dari salah satu kabupaten di NTB ini bahkan pernah setara dengan kesuksesan Jawa Timur.
Sayangnya, lanjut Slamet, usaha udang di Sumbawa justru mengalami pasang surut. Data KKP menunjukan dari 10.375 hektare (Ha) lahan tambak, hanya sekitar 20% atau sekitar 2.199 Ha. Artinya sebanyak 8.000 Ha yang belum beroperasi.
KKP juga melaporkan luas lahan insentif yang beroperasi saat ini mencapai 750 Ha namun hanya 250 Ha atau 30% yang beroperasi. Sementara
lahan tradisional sekitar 1.500 Ha.
Guna menghidupkan kembali kejayaan budidaya udang di Sumbawa dan daerah lain di Indonesia, KKP menegaskan akan mengintensifkan program
tambak percontohan (Demfarm).
Untuk tahun ini, KKP menargetkan bisa membangun 540 Ha Demfarm di 27 provinsi. Sebagai ilustrasi, dengan pemberian input sarana produksi
untuk standar teknologi intensif dengan plastic mulsa, udang yang diproduksi bisa mencapai 8.100 ton.
Dari produksi tersebut, nilai yang bisa dihasilkan mencapai Rp 648 miliar per musim atau setara Rp 1,94 triliun per tahun dengan cara
panen parsial.
"Dengan adanya kegiatan denfarm pada tambak yang idle dan produktivitasnya rendah ini diharapkan bisa memicu bangkitnya kembali
usaha budidaya tambak di Indonesia," ujar Slamet. (Shd)