Ekonom Rizal Ramli menilai, komitmen yang dilakukan dalam pertemuan APEC 2013 hanya membuat Indonesia membuka pasar bebas seluas-luasnya.
"Berbagai komitmen tersebut akan mendorong pemerintah Indonesia membuka pasar bebas seluas-luasnya. Hal itu diwujudkan dengan penghapusan tarif, menghapuskan berbagai subsidi domestik dan semua bentuk perlindungan ekonomi domestik. Akibatnya Indonesia semakin menjadi pasar bagi produk impor dari negara-negara maju yang telah lebih siap," ujar Rizal, dalam keterangan yang diterbitkan, Minggu (20/10/2013).
Rizal menambahkan, komitmen-komitmen yang disepakati dalam APEC akan dijadikan sebagai dasar pembuatan perjanjian yang lebih mengikat dalam rezim perdagangan multilateral pada pertemuan tingkat menteri WTO, Desember mendatang.
Rizal menyayangkan, sidang APEC tidak banyak manfaatnya bagi Indonesia. "Kalau pun ada hasilnya, hanyalah sekadar memperkenalkan Bali dan ingin menunjukkan Indonesia memainkan peran dalam diplomasi ekonomi dunia," kata Rizal.
Menurut Rizal, manfaat konkret yang dapat diperoleh Indonesia dari acara skala global seperti iAPEC, justru diperoleh dari pertemuan-pertemuan bilateral antara lain Indonesia dengan Korea Selatan, Indonesia-Jepang, dan lainnya.
Rizal menuturkan, jika pemerintah dapat memanfaatkan forum itu untuk menjawab tiga hal krsial, baru APEC benar-benar dapat bermanfaat untuk Indonesia. Pertama, mewujudkan kedaulatan pangan. Ini akan bagus bila Indonesia dapat menjalin kerja sama dengan Brazil dan Argentina untuk meningkatkan produksi gula, kedelai, jagung dan daging sapi. Lewat kerja sama ini Indonesia dapat memperoleh bibit yang bagus dan teknologi terkini yang lebih efisien dengan produkvitas yang lebih tinggi.
Kedua, mewujudkan kedaulatan energi. Indonesia punya potensi energi alternatif terbesar dunia. Argentina dan Brazil telah sukses menghasilkan energi berbahan baku ampas tebu sebagai bio diesel. Penggunaan energi terbarukan sebagai energi alternatif ini menjadi penting, karena sumber energi fosil sudah semakin menipis.
Ketiga, soal masalah lapangan kerja. "Bagi Indonesia, seharusnya APEC mampu menarik investasi baru, khususnya di bidang infrastruktur. Dengan demikian akan tercipta lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran," kata Rizal. (Ahm)
"Berbagai komitmen tersebut akan mendorong pemerintah Indonesia membuka pasar bebas seluas-luasnya. Hal itu diwujudkan dengan penghapusan tarif, menghapuskan berbagai subsidi domestik dan semua bentuk perlindungan ekonomi domestik. Akibatnya Indonesia semakin menjadi pasar bagi produk impor dari negara-negara maju yang telah lebih siap," ujar Rizal, dalam keterangan yang diterbitkan, Minggu (20/10/2013).
Rizal menambahkan, komitmen-komitmen yang disepakati dalam APEC akan dijadikan sebagai dasar pembuatan perjanjian yang lebih mengikat dalam rezim perdagangan multilateral pada pertemuan tingkat menteri WTO, Desember mendatang.
Rizal menyayangkan, sidang APEC tidak banyak manfaatnya bagi Indonesia. "Kalau pun ada hasilnya, hanyalah sekadar memperkenalkan Bali dan ingin menunjukkan Indonesia memainkan peran dalam diplomasi ekonomi dunia," kata Rizal.
Menurut Rizal, manfaat konkret yang dapat diperoleh Indonesia dari acara skala global seperti iAPEC, justru diperoleh dari pertemuan-pertemuan bilateral antara lain Indonesia dengan Korea Selatan, Indonesia-Jepang, dan lainnya.
Rizal menuturkan, jika pemerintah dapat memanfaatkan forum itu untuk menjawab tiga hal krsial, baru APEC benar-benar dapat bermanfaat untuk Indonesia. Pertama, mewujudkan kedaulatan pangan. Ini akan bagus bila Indonesia dapat menjalin kerja sama dengan Brazil dan Argentina untuk meningkatkan produksi gula, kedelai, jagung dan daging sapi. Lewat kerja sama ini Indonesia dapat memperoleh bibit yang bagus dan teknologi terkini yang lebih efisien dengan produkvitas yang lebih tinggi.
Kedua, mewujudkan kedaulatan energi. Indonesia punya potensi energi alternatif terbesar dunia. Argentina dan Brazil telah sukses menghasilkan energi berbahan baku ampas tebu sebagai bio diesel. Penggunaan energi terbarukan sebagai energi alternatif ini menjadi penting, karena sumber energi fosil sudah semakin menipis.
Ketiga, soal masalah lapangan kerja. "Bagi Indonesia, seharusnya APEC mampu menarik investasi baru, khususnya di bidang infrastruktur. Dengan demikian akan tercipta lapangan kerja dan mengurangi angka pengangguran," kata Rizal. (Ahm)