Perusahaan konstruksi Indonesia kini sudah mampu melakukan ekspansi ke luar negeri, hal itu seiring kualitas dan efisiensi dalam melakukan pekerjaan. Meski demikian, perusahaan konstruksi Indonesia masih terkendala permodalan.
Kepala Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi, Mochamad Nasir mengatakan, saat ini industri kontruksi Indonesia terus berkembang seiring perkembangan ekonomi. Perusahaan konstruksi Indonesia tak hanya bermain di dalam negeri, industri tersebut juga bermain ke manca negara. "Produk kita sudah dikenal di Aljazair, Timor Leste, Myanmar," kata Natsir saat menghadiri Concrete Show South East Asia 2013, di JIEXPO, Jakarta, Kamis (24/10/2013).
Menurut Natsir, yang membuat perusahaan kontruksi bisa bermain di luar negeri karena bisa bekerja dengan cepat dan kualitas yang baik. "Pekerja kita satu lantai lima hari, sedangkan di Saudi satu lantai 10 hari itu sudah dihormati," ujar Natsir.
Meski sudah dapat berkembang, menurut Natsir, industri konstruksi Indonesia masih terbentur masalah permodalan. "Akses permodalan, problem utama kita di sana," kata Natsir.
Natsir mengungkapkan, untuk membangun sebuah proyek, perusahaan kontruksi harus mengeluarkan kocek sendiri. Sedangkan jika meminjam dari bank dikenakan bunga yang tinggi sehingga membuat tidak efisien.
"Pembiayaan dua digit, sedangkan di luar neger satu digit, bunga bank menjadi cost of money, membuat penawar kita berpengaruh, menurunkan bunga bank tergantung mekanisme perbankan," ujar Natsir. (Pew/Ahm)
Kepala Pusat Pembinaan Sumber Daya Investasi, Mochamad Nasir mengatakan, saat ini industri kontruksi Indonesia terus berkembang seiring perkembangan ekonomi. Perusahaan konstruksi Indonesia tak hanya bermain di dalam negeri, industri tersebut juga bermain ke manca negara. "Produk kita sudah dikenal di Aljazair, Timor Leste, Myanmar," kata Natsir saat menghadiri Concrete Show South East Asia 2013, di JIEXPO, Jakarta, Kamis (24/10/2013).
Menurut Natsir, yang membuat perusahaan kontruksi bisa bermain di luar negeri karena bisa bekerja dengan cepat dan kualitas yang baik. "Pekerja kita satu lantai lima hari, sedangkan di Saudi satu lantai 10 hari itu sudah dihormati," ujar Natsir.
Meski sudah dapat berkembang, menurut Natsir, industri konstruksi Indonesia masih terbentur masalah permodalan. "Akses permodalan, problem utama kita di sana," kata Natsir.
Natsir mengungkapkan, untuk membangun sebuah proyek, perusahaan kontruksi harus mengeluarkan kocek sendiri. Sedangkan jika meminjam dari bank dikenakan bunga yang tinggi sehingga membuat tidak efisien.
"Pembiayaan dua digit, sedangkan di luar neger satu digit, bunga bank menjadi cost of money, membuat penawar kita berpengaruh, menurunkan bunga bank tergantung mekanisme perbankan," ujar Natsir. (Pew/Ahm)