PT Pertamina (Persero) menyatakan tidak akan menaikkan harga gas elpiji ukuran 12 kilogram (kg) sampai akhir tahun ini.
Langkah ini diambil untuk meringankan masyarakat yang sudah terkena dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina, Ali Mundakir mengatakan meski tidak ada aturan yang melarang Pertamina menaikkan harga gas elpiji non subsidi, namun perusahaan mempertimbangkan saran pemerintah.
"Mempertimbangkan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM bersubsidi," kata Ali, di Jakarta, Jumat (25/10/2013).
Dia mengakui karena harga gas elpiji 12 kg tidak naik, kerugian perusahaan energi pelat merah tersebut mencapai US$ 500 juta.
Sebab itu Pertamina tidak melakukan tambahan kuota gas elpiji 12 kg. Pasalnya jika kuota ditambah maka kerugian perusahaan kemungkinan akan semakin membengkak.
"Dengan volume tetap seperti tahun lalu kita perkirakan US$ 500 juta, dengan konsumsi 1 juta ton. Rugi ngapain kita tingkatkan. Kita pertahankan kuotanya di situ," ungkap dia.
Ali mengungkapkan, Pertamina masih menunggu waktu yang pas untuk menaikkan harga. Pasalnya meskipun merugi, Pertamina merupakan milik pemerintah.
"Tapi kan itu yang disampaikan, bagaimana juga Pertamina pemegang sahamnya pemerintah kita cari timing yang tepat, sampai sekarang belum ada renacana," pungkasnya. (Pew/Nur)
Langkah ini diambil untuk meringankan masyarakat yang sudah terkena dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina, Ali Mundakir mengatakan meski tidak ada aturan yang melarang Pertamina menaikkan harga gas elpiji non subsidi, namun perusahaan mempertimbangkan saran pemerintah.
"Mempertimbangkan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga BBM bersubsidi," kata Ali, di Jakarta, Jumat (25/10/2013).
Dia mengakui karena harga gas elpiji 12 kg tidak naik, kerugian perusahaan energi pelat merah tersebut mencapai US$ 500 juta.
Sebab itu Pertamina tidak melakukan tambahan kuota gas elpiji 12 kg. Pasalnya jika kuota ditambah maka kerugian perusahaan kemungkinan akan semakin membengkak.
"Dengan volume tetap seperti tahun lalu kita perkirakan US$ 500 juta, dengan konsumsi 1 juta ton. Rugi ngapain kita tingkatkan. Kita pertahankan kuotanya di situ," ungkap dia.
Ali mengungkapkan, Pertamina masih menunggu waktu yang pas untuk menaikkan harga. Pasalnya meskipun merugi, Pertamina merupakan milik pemerintah.
"Tapi kan itu yang disampaikan, bagaimana juga Pertamina pemegang sahamnya pemerintah kita cari timing yang tepat, sampai sekarang belum ada renacana," pungkasnya. (Pew/Nur)