Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto menilai penerpakan ekonomi berbasis sumber daya alam (SDA) yang diterapkan Indonesia selama 6 dekade, tak kunjung mampu mensejahterakan rakyat, terutama dalam hal peningkatan nilai tambah untuk mendongkrak daya saing ekonomi nasional.
Bobot nilai tambah SDA sebetulnya terletak pada industri pengolahan didalam negeri. "Industri pengolahan sumber daya alam harusnya berlanjut ke pembangunan industri hilir yang berakhir pada industri manufacturing, sehingga barang jadi yang dihasilkan bisa diekspor," ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Minggu (27/10/2013).
Suryo menilai rantai industri nilai tambah SDA seperti itulah yang diharapkan akan mensejahterakan rakyat melalui banyak kesempatan. Indonesia bisa memperoleh keuntungan dari lapangan pekerjaan yang meningkat, ketergantungan bahan baku impor yang berkurang dan pendapatan devisa bertambah diiringi penggunaannya yang menurun.
Indonesia, lanjutnya, tidak selamanya dapat bergantung pada SDA, terutama SDA yang tidak terbarukan. Untuk itu, SDA ini seharusnya tidak hanya diekstraksi tetapi juga dikonservasi. "Hanya dengan cara demikian maka nilai tambah sumber daya alam kita akan meningkat tinggi," katanya.
Terkait daya saing ekonomi nasional, Kadin menganggap, Indonesia tidak boleh hanya tergantung pada harga barang yang rendah. Pelaku usaha dan pemerintah harus bisa memberikan pelayanan investasi dan bisnis, faktor politik hingga etos kerja dan mentalitas tenaga kerja.
Sayangnya, Suryo menilai kendala faktor-faktor non ekonomi semacam itu mulai terkikis sejak sekarang. "Daya saing ekonomi dan pembangunan industri ini memang akan memakan waktu serta memerlukan sinergi dari semua pihak," tandasnya. (Dny/Shd)
Bobot nilai tambah SDA sebetulnya terletak pada industri pengolahan didalam negeri. "Industri pengolahan sumber daya alam harusnya berlanjut ke pembangunan industri hilir yang berakhir pada industri manufacturing, sehingga barang jadi yang dihasilkan bisa diekspor," ujarnya di Jakarta, seperti ditulis Minggu (27/10/2013).
Suryo menilai rantai industri nilai tambah SDA seperti itulah yang diharapkan akan mensejahterakan rakyat melalui banyak kesempatan. Indonesia bisa memperoleh keuntungan dari lapangan pekerjaan yang meningkat, ketergantungan bahan baku impor yang berkurang dan pendapatan devisa bertambah diiringi penggunaannya yang menurun.
Indonesia, lanjutnya, tidak selamanya dapat bergantung pada SDA, terutama SDA yang tidak terbarukan. Untuk itu, SDA ini seharusnya tidak hanya diekstraksi tetapi juga dikonservasi. "Hanya dengan cara demikian maka nilai tambah sumber daya alam kita akan meningkat tinggi," katanya.
Terkait daya saing ekonomi nasional, Kadin menganggap, Indonesia tidak boleh hanya tergantung pada harga barang yang rendah. Pelaku usaha dan pemerintah harus bisa memberikan pelayanan investasi dan bisnis, faktor politik hingga etos kerja dan mentalitas tenaga kerja.
Sayangnya, Suryo menilai kendala faktor-faktor non ekonomi semacam itu mulai terkikis sejak sekarang. "Daya saing ekonomi dan pembangunan industri ini memang akan memakan waktu serta memerlukan sinergi dari semua pihak," tandasnya. (Dny/Shd)