Harga emas akan menguat pada pekan ini. Hal itu seiring harapan bank sentral Amerika Serikat/The Federal Reserve masih mempertahankan pembelian obligasinya hingga 2014.
Meski pun begitu ada tanda hal itu belum jadi sentimen kuat untuk mengangkat harga emas ke level US$ 1.400/ troy ons. Hal itu berdasarkan survei CNBC. Dari hasil survei, sekitar 68% memperkirakan, harga emas akan naik pada pekan ini, dan 18% memperkirakan harga emas turun.
Baca Juga
“Dengan dolar bergerak melemah, Quantative Easing Fed QE, dan secara teknikal serta makro ekonomi akan mendorong harga. Secara teknis. Level US$ 1.333 adalah resistensi utama untuk sementara,” kata Matt Fanning, CIO and Fund Manager Fanvestments, seperti dikutip dari CNBC, Senin (28/10/2013).
Advertisement
Harga emas naik 1,& pada pekan lalu. Kenaikan harga didorong dari data non-farm palyrolls yang melemah sehingga mendorong spekulasi The Fed menunda pengurangan stimulusnya/tapering. Dalam pertemuan dua hari ini pada pekan ini, The Fed diprediksikan masih mempertahankan stimulus.
Konsensus pasar menyatakan, bank sentral Amerika Serikat akan memangkas stimulusnya pada Maret 2014. Hal itu didorong dari data ekonomi Amerika Serikat yang belum baik.
Adapun Cross Commodity Research Strategist di Societe Generale menyatakan, harga emas ada kemungkinan naik. Menjelang November, merupakan puncak pernikahan di India dan festival sehingga mendorong permintaan emas.
Sedangkan Credit Suisse melaporkan, data ekonomi makro belum cukup kuat untuk menaikkan harga emas. Hal itu senada ditulis dalam laporan analis UBS.
Harga emas di bursa komoditas New York acuan Comex Gold Bloomberg (Senin WIB) bergerak melemah untuk pengiriman Desember. Senin (28/10/2013), harga emas acuan Comex turun 0,10% ke US$ 1.351.10 per troy ons.
Sebelumnya harga emas berjangka divisi Comex di New York Mercantile Exchange ditutup menguat pada Jumat pekan lalu. Emas untuk pengiriman Desember naik US$ 2,2 atau 0,16% ke level US$ 1.352,5 per ons. (Ahm)