Sukses

Laporan Bank Dunia Diguyur Kritik, Kenapa Yah?

Laporan Bank Dunia bertajuk 'Doing Business' menuai banyak kritik dari sebagian negara.

Bank Dunia (World Bank) baru saja merilis peringkat negara-negara di dunia untuk kategori kemudahan membuka bisnis baru.  Namun laporan bertajuk `Doing Business` tersebut, justru menuai banyak kritik dari sebagian negara karena dinilai tidak menginspirasi sama sekali.

Seperti dikutip dari GMA Network, Selasa (29/10/2013), ribuan reformasi struktural yang dilakukan di berbagai negara selama 10 tahun ini menyebabkan penentuan peringkat yang beragam.

Ukraina didaulat menjadi negara yang paling berkembang dalam membuat tempatnya menjadi lebih terbuka untuk berbisnis dalam satu tahun terakhir. Sementara  Rwanda menjadi negara yang menunjukan peningkatan terbesar dalam penentuan kebijakan yang memudahkan bisnis di dalam negerinya.

Selain itu, Singapura bertahan di posisi pertama selama delapan tahun berturut-turut untuk semua kategori bisnis Bank Dunia disusul Hong Kong, Selandia Baru dan Amerika Serikat.

Hasil laporan tersebut dikumpulkan lewat penilaian 189 negara lewat 10 kriteria seperti kemudahan membuka bisnis atau pembayaran pajak, lalu menentukan peringkatnya. Sejak 2003, peringkat tersebut lebih condong pada keberanian tiap pemerintah untuk menarik perusahaan swasta.

Faktanya, laporan tersebut dibuat berdasarkan 2.100 perubahan regulasi yang ditelusuri sejak 2013.

Namun sejumlah pemerintah negara dan badan pengawasan ekonomi mengatakan peringkat-peringkat tersebut sangat subjektif, tak terarah dan hanya fokus pada pemangkasan biaya produksi khususnya pada pengeluaran karyawan.

Negara-negara berkembang seperti China bahkan berada di peringkat 96 dalam laporan tersebut. Pemerintah China memprotes peringkat itu tidak adil dan tidak memotivasi pertumbuhan negara-negara berkembang.

Pihak Bank Dunia menanggapi protes tersebut dengan mengatakan, `Doing Business` disusun berdasarkan regulasi yang lebih baik untuk berbisnis. Misalnya, suatu negara dapat memperoleh peringkat rendah jika terjadi penurunan dalam perlindungan pada investor.

Penilaian Bank Dunia juga tidak menyeluruh pada setiap pertumbuhan ekonomi tapi lebih pada bagaimana suatu negara memberikan suasana berbisnis yang lebih baik.

Memang, secara keseluruhan peringkat tersebut membandingkan satu negara dengan lainnya, tapi setiap faktornya juga dibandingkan. Sebut saja Estonia yang memperoleh peringkat ke-22 secara keseluruhan tapi berada di peringkat 68 untuk perlindungan investor. Sementara dari indikator area perdagangan, Estonia mendapat peringkat ke-7.

Meski diguyur protes dan kritik, Bank Dunia tidak akan mengubah keputusannya atas penyusunan peringkat tersebut. Pihaknya yakin banyak negara yang akan terinspirasi dengan penerapan regulasi bisnis seperti yang dimiliki Singapura, Selandia Baru dan Denmark.

"Bank Dunia memutuskan untuk tepat mempertahankan peringkat tersebut karena dapat memberikan dukungan bagi negara-negara lain di dunia," ungkap Direktur Global Indicator Bank Dunia, Augusto Lopez-Claros.

Hal senada ditegaskan, Presiden Bank Dunia Jim Yong Kim yang mengatakan, tak akan melakukan perubahan apapapun pada susunan peringkat tersebut. Keputusan tersebut diambil mengingat laporan `Doing Business`membantu sejumlah negara untuk meningkatkan iklim bisnisnya. (Sis/Ahm)