Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menyebabkan kenaikan harga bahan baku susu di pasar dalam negeri.
Namun, pasokan bahan baku susu yang sebagian besar diimpor dari luar negeri tertolong susu segar produksi peternak lokal.
Ketua Dewan Persusuan Nasional, Teguh Budiana mengatakan, Industri Pengolahan Susu (IPS) sangat tertolong dengan keberadaan susu segar yang dihasilkan para peternak dalam negeri.
"Di saat harga bahan baku susu impor naik, susu segar sangat menolong IPS karena ada selisih harga cukup lumayan," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (8/11/2013).
Harga susu segar saat ini, lanjur Teguh, dipatok sebesar Rp 4.900 per liter. Angka ini telah mengalami kenaikan dari bulan April lalu yang masih Rp 4.200 per liter.
"Sedangkan harga bahan baku impor sebesar Rp 6.000 setara per liter, jadi ada selisih 20%. IPS akan sangat diuntungkan dengan susu segar," ujarnya.
Dia memperkirakan, pelemahan rupiah akan berlangsung lama sehingga diharapkan industri pengolahaan susu dapat menaikkan harga beli susu segar ke peternak.
Susu segar, lanjutnya, memiliki keunggulan dibandingkan bahan baku susu impor yang masih perlu melalui proses pencairan dan pengolahan.
"Susu segar aromanya khas, benar-benar fresh langsung dari sapi perah. Dan dari segi kualitas, susu segar punya kandungan gizi, seperti protein dan sebagainya," jelas Teguh.
Ke depan, dia mendesak pemerintah untuk merilis kebijakan pro peternak sapi perah lokal, misalnya dengan menggalakkan kampanye besar-besaran supaya masyarakat Indonesia gemar minum susu segar.
Di samping itu, mengurangi penjanggalan sapi betina produktif untuk menjaga ketahanan produksi susu nasional.
Pasalnya, diakui Teguh, pemerintah selama ini kurang memperhatikan nasib peternak lokal sehingga produksi susu di tanah air setiap tahun tidak mengalami perubahan alias stagnan.
"Setiap hari penyerapan susu segar hanya 1.800 ton per hari. Itu tidak berubah sudah sejak lama. Padahal peternakan sapi perah di Indonesia punya potensi membuka kesempatan lapangan kerja, dan lainnya," papar dia.
Apabila kondisi ini terus berlanjut, Teguh memperkirakan produksi susu di tanah air hanya akan mampu memenuhi 10% susu dari kebutuhan nasional. Sedangkan perkiraan konsumsi susu mencapai 20 liter-23 liter per kapita per tahun. (Fik/Nur)
Namun, pasokan bahan baku susu yang sebagian besar diimpor dari luar negeri tertolong susu segar produksi peternak lokal.
Ketua Dewan Persusuan Nasional, Teguh Budiana mengatakan, Industri Pengolahan Susu (IPS) sangat tertolong dengan keberadaan susu segar yang dihasilkan para peternak dalam negeri.
"Di saat harga bahan baku susu impor naik, susu segar sangat menolong IPS karena ada selisih harga cukup lumayan," kata dia saat dihubungi Liputan6.com, Jumat (8/11/2013).
Harga susu segar saat ini, lanjur Teguh, dipatok sebesar Rp 4.900 per liter. Angka ini telah mengalami kenaikan dari bulan April lalu yang masih Rp 4.200 per liter.
"Sedangkan harga bahan baku impor sebesar Rp 6.000 setara per liter, jadi ada selisih 20%. IPS akan sangat diuntungkan dengan susu segar," ujarnya.
Dia memperkirakan, pelemahan rupiah akan berlangsung lama sehingga diharapkan industri pengolahaan susu dapat menaikkan harga beli susu segar ke peternak.
Susu segar, lanjutnya, memiliki keunggulan dibandingkan bahan baku susu impor yang masih perlu melalui proses pencairan dan pengolahan.
"Susu segar aromanya khas, benar-benar fresh langsung dari sapi perah. Dan dari segi kualitas, susu segar punya kandungan gizi, seperti protein dan sebagainya," jelas Teguh.
Ke depan, dia mendesak pemerintah untuk merilis kebijakan pro peternak sapi perah lokal, misalnya dengan menggalakkan kampanye besar-besaran supaya masyarakat Indonesia gemar minum susu segar.
Di samping itu, mengurangi penjanggalan sapi betina produktif untuk menjaga ketahanan produksi susu nasional.
Pasalnya, diakui Teguh, pemerintah selama ini kurang memperhatikan nasib peternak lokal sehingga produksi susu di tanah air setiap tahun tidak mengalami perubahan alias stagnan.
"Setiap hari penyerapan susu segar hanya 1.800 ton per hari. Itu tidak berubah sudah sejak lama. Padahal peternakan sapi perah di Indonesia punya potensi membuka kesempatan lapangan kerja, dan lainnya," papar dia.
Apabila kondisi ini terus berlanjut, Teguh memperkirakan produksi susu di tanah air hanya akan mampu memenuhi 10% susu dari kebutuhan nasional. Sedangkan perkiraan konsumsi susu mencapai 20 liter-23 liter per kapita per tahun. (Fik/Nur)