Di tengah serbuan produk murah dari China, industri mainan anak produksi dalam negeri masih mampu unjuk gigi. Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan nilai ekspor mainan lokal tahun ini bakal menembus angka US$ 90 juta setara Rp 1,02 triliun.
Hingga akhir Agustus lalu, ekspor mainan lokal tercatat menembus angka US$ 60 juta setara Rp 680,4 miliar.
"Satu tahun ini diperkirakan meningkat dibanding tahun 2012, yaitu mencapai US$ 90 juta," ujar Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi di Gedung Kemendag, Jakarta, Jumat (1/11/2013).
Selama ini, produsen mainan lokal mendominasi aktivitas perdagangan dalam negeri untuk menjual produknya. Porsi penjualan produk mainan lokal ke pasar luar negeri mencapai 20-30% dari kapasitas produksi perusahaan.
"Jadi memang akan lebih banyak yang dijual didalam negeri saja," lanjutnya.
Tak seperti industri Migas yang banyak menggerus neraca ekspor-impor Indonesia, produk mainan Indonesia justru memberikan surplus perdagangan bagi perekonomian nasional. Kemendag melaporkan nilai impor produk mainan mencapai US$ 70 juta-75 juta, atau lebih rendah dari aktivitas ekspor. Sehingga, neraca perdagangan produk mainan mengalami surplus sekitar US$ 15 juta.
Selama ini, Indonesia memang kebanjiran produk mainan impor dari China. Tak kurang dari 95% produk mainan yang digunakan anak-anak di tanah air berasal dari China. Sayangnya, sebagian besar mainan tersebut memiliki kualitas yang belum terjamin. "Ini yang 90%-nya yang berasal dari plastik," ungkap Bayu. (Dny/Shd)
Hingga akhir Agustus lalu, ekspor mainan lokal tercatat menembus angka US$ 60 juta setara Rp 680,4 miliar.
"Satu tahun ini diperkirakan meningkat dibanding tahun 2012, yaitu mencapai US$ 90 juta," ujar Wakil Menteri Perdagangan Bayu Krisnamurthi di Gedung Kemendag, Jakarta, Jumat (1/11/2013).
Selama ini, produsen mainan lokal mendominasi aktivitas perdagangan dalam negeri untuk menjual produknya. Porsi penjualan produk mainan lokal ke pasar luar negeri mencapai 20-30% dari kapasitas produksi perusahaan.
"Jadi memang akan lebih banyak yang dijual didalam negeri saja," lanjutnya.
Tak seperti industri Migas yang banyak menggerus neraca ekspor-impor Indonesia, produk mainan Indonesia justru memberikan surplus perdagangan bagi perekonomian nasional. Kemendag melaporkan nilai impor produk mainan mencapai US$ 70 juta-75 juta, atau lebih rendah dari aktivitas ekspor. Sehingga, neraca perdagangan produk mainan mengalami surplus sekitar US$ 15 juta.
Selama ini, Indonesia memang kebanjiran produk mainan impor dari China. Tak kurang dari 95% produk mainan yang digunakan anak-anak di tanah air berasal dari China. Sayangnya, sebagian besar mainan tersebut memiliki kualitas yang belum terjamin. "Ini yang 90%-nya yang berasal dari plastik," ungkap Bayu. (Dny/Shd)