Sukses

Tebak! Apa yang Ada di Pikiran Konsumen Saat Belanja?

Saat berbelanja konsumen disajikan berbagai pilihan produk. Lalu apa yang dipikirkan konsumen saat memutuskan membeli suatu produk.

Perusahaan global penyedia informasi Nielsen Holdings N.V menelusuri sejumlah data konsumen yang bisa jadi dibutuhkan banyak pihak khususnya penjual. Seperti penelurusan Nielsen yang satu ini, di mana temuannya berupa isi pikiran para konsumen saat berbelanja.

Seperti dilansir dari Inc.com, Minggu (3/11/2013), perusahaan yang aktif di 100 negara ini menyediakan informasi pembelian dari sekitar 40 ribu sampai 60 ribu pengunjung di AS. Perusahaan penyedia informasi yang berbasis di New York menyebarkan data perolehannya ke sejumlah sekolah bisnis dan lembaga akademis.

Penyebaran ini ditujukan agar lembaga tersebut dapat menggali informasi lebih dalam mengenai pasar. Terbukti Fall Magazine dari University of Chicago Booth Scholl merilis artikel yang diperoleh dari pengolahan data Nielsen.

Hasilnya terdapat dua hal besar yang dipikirkan para konsumen saat berbelanja. Berikut dua hal besar yang seringkali dipikirkan konsumen saat berbelanja:

1. Para konsumen mencari barang berkualitas tinggi dengan harga rendah

Para peneliti dari sejumlah universitas di Columbia dan Princeton melakukan beberapa penelitian untuk menentukan peran kualitas produk dalam keputusan pembelian. Dengan menggunakan data yang disediakan Nielse, para peneliti tersebut menemukan formula untuk menentukan bagaimana konsumer berpikir soal kualitas.

Jika harga dari dua produk sejenis seperti cola adalah sama, maka merek yang paling banyak dikenal dianggap memiliki kualitas yang lebih baik. Setidaknya, begitu yang ada di pikiran para konsumen.

Laporan tersebut mendukung teori sebelumnya di mana sejumlah perusahaan menjual produk yang berkualitas di mata konsumen.

2. Merek yang lahir lebih lama menjadi pilihan para konsumen

Para peneliti juga menemukan fakta aneh saat meneliti dua merek kopi instan berbeda di AS. Produk kopi yang memiliki saham lebih besar ternyata tak dipilih para konsumen.

Begitu pula gejala yang ditunjukan para pembeli di sejumlah daerah berbeda. Contoh lain seperti pembelian minuman beralkohol. Perusahaan besar yang sahamnya mendominasi pasar ternyata tidak dipilih para konsumen. Kebanyakan pembeli ternyata lebih memilih merek lain.

Gejala ini lalu diteliti dengan data bantuan Nielsen. Hasilnya, para konsumen lebih memilih produk dengan merek yang sudah bertahan lama dibandingkan merek yang baru muncul. (Sis/Ndw)