Manajemen PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) mendatangkan kereta asal Jepang mengingat lebar rel kereta di negara itu sama dengan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu tidak perlu ada penyesuaian ulang.
"Kenapa kita tidak dari negara lain? Karena lebar rel-nya sama. Selain di Jepang, yang sama juga ada di New Zealand dan Afrika. Yang kita bisa beli second ya di Jepang. Sebenarnya beli bisa di mana saja, cuma harganya itu," ujar Direktur Utama PT KCJ, Tri Handoyo di Stasiun Juanda, Jakarta Pusat, Senin (4/11/2013).
Tri menjelaskan, alasan lain KCJ memberi kereta bekas pakai karena harga yang jauh lebih murah karena hanya sebesar Rp 1 miliar per unitnya, bila dibandingkan harus membeli kereta baru.
"Kalau yang baru itu harganya bisa mencapai Rp 12 miliar, di PT Inka saja bisa Rp 11 miliar, kita dana dari mana. Kalau harga tiket Jakarta-Bogor saja hanya Rp 9 ribu, enggak akan kekejar, kita yang ngos-ngosan," tutur Tri.
Selain itu, menurut Tri, masa pakai kereta bekas ini masih sekitar 20 tahun lagi, sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif panjang bila dilakukan perawatan secara baik.
"Kereta 205 ini life time-nya masih 15-20 tahun lagi. Setelah itu baru dia mulai kacau, mulai sakit-sakitan. Kereta ini juga tidak sepenuhnya baik, ada AC-nya yang dingin tapi ada juga yang panas, ada gangguan seperti mogok, tetapi kita perbaiki. Yang jelas ini bukan kereta rongsokan, karena baru berhenti operasi 2 minggu lalu langsung diangkut kesini," ujar Tri.
Advertisement
PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ) telah mendatangkan 30 unit KRL JR Seri 205 bekas pakai melalui tender internasional di Jepang. Kedatangan KRL ini merupakan pengadaan tahap pertama dari program penambangan armada di tahun 2013. (Dny/Ahm)
Â
Â
Â
Â
Â
Â