Sukses

Pengusaha Kehabisan Kulit Asli buat Bikin Sepatu

Para pengusaha alas kaki khususnya sepatu hingga saat ini mengaku masih kesulitan dalam hal suplai bahan baku terutama bahan baku kulit asli

Para pengusaha alas kaki khususnya sepatu hingga saat ini mengaku masih kesulitan dalam hal suplai bahan baku terutama bahan baku kulit asli. Industri ini bahkan terpaksa harus selalu melakukan impor untuk memenuhi kebutuhan bahan baku kulit ini.

"Kelangkaan bahan baku kulit masih terjadi sampai sekarang. Produsen kulit lokal lebih memilih untuk menjual kulitnya ke luar negeri karena harga jualnya yang lebih tinggi. Jadi kami yang produsen sepatu dalam negeri kesusahan," ujar Ketua Pengembangan Usaha Dalam Negeri Asosiasi Persepatuan Indonesia (APRISINDO) Marga Singgih di Jakarta, seperti ditulis Kamis (7/11/2013).

Hal ini diakui Marga sangat mempengaruhi produksi sepatu lokal berbahan baku kulit. Bahkan dia memperkirakan akibat kelangkaan bahan dari kulit ini menyebabkan penurunan produksi sepatu kulit dalam negeri hingga mencapai 20% pada tahun ini.

"Kalau yang tidak menggunakan dasar kulit mungkin tetap stabil. Tetapi yang menggunakan kulit, produksi jadi terhambat. Kalaupun berani bayar mahal, barangnya kadang tidak ada jadi sama saja. Secara keseluruhan penurunannya bisa mencapai 10%-20% sampai akhir tahun," jelasnya.

Kelangkaan bahan baku kulit ini, lanjut Marga, juga menyebabkan harga sepatu kulit produksi dalam negeri menjadi tidak kompetitif karena terpaksa dijual dengan harga yang mahal.

"Industri sepatu yang berani bayar mahal, mereka masih bisa diperoleh (kulit) tetapi harganya jadi mahal, kan jadi enggak kompetitif juga karena dengan sendirinya harga barang jadi mahal," katanya.

Marga mengatakan masalah ini sudah dilaporkan kepada pemerintah khususnya Kementerian Perdagangan, namun hingga saat ini belum ada solusi untuk mengatasi kelangkaan tersebut. Selain masalah bahan baku, pengusahan sepatu ini juga dihadapkan pada masalah upah buruh dan juga harga BBM.

"Kita belum ada solusi soal masalah ini. Selain itu juga, tahun 2013 ini masalah yang juga paling besar seperti Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Bahan Bakar Minyak (BBM)," tandasnya. (Dny/Ndw)