Penghentian operasional pemerintahan Amerika Serikat (shutdown AS) selama lebih dari 2 minggu pada awal Oktober lalu sama sekali tak mempengaruhi penerimaan tenaga kerja di negara tersebut. Departemen Tenaga Kerja AS justru melaporkan lonjakan lowongan pekerjaan sepanjang Oktober.
Seperti mengutip CNBC, Sabtu (9/11/2013), meski tingkat pengangguran naik 7,3% dan jumlah pekerja menurun, Biro Statistik Ketenagakerjaan AS melaporkan pemerintahnya berhasil menciptakan 204 ribu lowongan pekerjaan. Tingkat pelamar kerja juga meningkat dari 13,6% menjadi 13,8%.
Angka tersebut dengan mudah melampaui prediksi para ekonom dengan kisaran peningkatan hanya 120 ribu jumlah tenaga kerja AS untuk kategori non farm payroll (NFP).
Data NFP tersebut mempresentasikan perubahan jumlah tenaga kerja di AS dalam sebulan terakhir di luar kategori pegawai kantor pemerintah, rumah tangga (pembantu rumah tangga, supir pribadi, dan lainnya. Kemudian organisasi nirlaba, bidang pertanian, dan tenaga kerja yang bekerja sendiri di rumah.
Data tersebut membuat pasar sontak merasa kaget. Suku bunga untuk aset bertenor 10 tahun meningkat 0,13% menjadi 2,73% dan merupakan angka tertinggi sejak pertengahan September. Sementara pasar saham juga tercatat menguat.
Mayoritas lowongan pekerjaan baru datang dari bidang jasa yang memberikan kenyamanan dan keramahan sebanyak 53 ribu posisi.
Sementara 29 ribu diantaranya datang dari bar dan restoran. Layanan jasa teknis dan profesional menambah 21 ribu lowongan pekerjaan.
Menurut survei terhadap sejumlah pengusaha, bisnis manufaktur juga tercatat menyumbang 19 ribu lapangan pekerjaan.
Lonjakan data NFP, disertai dengan penurunan kecil jumlah pegawai federal sebesar 12 ribu posisi. Meski jumlah penciptaan lapangan kerja melonjak, jumlah tenaga kerja sipil berkurang sebanyak 720 ribu dan tingkat partisipasi angkatan kerja meluncur ke level terendah sejak Maret 1978.
Yang paling mengejutkan, survei pegawai rumah tangga menilai adanya penurunan tenaga kerja hingga 735 ribu posisi bulan lalu.
"Tenaga kerja pemerintah seharusnya masuk juga dalam hitungan NFP sebagai bagian dari survei perusahaan, mereka sekarang justru dihitung sebagai pengangguran sementara dalam survei pegawai rumah tangga," ujar Direktur Analisis Makroekonomi di The Conference Board, Kathy Bostjancic.
Dia menilai, dampak negatif dari shutdown AS pada perhitungan data tenaga kerja NFP tampaknya tidak mempengaruhi sektor swasta sama sekali. Namun para ekonom masih menunggu peluncuran data tenaga kerja usai revisi.
Namun, klaim pemerintah ini tetap diragukan. "Ada yang ganjil dengan angka tersebut. Saya tak akan terkejut jika angkanya direvisi menurun," ungkap ekonom, Moody Mark Zandi.
Pada bulan-bulan sebelumnya, angka tenaga kerja AS setelah direvisi memang melonjak tinggi. Pada Agustus, total lowongan pekerjaan melonjak dari 193 ribu menjadi 238 ribu posisi.
Mulusnya data ekonomi AS tersebut juga turut menguatkan prediksi pasar bahwa The Fed akan mulai mengurangi dana stimulusnya tahun ini.
Meski begitu, tiga pertemuan The Fed sebelumnya berakhir dengan keputusan tetap menggulirkan dana stimulus sebesar US$ 85 miliar per bulan. (Sis/Nur)
Seperti mengutip CNBC, Sabtu (9/11/2013), meski tingkat pengangguran naik 7,3% dan jumlah pekerja menurun, Biro Statistik Ketenagakerjaan AS melaporkan pemerintahnya berhasil menciptakan 204 ribu lowongan pekerjaan. Tingkat pelamar kerja juga meningkat dari 13,6% menjadi 13,8%.
Angka tersebut dengan mudah melampaui prediksi para ekonom dengan kisaran peningkatan hanya 120 ribu jumlah tenaga kerja AS untuk kategori non farm payroll (NFP).
Data NFP tersebut mempresentasikan perubahan jumlah tenaga kerja di AS dalam sebulan terakhir di luar kategori pegawai kantor pemerintah, rumah tangga (pembantu rumah tangga, supir pribadi, dan lainnya. Kemudian organisasi nirlaba, bidang pertanian, dan tenaga kerja yang bekerja sendiri di rumah.
Data tersebut membuat pasar sontak merasa kaget. Suku bunga untuk aset bertenor 10 tahun meningkat 0,13% menjadi 2,73% dan merupakan angka tertinggi sejak pertengahan September. Sementara pasar saham juga tercatat menguat.
Mayoritas lowongan pekerjaan baru datang dari bidang jasa yang memberikan kenyamanan dan keramahan sebanyak 53 ribu posisi.
Sementara 29 ribu diantaranya datang dari bar dan restoran. Layanan jasa teknis dan profesional menambah 21 ribu lowongan pekerjaan.
Menurut survei terhadap sejumlah pengusaha, bisnis manufaktur juga tercatat menyumbang 19 ribu lapangan pekerjaan.
Lonjakan data NFP, disertai dengan penurunan kecil jumlah pegawai federal sebesar 12 ribu posisi. Meski jumlah penciptaan lapangan kerja melonjak, jumlah tenaga kerja sipil berkurang sebanyak 720 ribu dan tingkat partisipasi angkatan kerja meluncur ke level terendah sejak Maret 1978.
Yang paling mengejutkan, survei pegawai rumah tangga menilai adanya penurunan tenaga kerja hingga 735 ribu posisi bulan lalu.
"Tenaga kerja pemerintah seharusnya masuk juga dalam hitungan NFP sebagai bagian dari survei perusahaan, mereka sekarang justru dihitung sebagai pengangguran sementara dalam survei pegawai rumah tangga," ujar Direktur Analisis Makroekonomi di The Conference Board, Kathy Bostjancic.
Dia menilai, dampak negatif dari shutdown AS pada perhitungan data tenaga kerja NFP tampaknya tidak mempengaruhi sektor swasta sama sekali. Namun para ekonom masih menunggu peluncuran data tenaga kerja usai revisi.
Namun, klaim pemerintah ini tetap diragukan. "Ada yang ganjil dengan angka tersebut. Saya tak akan terkejut jika angkanya direvisi menurun," ungkap ekonom, Moody Mark Zandi.
Pada bulan-bulan sebelumnya, angka tenaga kerja AS setelah direvisi memang melonjak tinggi. Pada Agustus, total lowongan pekerjaan melonjak dari 193 ribu menjadi 238 ribu posisi.
Mulusnya data ekonomi AS tersebut juga turut menguatkan prediksi pasar bahwa The Fed akan mulai mengurangi dana stimulusnya tahun ini.
Meski begitu, tiga pertemuan The Fed sebelumnya berakhir dengan keputusan tetap menggulirkan dana stimulus sebesar US$ 85 miliar per bulan. (Sis/Nur)