Bank Indonesia (BI) akhirnya memutuskan menaikkan tingkat suku bunga acuan BI rate sebesar 25 basis poin (bps) dari sebelumnya 7,25% menjadi 7,5%. Tak hanya itu, bank sentral juga menaikkan suku bunga Lending Facility dan suku bunga deposit facility masing-masing naik menjadi 7,50% dan 5,75%.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Difi A Johansyah mengaku kenaikan ini lebih karena masih besarnya defisit transaksi berjalan.
"Kebijakan ditempuh dengan mempertimbangkan masih besarnya defisit transaksi berjalan di tengah risiko ketidakpastian global yang masih tinggi," kata Difi di Gedung BI, Jakarta, Selasa (12/11/2013)
BI berharap, keputusan kenaikan BI rate ini akan memperkecil defisit neraca perdagangan dan mengendalikan laju inflasi menuju ke sasaran 4,5 plus minus 1% pada 2014. Dengan kondisi tersebut, kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional masih akan tetap terjaga.
"Ke depan, BI mencermati sejumlah risiko dalam perekonomian global dan nasional serta akan mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial," kata Difi.
Bank sentral memperkirakan kondisi ketidakpastian global kemungkinan masih akan terus berlanjut paling tidak hingga tahun depan. Kondisi ini muncul seiring isu pengurangan stimulis bank Sentral AS yang masih belum menentu.
Di tengah ketidakpastian tersebut, BI mencatat kondisi ekonomi Indonesia sedikit terbantu dengan adanya ketidakpastian ekonomi global seiring bertambahnya arus dana asing (capital inflow) ke pasar keuangan Indonesia.
"Selain itu, siklus harga komoditas dunia yang tinggi diperkirakan akan berakhir sehingga dapat menghambat upaya pemulihan ekonomi nasional. Kedua kecenderungan ini akan berpengaruh terhadap kinerja eksternal ekonomi Indonesia," tutup Difi. (Yas/Shd)
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Difi A Johansyah mengaku kenaikan ini lebih karena masih besarnya defisit transaksi berjalan.
"Kebijakan ditempuh dengan mempertimbangkan masih besarnya defisit transaksi berjalan di tengah risiko ketidakpastian global yang masih tinggi," kata Difi di Gedung BI, Jakarta, Selasa (12/11/2013)
BI berharap, keputusan kenaikan BI rate ini akan memperkecil defisit neraca perdagangan dan mengendalikan laju inflasi menuju ke sasaran 4,5 plus minus 1% pada 2014. Dengan kondisi tersebut, kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional masih akan tetap terjaga.
"Ke depan, BI mencermati sejumlah risiko dalam perekonomian global dan nasional serta akan mengoptimalkan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial," kata Difi.
Bank sentral memperkirakan kondisi ketidakpastian global kemungkinan masih akan terus berlanjut paling tidak hingga tahun depan. Kondisi ini muncul seiring isu pengurangan stimulis bank Sentral AS yang masih belum menentu.
Di tengah ketidakpastian tersebut, BI mencatat kondisi ekonomi Indonesia sedikit terbantu dengan adanya ketidakpastian ekonomi global seiring bertambahnya arus dana asing (capital inflow) ke pasar keuangan Indonesia.
"Selain itu, siklus harga komoditas dunia yang tinggi diperkirakan akan berakhir sehingga dapat menghambat upaya pemulihan ekonomi nasional. Kedua kecenderungan ini akan berpengaruh terhadap kinerja eksternal ekonomi Indonesia," tutup Difi. (Yas/Shd)