Desain mobil murah dan ramah lingkungan (Low Cost Green Car/LCGC) dinilai menyalahi instruksi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) tentang pemenuhan kebutuhan transportasi pedesaan.
Pengamat transportasi dari Universitas Gajah Mada Djoko Stijowarno mengatakan, LCGC yang beredar saat ini hanya permainan industri otomotif saja. Pasalnya desain yang dikeluarkan adalah mobil kota, yang akhirnya banyak dibeli masyarakat perkotaan saja.
"Permainan industri otomotif saja, presiden bilang untuk pedesaan," kata Djoko saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (15/11/2013).
Menurut Djoko, desain LCGC yang beredar saat ini  tidak sesuai dengan keinginan Presiden SBY.  Harusnya jika LCGC mengincar masyarakat pedesaan, harus dibuat juga sebagai angkutan barang, tidak hanya orang saja.
"Tentunya seperti itu harus dilihat Seperti apa. Kalau di pameran otomotif itu bukan pedesaan namanya. Pedesaan bukan orang saja. Tapi pertanian, desain sekarang nggak menarik buat orang desa," ungkap dia.
Selain itu, dia menyayangkan kinerja Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang tidak memperhatikan desain LCGC karena tidak sesuai dengan instruksi presiden. "Kementerian Perindustrian tidak bisa menagkap pesan presiden, diberikan subsidi pembeliannya," tambah dia.
Menurut dia, mobil murah justru akan membuat boros konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) meski jenis non subsidi.
Pasalnya dengan harga murah banyak orang dapat memiliki mobil. Mobil murah sebaiknya mobil yang disubsidi pembeliannya oleh pemerintah untuk orang desa, bukan mobil yang murah produksinya.
"Murah justru boros BBM, yang murah satu kalau ratusan yang beli susah, meski nggak boleh pakai BBM subsidi," pungkasnya.
Kebijakan mobil murah tertuang dalam PP Nomor 41/2013 dan Permen No.33/M-IND/PER/7/2013 tentang pengembangan produksi kendaraan bermotor roda empat yang hemat energi dan harga terjangkau.
Kebijakan mobil murah yang dimaksud, Presiden menambahkan, adalah untuk memikirkan angkutan di pedesaan yang diharapkan ramah lingkungan dan akan membawa kebaikan. "Bukan mobil-mobil kebutuhan pribadi," kata Presiden SBY. (Pew/Nur)
Pengamat transportasi dari Universitas Gajah Mada Djoko Stijowarno mengatakan, LCGC yang beredar saat ini hanya permainan industri otomotif saja. Pasalnya desain yang dikeluarkan adalah mobil kota, yang akhirnya banyak dibeli masyarakat perkotaan saja.
"Permainan industri otomotif saja, presiden bilang untuk pedesaan," kata Djoko saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat (15/11/2013).
Menurut Djoko, desain LCGC yang beredar saat ini  tidak sesuai dengan keinginan Presiden SBY.  Harusnya jika LCGC mengincar masyarakat pedesaan, harus dibuat juga sebagai angkutan barang, tidak hanya orang saja.
"Tentunya seperti itu harus dilihat Seperti apa. Kalau di pameran otomotif itu bukan pedesaan namanya. Pedesaan bukan orang saja. Tapi pertanian, desain sekarang nggak menarik buat orang desa," ungkap dia.
Selain itu, dia menyayangkan kinerja Kementerian Perindustrian (Kemenperin) yang tidak memperhatikan desain LCGC karena tidak sesuai dengan instruksi presiden. "Kementerian Perindustrian tidak bisa menagkap pesan presiden, diberikan subsidi pembeliannya," tambah dia.
Menurut dia, mobil murah justru akan membuat boros konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) meski jenis non subsidi.
Pasalnya dengan harga murah banyak orang dapat memiliki mobil. Mobil murah sebaiknya mobil yang disubsidi pembeliannya oleh pemerintah untuk orang desa, bukan mobil yang murah produksinya.
"Murah justru boros BBM, yang murah satu kalau ratusan yang beli susah, meski nggak boleh pakai BBM subsidi," pungkasnya.
Kebijakan mobil murah tertuang dalam PP Nomor 41/2013 dan Permen No.33/M-IND/PER/7/2013 tentang pengembangan produksi kendaraan bermotor roda empat yang hemat energi dan harga terjangkau.
Kebijakan mobil murah yang dimaksud, Presiden menambahkan, adalah untuk memikirkan angkutan di pedesaan yang diharapkan ramah lingkungan dan akan membawa kebaikan. "Bukan mobil-mobil kebutuhan pribadi," kata Presiden SBY. (Pew/Nur)