Sukses

Harga Sapi Impor asal Australia Mahal Gara-gara Musim Hujan

Kondisi sapi di Australia turut mempengaruhi masih tingginya harga sapi di Indonesia. Kondisi dimaksud seperti masalah cuaca maupun hal lain

Kondisi sapi di Australia turut mempengaruhi masih tingginya harga sapi di Indonesia. Kondisi dimaksud seperti masalah cuaca maupun hal lain.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Bachrul Chairi mencontohkan saat ini kondisi iklim Australia yang merupakan eksportir sapi terbesar ke Indonesia sedang memasuki musim hujan. Peternak sapi di negara tersebut biasanya menahan sapi-sapi mereka untuk tidak dijual pada musim hujan.

"Kendala di Australia karena musim hujan. Mereka kan rumputnya lagi tumbuh, sapi banyak dilepas dan ada daerah banjir sehingga bulan-bulan ini bukan panen yang bagus untuk mereka ambil," ujar dia Kemendag, Jakarta, Jumat (15/11/2013).

Kondisi tersebut juga berdampak pada harga sapi di Australia. Sejak 6 bulan lalu hingga kini terjadi kenaikan harga hampir US$ 1 per kilogram (kg) atau mencapai 50%.

"Jadi dari US$ 2 menjadi US$ 3. Pengiriman untuk Desember di sini diperkirakan US$ 3-3,05 per kg, itu juga problem," lanjutnya.

Menurut Bachrul, ada cara yang bisa dilakukan agar harga sapi impor ini tidak terus naik. Saran dia dengan mengimpor sapi yang bobotnya lebih kecil kemudian melakukan penggemukan di dalam negeri.

Namun hal tersebut akan membutuhkan waktu tidak sebentar. Sementara sapi impor dibutuhkan segera dipotong untuk membantu menurunkan harga sapi di Indonesia.

"Tapi kalau mereka ambil besarnya mendekati 400 kg hingga 425 kg, di sini itu bisa terkompresir dengan penambahan badan tadi, efisiensinya bisa lebih tinggi. Nah, indikasi penahanan sampai seminggu setelah pembebasan supaya mereka bisa harga rendah. Sedangkan kebijakan kita kalau sudah siap potong digelontorin dulu. Karena, jumlahnya banyak yang digelontorin harganya bisa turun," tutur dia. (Dny/Nur)