Sukses

China Rela Ekonomi Tak Tumbuh Demi Atasi Polusi

Ekspansi bisnis selama tiga dekade sehingga menggejot pertumbuhan China dituding sebagai penyebab tingginya tingkat polusi di negara itu.

Industrialisasi yang telah berjalan selama tiga dekade dan berhasil menggenjot pertumbuhan China saat ini dituding sebagai penyebab tingginya tingkat polusi di negara tersebut.

Akibatnya, China meminta pemerintah lokal untuk berhenti menggenjot pertumbuhan ekonomi dalam bentuk apapun dan memprioritaskan lingkungan.

Seperti dikutip dari CNBC, Selasa (18/11/2013), aksi ini dilakukan sebagai bagian dari kampanye lingkungan yang rusak karena ekspansi bisnis selama tiga puluh tahun terakhir.

Dalam reformasi ekonomi dan sosial yang diresmikan pekan lalu, Partai Komunis mengungkapkan pihaknya akan lebih condong pada perlindungan lingkungan saat memberikan penilaian pada para perjabat ekonomi.

Partai penguasa di China itu juga akan langusng mengarahkan otoritas lokal yang bertanggungjawab atas semua polusi yang terjadi.

Salah satu bentuk reformasi ekonomi China yaitu `ecological protection red line` yang akan membatasi pertumbuhan ekonomi di wilayah-wilayah yang rawan lingkungan. Sebenarnya, industrialisasi China yang telah berjalan selama tiga dekade telah berhasil melipatgandakan pertumbuhan ekonomi.

Sayangnya, sektor industri di Negeri Tirai Bambu tersebut telah banyak merusak sektor lingkungan. Masyarakat mulai marah akibat polusi asap berbahaya yang meracuni pasokan air dan udara.

Akhirnya, pemerintah China mengumumkan lingkungan sebagai salah satu faktor yang paling tidak stabil di negaranya. Tak heran, pihaknya berencana merelakan pertumbuhan ekonomi demi mengatasi polusi yang menjajah China.

Namun meski pemerintah berjanji menciptakan `beautiful China` selama satu dekade ke depan, Beijing masih mengalami dilema.

Di satu sisi, pemerintah Beijing harus mempertahankan operasi sejumlah perusahaan industri milik negara yang notabene ikut menghasilkan polusi, tapi di sisi lain, pihaknya juga harus mengakomodasi keinginan pemerintah pusat untuk menghijaukan China.

Dibandingkan terus-terusan menggenjot pertumbuhan ekokonominya, kebijakan China ke depan akan lebih dititikberatkan pada pemanfaatan sumber daya alam, kerusakan lingkungan, kelebihan kapasitas industri, inovasi ilmiah, keselamatan kerja dan tambahan utang negara.

Meski telah mencoba mengatasi polusi, pemerintah China menilai, ekonomi masih menjadi prioritas sejumlah pengusaha. Para pengusaha belum mau mengorbankan pendapatan perusahaan demi menyediakan lahan basah untuk pembangunan taman hijau.

"Awalnya, mereka hanya menggunakan perlindungan lingkungan sebagai salah satu cara menggenjot pertumbuhan ekonominya, bahkan jika lingkungan rusak pun, mereka masih bisa memperoleh keuntungan ekonomi jangka pendek," ungkap pengamat dampak industri terhadap lingkungan, Zhou Lei dari Nanjing University.

Dalam kondisi begitu, kementerian kesehatan China diminta untuk lebih tegas mengelola berbagai sektor industri yang berpotensi merusak lingkungan. (Sis/Ahm)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.