Produsen kaca optimis industrinya bisa tumbuh hingga 6,5% di akhir tahun ini. Pertumbuhan terdorong peningkatan permintaan produk kaca dalam negeri dari sektor otomotif dan properti.
"Jadi kita masih bisa jaga sedikit di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi. Kalau untuk (pertumbuhan) kaca hulu sekitar 6%, tapi kalau kaca yang diproses mungkin sampai 6,2%. Jadi mungkin bisa sekitar 6,5%," ujar Ketua III Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus H Gunawan di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (19/11/2013).
Yustinus menjelaskan, permintaan kaca pada sektor otomotif diprediksi mencapai 8%, sementara sektor properti 12,5%.
Meskipun permintaan ekspor kaca mengalami penurunan 5,5% hingga 6,5%, namun tertolong dengan kenaikan permintaan dari kedua sektor domestik tersebut.
Sementara kapasitas produksi kaca nasional pada tahun ini, diprediksi mencapai 1,2 juta ton, naik dari tahun lalu yang masih 01,125 juta ton.
"Kalau misalnya pengiriman akhir tahun ini banyak, nggak ada hambatan lagi, maka 1,25 juta ton tercapai. Itu sudah hampir 90% kapasitas terpasang," jelasnya.
Dia menyebutkan, dari jumlah kapasitas produksi tersebut, sebanyak 35% diperuntukkan ke pasar ekspor. Namun sayang, ekspor ini mengalami penurunan dibanding tahun lalu.
"Turun dari tahun lalu sekitar 5%. Jadi mereka (industri) sekarang menyiasati dengan mencoba ekspor kaca-kaca yang bernilai jual tinggi, kalau kaca-kaca biasa saja kalah dengan saingan terbesar kita, China," jelas dia.
Ekspor ini, lanjut Yustinus, diperuntukkan hampir ke semua negara, terutama untuk kawasan Asia dan Timur Tengah. Sifat berat kaca cukup menyulitkan. Adapun saingan produsen kaca nasional seperti Malaysia dan Thailand.
Sedangkan untuk kebutuhan produk kaca dalam negeri saat ini telah mencapai 700 ribu ton. Dengan demikian, Yustinus berharap industri pengguna kaca seperti industri otomotif dapat terus berkembang sehingga mampu menyerap lebih banyak produksi kaca nasional.
"Mudah-mudahan produksi mobil kita bisa diekspor, jadi kita bisa nimbrung dikacanya. Kita ikut pada nilai tambahnya," tandasnya. (Dny/Nur)
"Jadi kita masih bisa jaga sedikit di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi. Kalau untuk (pertumbuhan) kaca hulu sekitar 6%, tapi kalau kaca yang diproses mungkin sampai 6,2%. Jadi mungkin bisa sekitar 6,5%," ujar Ketua III Asosiasi Kaca Lembaran dan Pengaman (AKLP) Yustinus H Gunawan di Gedung Kementerian Perindustrian, Jakarta, Selasa (19/11/2013).
Yustinus menjelaskan, permintaan kaca pada sektor otomotif diprediksi mencapai 8%, sementara sektor properti 12,5%.
Meskipun permintaan ekspor kaca mengalami penurunan 5,5% hingga 6,5%, namun tertolong dengan kenaikan permintaan dari kedua sektor domestik tersebut.
Sementara kapasitas produksi kaca nasional pada tahun ini, diprediksi mencapai 1,2 juta ton, naik dari tahun lalu yang masih 01,125 juta ton.
"Kalau misalnya pengiriman akhir tahun ini banyak, nggak ada hambatan lagi, maka 1,25 juta ton tercapai. Itu sudah hampir 90% kapasitas terpasang," jelasnya.
Dia menyebutkan, dari jumlah kapasitas produksi tersebut, sebanyak 35% diperuntukkan ke pasar ekspor. Namun sayang, ekspor ini mengalami penurunan dibanding tahun lalu.
"Turun dari tahun lalu sekitar 5%. Jadi mereka (industri) sekarang menyiasati dengan mencoba ekspor kaca-kaca yang bernilai jual tinggi, kalau kaca-kaca biasa saja kalah dengan saingan terbesar kita, China," jelas dia.
Ekspor ini, lanjut Yustinus, diperuntukkan hampir ke semua negara, terutama untuk kawasan Asia dan Timur Tengah. Sifat berat kaca cukup menyulitkan. Adapun saingan produsen kaca nasional seperti Malaysia dan Thailand.
Sedangkan untuk kebutuhan produk kaca dalam negeri saat ini telah mencapai 700 ribu ton. Dengan demikian, Yustinus berharap industri pengguna kaca seperti industri otomotif dapat terus berkembang sehingga mampu menyerap lebih banyak produksi kaca nasional.
"Mudah-mudahan produksi mobil kita bisa diekspor, jadi kita bisa nimbrung dikacanya. Kita ikut pada nilai tambahnya," tandasnya. (Dny/Nur)