Defisit tak hanya terjadi pada sektor migas. Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Bayu Krisnamurthi menyatakan, sektor jasa ikut mengalami defisit dan kondisi ini mulai mengkhawatirkan karena nilainya hampir sama besar dengan defisit sektor migas.
Bayu mengatakan, defisit sektor jasa perdagangan sudah mencapai US$ 9 miliar. Sebab itu, hal ini harus menjadi fokus perhatian pemerintah.
"Yang diutamakan jasa, tantangan besar trade sevices kita defisit US$ 9 miliar, sama besarnya dengan defisit migas,"Â jelas dia Market Review & Outlook 2014 Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia, di Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Bayu mengungkapkan, hal tersebut terjadi karena mayoritas sektor jasa di Indonesia dikuasai asing. Hal ini bisa menjadi masalah serius jika perekonomian Indonesia semakin tumbuh besar.
"Kalau kita lihat 95%, barang diekspor diangkut angkutan asing, artinya kita bayar transporter itu income kita dapat bayar dia. Kalau size ekonomi kita semakin besar saya kira semakin serius menghadapi itu," tegas dia.
Perbaikan sektor jasa harus segera dilakukan juga karena Indonesia akan memasuki pelaksanaan Asean Economic Community (AEC) pada 2015.
"Ditambah lagi 2015 Asean Economic Community, bukan gelap jadi terang terang jadi gelap, Asean Economic Community terbuka 85% 2015 tinggal terbuka penuh, karena itu persiapan yang dilakukan bukan berarti nol," ungkapnya.
Untuk menghadapi perdagangan bebas Asia Tenggara tersebut, pemerintah juga akan meningkatkan standarisasi sumber daya manusia dan infrastruktur penunjang kelancaran sektor jasa.
"Masalah standarisasi saya kira penting. Hal profesi tenaga kerja dan lainnya, infrastruktur saya sebut tadi fisik. Tahun depan ada 4-5 bandara. Berfungsinya bandara terbesar Kualanamu sudah operasional, Pelabuhan Tanjung Priok tercover mudah-mudahan bisa memfasilitas arus barang dengan adanya double track Jakarta Surabaya membuat lacar arus barang," pungkas dia. (Pew/Nur)
Bayu mengatakan, defisit sektor jasa perdagangan sudah mencapai US$ 9 miliar. Sebab itu, hal ini harus menjadi fokus perhatian pemerintah.
"Yang diutamakan jasa, tantangan besar trade sevices kita defisit US$ 9 miliar, sama besarnya dengan defisit migas,"Â jelas dia Market Review & Outlook 2014 Perdagangan Berjangka Komoditi di Indonesia, di Jakarta, Rabu (20/11/2013).
Bayu mengungkapkan, hal tersebut terjadi karena mayoritas sektor jasa di Indonesia dikuasai asing. Hal ini bisa menjadi masalah serius jika perekonomian Indonesia semakin tumbuh besar.
"Kalau kita lihat 95%, barang diekspor diangkut angkutan asing, artinya kita bayar transporter itu income kita dapat bayar dia. Kalau size ekonomi kita semakin besar saya kira semakin serius menghadapi itu," tegas dia.
Perbaikan sektor jasa harus segera dilakukan juga karena Indonesia akan memasuki pelaksanaan Asean Economic Community (AEC) pada 2015.
"Ditambah lagi 2015 Asean Economic Community, bukan gelap jadi terang terang jadi gelap, Asean Economic Community terbuka 85% 2015 tinggal terbuka penuh, karena itu persiapan yang dilakukan bukan berarti nol," ungkapnya.
Untuk menghadapi perdagangan bebas Asia Tenggara tersebut, pemerintah juga akan meningkatkan standarisasi sumber daya manusia dan infrastruktur penunjang kelancaran sektor jasa.
"Masalah standarisasi saya kira penting. Hal profesi tenaga kerja dan lainnya, infrastruktur saya sebut tadi fisik. Tahun depan ada 4-5 bandara. Berfungsinya bandara terbesar Kualanamu sudah operasional, Pelabuhan Tanjung Priok tercover mudah-mudahan bisa memfasilitas arus barang dengan adanya double track Jakarta Surabaya membuat lacar arus barang," pungkas dia. (Pew/Nur)